FOGFEST, Hernandes Saranela dan Black Metal Nusantara (Bagian Satu)

FOGFEST, Hernandes Saranela dan Black Metal Nusantara (Bagian Satu)

Ide Awal Terciptanya FOGFEST

Hal pertama yang saya tanyakan adalah mengenai bagaimana cerita hadirnya ide FOGFEST di kepala Hernandes. Ternyata, Manado lah tempat tercetusnya rencana FOGFEST, ketika Hernandes sedang melaksanakan screening film “Where Do We Go” pada Oktober 2017. Keinginan kawan-kawan di Manado untuk tampil di pulau Jawa adalah alasan utamanya. “Saat itu, saya banyak mengobrol dengan kawan-kawan di sana, mendengarkan keluh kesah mereka mengenai betapa susahnya bisa bermain di Jawa dikarenakan biaya transportasi yang sangat mahal, padahal betapa mereka ingin,” papar Hernandes.

Ia lalu mengutarakan idenya, “Bahwa kelak saya ingin sekali mengadakan event yang bisa mengumpulkan pelaku black metal seluruh Indonesia dengan cara-cara crowd funding. Ide awal adalah membantu mencarikan dana untuk kawan-kawan dari luar Jawa agar bisa bermain di sini (pulau Jawa), tapi ternyata itu sangat sulit,” sambungnya.

Kegelisahan dan keinginan untuk membuat acara tersebut kemudian ia tuangkan melalui sarana Facebook, di akhir tahun 2017. Banyak kawan-kawan yang kemudian merespon, turut menyebarkan isu, namun rencana itu baru sebatas gagasan. Realisasi FOGFEST akhirnya mulai menemukan pencerahan ketika di bulan Maret 2018, Hernandes bertandang ke Semarang, kembali dalam rangka memutar filmnya. Kawan-kawan Semarang berdiskusi dengan Hernandes selepas pemutaran dan menawarkan diri untuk membantu, seandainya event jadi dilaksanakan.

Satu hari dari Semarang, Hernandes mengalami kecelakaan, patah kaki dan bahu sehingga harus beristirahat sampai Juli. “Pada titik itu, tidak ada lagi keinginan saya untuk mengusung kembali gagasan FOGFEST—saya bisa saja menjadikan kecelakaan saya sebagai alasan untuk meng-cancel. Tapi, ternyata tidak. Selepas lebaran, masih dengan menggunakan kruk, saya datang ke Pekanbaru untuk memutar film “Where Do We Go”, dan kawan-kawan di sana begitu antusias menanyakan keberlanjutan FOGFEST. Dari situ, saya berjanji untuk mengupayakannya.”

Bulan berikutnya, Hernandes mulai bergerilya menghubungi kawan-kawan, termasuk kawan-kawan di Solo, seperti Julious MAKAM. Singkat cerita, 160 kaus yang diproduksi untuk menjadi modal awal FOGFEST bisa terjual dalam waktu yang sangat cepat dan FOGFEST akhirnya benar-benar bisa terlaksana, berkat bantuan kawan-kawan yang dengan cekatan turut berupaya membuat FOGFEST menjadi nyata.

“Satu hal yang saya sayangkan adalah ketika pada akhirnya saya hanya bisa mengumpulkan uang untuk ongkos produksi saja. Semua band yang datang hadir secara swadaya. Mimpi untuk mengumpulkan donasi mendanai band-band dari luar Jawa tidak bisa diwujudkan,” ungkapnya.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner