Dibunuh atau Membunuh Media Sosial?

Dibunuh atau Membunuh Media Sosial?

Ada buku yang pernah saya baca, ditulis oleh Guy Louis Debord berjudul "Society of The Spectacle". Ia menjelaskan tentang fenomena "masyarakat tontonan", berkaitan erat dengan kondisi saat ini dan dengan kasus yang menarik perhatian saya yang datang dari Iksan Skuter.

Tidak dapat dipungkiri bahwa di masa krisis pandemi Covid-19 media digital menjadi salah satu alternatif manusia untuk membuang kebosanan dan sekaligus dijadikan sebagai media untuk bersosialisasi. Apalagi, semenjak pemerintah mengumumkan penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), yang jika disederhanakan artinya adalah membatasi ruang gerak dan mobilitas individu agar tingkat penyebaran dan infeksi virus bisa ditekan ke titik maksimal. Penerapan paling nyata adalah memaksa individu untuk tetap diam di rumah dan menutup pusat keramaian dan kumpulan manusia, seperti pusat perbelanjaan, perkantoran, tempat ibadah, restoran, café, bioskop dan tempat wisata. Semua bentuk aktviitas di tempat yang biasa dijadikan media untuk berkumpul dan bersosialisasi antar manusia harus menghentikan operasionalnya.

Beberapa lembaga survey yang fokus pada media digital memperlihatkan bahwa pengguna atau konsumen media digital mengalami peningkatan yang pesat. Banyak di antara pelaku bisnis yang pada akhirnya bermigrasi dan memodifikasi programnya ke dalam bentuk digital. Salah satu media digital yang paling sering dipakai adalah media sosial dalam berbagai bentuk aplikasi.

Keterbatasan manusia bergerak dan melakukan perjumpaan langsung pada akhirnya bisa diakali dengan berkomunikasi maupun berpromosi melalui media sosial. Salah satu media sosial yang kerap digunakan adalah Instagram. Aplikasi ini juga banyak digunakan oleh publik figur, selebritis dan musisi. Mereka beranggapan aplikasi ini sangat praktis dan sangat efektif untuk melakukan promosi atau untuk sekadar berkomunikasi dengan para penggemarnya.

Ada sebuah buku yang pernah saya baca mengenai fenomena tersebut. Ditulis oleh Guy Louis Debord asal Prancis. Dia adalah seorang ahli teori Marxis, filsuf, pembuat film, anggota Letterist International dan pendiri gerakan Situationist International. Pada tahun 1967, dia menerbitkan sebuah karya filsafatnya berjudul "Society of The Spectacle" dalam bentuk sebuah buku. Menurut Guy Debord, "masyarakat tontonan" adalah perkembangan masyarakat modern, di mana kehidupan sosial yang otentik atau nyata telah digantikan dengan perwakilannya melalui sebuah media. "Semua yang pernah hidup secara langsung telah menjadi representasi belaka."

Melalui perantara media sosial, kita jadi penonton sekaligus yang ditonton orang lain. Orang yang mempertontonkan disebut performer dan yang menontonnya disebut spectator. Di media sosial, semua penggunanya bisa berperan menjadi keduanya. Menjadi content creator sekaligus menjadi warga net. Penjabaran ini menjawab kaitan antara perkembangan teknologi informasi mampu mengubah pola interaksi relasi antar manusia, sekaligus memengaruhi kehidupan sosial dalam skala yang lebih luas.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner