Dibunuh atau Membunuh Media Sosial?

Dibunuh atau Membunuh Media Sosial?

Melalui media sosial, kita bisa menjadi apa saja dan merespon apapun yang sebetulnya kita sama sekali tidak paham. Dan itulah yang terjadi pada sebagian pengikut Iksan di media sosial yang berdampak pada ketidaknyamanan seorang Iksan Skuter yang dibentuk sebagai publik figur di Instagram. Akhirnya, Iksan Skuter memutuskan untuk "membunuh" akun instagramnya. Iksan menilai bahwa interaksi yang terjadi dengan pengikutnya di instagram sudah tidak sehat lagi. Para pengikutnya seolah lupa bahwa Iksan Skuter adalah manusia biasa yang kebetulan saja diberi kemampuan untuk menulis lagu dan banyak yang akhirnya menjadi inspirasi dalam hidup banyak orang.

Seni adalah sebuah proses penciptaan sebuah karya, namun ketika karya tersebut sudah dibebaskan untuk dikonsumsi, maka itu bukan seni melainkan produk. Selayaknya sebuah produk, maka orang bisa dengan bebas mengkonsumsi, entah karena suka atau hanya penasaran. Relasi yang terbangun berubah menjadi produsen dan konsumen. Debord berpendapat bahwa dalam masyarakat konsumen, kehidupan sosial bukan tentang hidup, tetapi tentang memiliki; tontonan menggunakan gambar untuk menyampaikan apa yang orang perlu dan harus miliki.

Iksan Skuter mungkin menilai bahwa selama ini relasi yang dibangun bersama para pengikutnya di Instagram pada akhirnya membawa malapetaka bagi kehidupan pribadi Iksan Skuter. Komunikasi dan interaksi virtual yang dibangun melalui Instagram pada akhirnya banyak melanggar hak-hak privasi Iksan Skuter. Padahal, mungkin Iksan sudah mencoba menjadikan Instagram sebagai sebuah media sosial yang bisa membantu produktivitas dalam berkarya. Namun, di akhir Iksan berkesimpulan bahwa instagram sudah menjadi sesuatu yang kontra produktif dan hanya menambah keruwetan baru dalam hidupnya.  

Namun, Debord menawarkan beberapa solusi terkait dengan apa yang menimpa Iksan Skuter sebagai bagian dari kritik terhadap budaya konsumen kontemporer dan fetishme komoditas dengan cara membangunkan kembali "penonton" yang telah terbius oleh gambar-gambar spektakuler melalui aksi radikal dalam bentuk pembangunan situasi yang nyata. Dalam pandangan situasionis, situasi yang nyata tersebut secara aktif diciptakan dengan mendorong kesadaran diri untuk merespon secara langsung realitas yang terjadi. Menggunakan media sosial secara bijak dan lebih banyak berinteraksi di alam nyata adalah kesimpulan dari kritik Debord. Mungkin, hal itulah yang sedang dijalani oleh Iksan Skuter saat ini. Diam-diam sedang menjalankan ajaran Situationist International.

BACA JUGA - Biar Dadas, Tetap Cadas dan Waras; Aksi Langsung Komunitas Lawan Covid-19

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner