Film “Catatan Akhir Sekolah” :  Trigger Musik Non Mainstream Muncul Ke Permukaan

Film “Catatan Akhir Sekolah” : Trigger Musik Non Mainstream Muncul Ke Permukaan

Masih ingat, kala film “Catatan Akhir Sekolah” berujung bekennya band Mocca dan The S.I.G.I.T?

Belasan tahun lalu, kisaran tahun 2004-2005, jauh sebelum anak muda menganteri di bioskop untuk nonton film-film superhero; atau menghabiskan waktu luangnya untuk menamatkan TV series di laptop masing-masing – ada beberapa film Indonesia sempat sangat digandrungi. Dari sekian judul (akan saya bahas di artikel lain – I promise you), salah satu nama yang teramati oleh saya, adalah “Catatan Akhir Sekolah” (CAS). Alasan saya menggarisbawahi film tersebut adalah temanya yang menarik. Menawarkan latar anak SMA, dengan gaya hidup, gaya berpenampilan, gaya pemikiran, dan gaya aktivitas yang bagi para anak muda sangatlah cool.

Dengan menonton film CAS, kebanyakan anak SMA pasti merasakan persamaan emosi. Semua anak SMA punya kisah kasih di sekolah. Belum lagi merasakan nge-gank dan nongkrong dengan segelintir kawan baik. Juga merasakan kebersamaan haru menjelang lulus, termasuk euforia ‘kemerdakaan’ baru di hari perpisahan. CAS punya dimensi ini dalam format audio-visualnya yang sangat indies. Digarap dengan apik untuk membius anak SMA se-Indonesia (bahkan hingga saat ini). Disinyalir, film ini telah ditonton belasan juta pasang mata di Indonesia. Jualan VCD bajakannya sangat ramai di berbagai kota, bahkan bertahan di pasar-pasar sub-urban hingga 4-5 tahun setelah era emas film besutan Hanung Bramantyo ini berakhir.

Nonton Gigs + Ke Bioskop

Sebelum memasuki dekade 2010-an, para pelajar dan anak muda masih punya hobi tambahan selain pergi ke bioskop – saat itu jumlah kedai kopi belum sebanyak hari ini, pun aktivitas nongkrong di café yang masih dipandang too expensive. Akhirnya, menjadi anak band yang latihan di studio, plus rajin datang ke acara gigs, menjadi alternatif gaya hidup remaja saat itu. Bahkan tidak jarang, aktivitas nonton di bioksop, latihan band, dan nonton pentas seni bisa dijalani dalam satu minggu yang sama. Kamis ke bioskop, Jum’at sore latihan di studio, Sabtu harinya langsung bergerombol ke gigs event. Seru!

Saat itu pula, segala peristiwa di sekolah seringkali hanya bikin jengah. Maka otomatis, adalah ‘prestasi’ tersendiri, kala anak muda punya wawasan dan style baru untuk dibagi ke teman-teman setongkrongan. Singkatnya, terjadilah phsycological-attraction antara jati diri anak muda, dan film biokop yang booming saat itu – plus dari kemunculan band-band lokal yang non-mainsteam namun sukses menyita perhatian.

The SIGIT saat itu baru terdengar sebagai band indie pendatang, setelah menjadi salah satu pengisi soundtrack film CAS. Tak lama setelah film CAS booming (bahkan meraih beberapa awards), The SIGIT mulai sering muncul di hampir semua pentas seni SMA se-Bandung Raya. Begitupun dengan Mocca, yang sukses membuat film CAS identik dengan lagu “I Remember”. Mocca sukses meng-amplify reputasinya kala berhasil jadi pengisi soundtrack film CAS, sekaligus jadi MTV Artist of the Month tak lama sebelumnya. Singkat kisah, dua ikon Bandung ini, sedikit-banyak akhirnya banyak disebut-sebut sebagai lokomotif lahirnya era baru musik indie-pop dan indie-rock. Momen klimaks ini diperkuat dengan The SIGIT yang merilis album Visible Idea of Perfection di tahun 2007, dan Mocca yang merilis album Colours di tahun yang sama. Alhasil, kultur musik indie di kisaran 2004-2007 cukup didominasi oleh trend indie-pop dan indie-rock.

Di tahun 2007-2008, band-band lain dari warna musik yang sama akhirnya mulai ramai muncul di permukaan. Sebut saja Vincent Vega, Polyester Embassy, The Brandals, Speaker First, The Changcuters, hingga berbagai aksi comeback dari nama-nama lama, seperti Pure Saturday, The Adams, dan sind3ntosca.

Sedikit banyak, keseharian anak sekolahan zaman itu, akan beririsan langsung dengan level kreativitas di generasinya. Maka sulit untuk memungkiri, bahwa hadirnya film-film kreatif sejenis “Catatan Akhir Sekolah”, sebagai trending topic seru – mulai dari pojokan kelas-kelas, hingga ke pelosok tempat nongkrong; akhirnya jadi salah satu gerbang bagi anak sekolah mengenal musik indie-rock dan indie-pop.

Sumber foto: Alibaba Kumpar Blog

BACA JUGA - Musik Indie dan Film Layar Lebar Indonesia

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner