“DCDC BDG: IYES IN ABSURDUM” : Gelaran Merayakan Seni Penuh Uforia dan Atensi

“DCDC BDG: IYES IN ABSURDUM” : Gelaran Merayakan Seni Penuh Uforia dan Atensi

Di sisi mural, Alga The Panas Dalam turut menjelaskan tentang konsep mural yang ia akui terinspirasi dari lukisan Ayah Pidi Baiq yang sering menggunakan unsur UFO, yang kemudian disandingkan dengan rangkaian perjalanan seni antara Bandung dan Jogja yang menurutnya – jauh sebelum hari ini – dalam ranah seni Bandung dan Jogja sering mengalami pergesekan, dan sulit untuk disatukan.

Jadi saya tuh terinspirasi dari gambarnya si ayah (Pidi Baiq), ayah kan sering gambar-gambar UFO, nah jadi saya pengen ngeliatin si UFO itu punya cerita lain. UFO itu kemudian masuk ke bumi dan bertemu gurita yang kemudian saling bertempur. Jadi di sini dibuat dua bagian, yang pertama bagian yang ga kesedot sama UFO dibuat sederhana sama kaya gambar-gambar si ayah, nah yang kesedot UFO dibuat lebih berwarna dan Vectoral, ini kalo secara teknis,” jelas Alga The Panas Dalam.

Kalo secara konsep, di sini kami mau liatin kalo yang namanya konflik/perang ga selalu membawa keburukan, tapi kita juga melihat kemeriahannya. Kaya misalkan kurator kita Kang Jennong bilang dulu itu Bandung dan Jogja kurang akur, tapi ternyata dari ga akur itu akhirnya banyak pemikiran tumbuh. Jadi perseteruan membuat kita dewasa sebetulnya, tapi jangan dibiasain, nanti ga dewasa-dewasa. Jadi saya ingin mencuplik momen pertempuran yang akhirnya jadi sebuah kemeriahan, makanya mural ini saya kasih judul ‘UFORIA OCTOFIESTA’,” tambahnya menjelaskan konsep keseluruhan mural.

Selain itu dalam pagelaran ini ada juga sesi Creative Sharing yang dipandu langsung oleh Dodo Hartoko dengan narasumber oleh Arsita Pinandita, Pidi Baiq dan Farid Stevy. Dalam sesi ini mereka membagikan bagaimana gelaran ini bisa terjadi dan bagaimana proses ayah Pidi Baiq dan Farid Stevy menciptakan karyanya yang dipamerkan. Di satu sisi, persamaan antara kedua nama besar, Pidi Baiq dan Farid Stevy adalah momen dan ke-absurd-an keduanya dalam menerjemahkan peristiwa yang kemudian ditumpahkan dalam karya.

Di sisi lain, Sir Dandy selaku pentolan Teenage Death Star dan juga seniman ini turut memberikan pendapatnya tentang terselenggaranya

Acara Bandung Iyes ini pastinya seru banget, semua puas, dari yang dateng sama yang tampil juga puas banget. Yang paling penting acara intinya (pameran seni) antusiasnya tinggi dan semua orang yang dateng bisa mengapresiasi bentuk seni yang disuguhkan di acara ini,” ucap Sir Dandy.

Seni musik dan seni rupa itu adalah dua hal penting yang diperlukan oleh psikologis manusia, karena menurut saya seni rupa dan seni musik itu bisa jadi terapi yang murah untuk orang-orang melampiaskan segala keluh kesah kehidupan sehari-hari.” Tambah Sir Dandy menjelaskan kaitan antara seni musik dan seni rupa.

Semua penampilan seni dalam gelaran “DCDC BDG: IYES IN ABSURDUM” ini tentunya sangat totalitas dan menjadi ajang ‘Merayakan Seni’ bagi setiap pelaku dan penikmatnya. Selain itu, acara ini juga menjadi bukti bahwa seni bisa membawa kesenangan, kehangatan dan kedamaian yang indah. Dan jika mengacu pada quote dari ayah Pidi Baiq di awal tadi, maka “DCDC BDG: IYES IN ABSURDUM” ini berhasil membuktikan kualitasnya dengan segala totalitas setiap orang di dalamnya.

BACA JUGA - Kemegahan Konser Sirkus Barock yang Menjadi Penanda Peristiwa Budaya

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner