DCDC Bandung Djangan Berisik : “Cara Seru Musisi Bersuara Lewat Musik”

DCDC Bandung Djangan Berisik : “Cara Seru Musisi Bersuara Lewat Musik”

Walaupun digelar dengan format akustik tidak lantas menghilangkan karakter band masing-masing. Acara ini akan tetap ‘berisik’ dengan inovasi dan kreativitas band-band cadas kota Bandung

Tahun 1987 MTV menampilkan sebuah program bernama MTV Unplugged. Sebuah seri musik yang menampilkan musisi terkenal memainkan alat musik akustik. Saat itu yang pertama kali tampil di program tersebut adalah Jethro Tull, pada 17 November 1987. Meloncat ke tahun 1993, ketika program ini menginjak pada season 4, program ini makin mencuat dengan hadirnya band Nirvana pada 18 November 1993. Penampilan Nirvana di program ini berhasil mencuri perhatian dan menjadi kontradiksi menarik dengan persona Nirvana kala itu yang ‘urakan’. Di program ini, Nirvana yang biasa tampil berdistorsi ‘dipaksa’ tampil akustik dengan penampilan yang lebih ‘kalem’. Saking mencuri perhatiannya bahkan penampilan Nirvana di program ini dibuatkan album berjudul MTV Unplugged in New York.

Menyaksikan band-band garang berdistorsi yang kemudian tampil lebih ‘kalem’ dengan set akustik menjadi suguhan menarik, sekaligus menorehkan catatan tersendiri, bahkan ada semacam ‘jokes’ beredar yang menyebutkan jika sebagus apapun bandnya jika ketika tampil akustik berantakan, maka dia tidak bisa dikatakan band bagus. Ketika teknologi alat musik yang terus berkembang memungkinkan membuat manipulasi suara sedemikian rupa hingga membuat musik bisa terdengar lebih bagus, namun apa jadinya jika mereka harus tampil tanpa banyak olahan manipulasi suara? Tentu kemampuan bermusik si empunya karya benar-benar diuji disana.

Dari MTV yang berpusat di Amerika, lalu beralih ke Bandung, dengan segudang musisi potensialnya. Budaya ngeband yang mungkin bisa dikatakan lumrah terjadi di kota kembang ini melahirkan banyak sekali band-band jempolan. Namun, masalah kemudian muncul ketika ruang kreativitas dan banyaknya pembatasan diberlakukan hingga sedikit banyaknya berpengaruh pula pada geliat perkembangan scene musik di Bandung.

Dengan segala dinamika yang terjadi, geliat kreativitas di kota Bandung memang selalu menarik untuk disimak dan menjadi barometer dalam banyak hal. Salah satu yang selalu ditunggu kabarnya adalah pagelaran musik. Bandung banyak melahirkan festival-festival musik cadas yang melegenda dan menjadi inspirasi bagi kota-kota lain di Indonesia untuk melakukan hal yang serupa.

Namun ditengah situasi transisi seperti ini ada saatnya kita harus menurunkan rasa egois. Ada saatnya kita harus berkompromi dengan situasi dan kondisi demi tujuan yang ingin kita raih. Hal itulah yang sejalan dengan kampanye dari DCDC ‘Djangan Berisik, Tetap Tenang Kita Menang’. Kita mungkin tergoda dengan situasi beberapa kota yang sudah dengan bebas menggelar festival besar tanpa batasan jumlah penonton. Namun kita sadar bahwa ada banyak hal yang tetap harus kita patuhi dan hormati terkait dengan aturan dan kebijakan pemerintah kota Bandung.

Merespon hal itu DCDC Menggelar acara bertajuk DCDC Bandung Djangan Berisik, yang merupakan sebuah perwujudan sikap dari kampanye yang selama ini digalang DCDC. Menampilkan band-band cadas asal kota Bandung dengan format akustik sebagai bagian dari merespon kondisi transisi. Dari mulai band Rossemary, Turtles JR, Koil, Nectura, Forgotten, hingga Beside.  Walaupun digelar dengan format akustik tidak lantas menghilangkan karakter band masing-masing. Acara ini akan tetap ‘berisik’ dengan inovasi dan kreativitas band-band cadas kota Bandung. Ini adalah bagian dari strategi agar kita bisa tetap berkreasi dan berekspresi tanpa harus menimbulkan kegaduhan. Kita sadar bahwa ini adalah proses yang harus dijalani demi bisa meraih kembali kebebasan yang selama ini kita idamkan.

Bertempat di Grun Resto & Bar, Jl. Dr. Setiabudi No.295, Kota Bandung, pada hari Kamis, 21 Juli 2022, acara dimulai pada pukul tujuh malam hari dengan menampilkan AGC Music Course lewat tiga orang ‘dewa gitar’ jempolan, dari mulai Agung ‘Hellfrog’, Hin Hin ‘Nectura’, Gan Gan ‘Forgotten’, serta Putra ‘Burgerkill’. Selain menampilkan performa yang jempolan dari para pengajar di AGC Music Course, beberapa gimik yang terjadi juga menarik untuk diikuti, seperti misalnya ketika mereka berinteraksi dengan penonton yang bersahutan-sahutan membunyikan ritmis dari tepuk tangannya, serta tentunya beberapa permainan solo gitar seru dari ketiganya.

Berlanjut pada penampilan band-band yang jadi pengisi acara DCDC Bandung Djangan Berisik, Nectura menjadi band pertama yang tampil. Menjadi menarik ketika mereka menghadirkan set akustik terbaiknya, disusul Beside yang tampil dengan vokalis barunya, lalu ada juga Rosemary yang masih tampil ‘ngepunk’ meski dengan set akustik, sama halnya dengan Turtles Jr yang juga masih menyala dengan set akustiknya, lengkap dengan style sang vokalis yang tampil necis.

Yang tak kalah menarik adalah penampilan Forgotten yang merombak aransemen musiknya menjadi terasa lebih intim. Dalam bahasa sang vokalis, Addy Gembel, penampilan Forgotten malam hari itu adalah format band wedding, saat merujuk pada konsep mereka malam itu. Bahkan Addy juga mengatakan jika untuk pertama kalinya Forgotten manggung tanpa berkeringat, terlebih sang drummer, Zalu.

Selesai penampilan dari band band di atas, acara kemudian ditutup oleh penampilan dari Koil. Uniknya, sebelum mereka menyudahi penampilannya, para penonton yang awalnya duduk menyaksikan Koil kemudian didaulat untuk berdiri menjelang lagu terakhir, “Rasa Takut Adalah Seni” dilantunkan.

Catatan menarik lainnya dalam gelaran tersebut adalah tentang perilisan kompilasi band Uber Noize yang  sedang dalam pengerjaan, di mana acara ini juga menjadi bagian dari fund rising untuk  pergerakan musik cadas di kota Bandung. Hal ini menguatkan harapan tentang scene musik di kota Bandung untuk bisa terus bergeliat dan berkembang melahirkan terobosan dan kreasi seru dari para pelakunya. Tentu dengan sinergi yang harus terjalin antara pelaku, penikmat, hingga pemangku wewenang kota Bandung. Semoga dan amin.

BACA JUGA - Meluaskan Esensi ‘Kretek’ Dalam Estetika Karya Musik dan Visual

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner