Edo “Fun House Studio” : Ketika Mimpi Rockstar Kandas, Sukses di Dunia Studio Rekaman

Edo “Fun House Studio” : Ketika Mimpi Rockstar Kandas, Sukses di Dunia Studio Rekaman

Edo adalah salah satu generasi operator yang mengalami perubahan teknologi rekaman dari analog ke digital. Dia memaparkan bahwa sebetulnya dua hal itu prosesnya tidak ada bedanya. Yang membedakan teknologi digital dibuat menjadi lebih sederhana dan tidak butuh effort banyak seperti rekaman analog. “kalo mau ngomong kualitas audio saya sih masih beranggapan bahwa kualitas rekaman analog masih superior dibanding digital”. Kesulitannya rekaman analog adalah musisi dituntut benar-benar menguasai materi lagu dan teknik bermain yang baik. Sementara dibalik segala kemudahan yang ditawarkan rekaman digital Edo masih melihat kekurangan. “karena orang menganggap rekaman digital itu gampang. Kemampuan musisi menjadi tidak terasah”.

Terkait dengan maraknya orang melakukan home recording dan merasa tidak perlu ke studio rekaman, Edo beranggapan ada perbedaan estetik yang sangat kentara. Karena proses rekaman dirumah rata-rata menggunakan software simulator dengan alasan kebutuhan akan sumber suara sudah dinilai cukup. “cuman ada hal-hal lain yang terkait proses yang hanya bisa terjadi di studio rekaman. Seperti bagaimana proses memasang microphone yang bener, proses pencarian sound ampli gitar, pre amp yang cocok apa. Hal itunya yang jadi hilang. Itulah yang akhirnya membuat musik menjadi terkesan murah”.

Terkait hal itu menurut Edo jelas sangat merusak market studio rekaman. Edo mengaku sejak tahun 2012 jika dilihat dari kacamata bisnis, studio Fun House itu sudah harus tutup.  Tapi karena Edo merasa jiwa dan hasratnya ada di dunia ini akhirnya Studio Fun House tetap bertahan hadir selama 20 tahun dan melayani konsumen hingga hari ini. “studio saya masih bisa bertahan karena saya bersinggungan dengan komunitas independen. Saya merasa mereka lebih loyal dan menjadi sarana promosi yang efektif”. Tidak jarang Edo menerima keluhan dari konsumen terkait hasil rekaman. “Orang sering salah kaprah bahwa hasil rekaman itu berasal dari alat yang dipakai di studio rekaman itu. Justru source itu adalah player atau musisinya. Gear di studio itu hanya alat bantu aja. Saat hasilnya tidak memuaskan mereka malah menyalahkan alat yang ada di studio. Mereka tidak mencoba introspeksi terhadap kemampuan mereka sendiri. ga ada alat semahal apapun yang fits for all”.

Menanggapi cepatnya perkembangan teknologi rekaman digital dan audio Edo mengaku sangat selektif memilih mana yang cocok dan memang diperlukan. “menurut saya kerja rekaman dan kerja audio itu kerja kuping dan rasa. Saya merasa era sekarang ini manusia ingin jadi midi dan midi mencoba menjadi manusia. Sisi rasa manusiawinya menjadi hilang”. Sejauh ini untuk menjamin kepuasan konsumen studio Fun House menyediakan alat-alat standar industri rekaman. Menurut Edo dengan kualitas alat yang disediakan harga sewa studionya terbilang murah, dengan tenaga operator senior yang berpengalaman dengan jam terbang tinggi. Karena itulah muncul kesan bahwa operator di Studio Fun House terlalu tua. Edo beralasan, “mereka adalah operator yang sudah teruji tangguh dan punya banyak pengalaman untuk berhadapan dengan aneka macam konsumen dengan berbagai jenis musik. Mereka lebih paham secara teknis dan punya knowledge luas terhadap berbagai jenis musik”.   

Kini lokasi studio Fun House telah pindah ke alamat Antapani Regency Blok E No 10. Studio rekaman yang masuk dalam jajaran studio senior di Bandung. Lebih dari 20 tahun berkiprah dan turut menjadi saksi dinamika pasang surut dunia musik independen di Bandung dan Indonesia. 

BACA JUGA - Jay Dawn, Tukang Mutilasi Musik Jadi Duit

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner