Dari A Sampai Z Tentang Kaos Band dan Tipe Pemakainya

Dari A Sampai Z Tentang Kaos Band dan Tipe Pemakainya

Tidak semua orang yang mengenakan kaos band mengerti esensi dari kaos yang dipakainya. Ada tipe orang yang disebut poser yang sebenarnya dia tidak tahu lagu-lagu atau karya dari band yang dia kenakan.

Musik dan fashion, keduanya menjadi satu hal yang saling berhubungan, ketika peran fashion menjadi satu bentuk pernyataan dan kebanggaan orang yang memakainya. Seperti misalnya seorang yang menggemari musik metal, mungkin akan menyatakan dirinya lewat gaya berpakaian yang dia kenakan, lewat kaos-kaos band metal kesukaannya, atau lewat logo-logo yang identik dengan musik cadas semacam itu.

Namun ternyata tidak semua orang yang mengenakan kaos band mengerti esensi dari kaos yang dipakainya. Ada tipe orang yang disebut poser yang sebenarnya dia tidak tahu lagu-lagu atau karya dari band yang dia kenakan. Tipe poser seperti ini biasanya hanya memakai kaos band untuk keren-kerenan aja, demi meningkatkan status sosial. Tidak jarang juga tipe orang seperti ini membeli kaos bootleg alias bajakan, karena sebenarnya dia tidak terlalu peduli pada band yang kaosnya dia pakai.

Selain itu, ada juga tipe material-based. Tipe pemakai kaos seperti ini sangat mementingkan kaos berbahan bagus, selain dari tampilan gambar/artwork yang juga mendukung. Jadi menurutnya bahan kaos adalah yang utama, baru setelahnya dia memperhatikan hal lainnya. Tapi, untuk urusan artwork ini ada tipe khusus lagi, di mana orang dengan tipe ini disebut tipe art-based. Orang-orang seperti ini hampir bisa dipastikan hanya membeli kaos band dengan artwork yang unik, aneh, atau yang bisa mewakili art-needs dirinya sendiri. Berbeda dengan tipe material-based, bagi orang dengan tipe art-based soal bahan atau material mungkin masih bisa ditolerir, karena menurut mereka gambarnya dulu harus bagus, baru deh memperhatikan materialnya.

Selain dua tipe itu, ada juga tipe geek-based. Orang dengan tipe ini biasanya hanya membeli kaos band yang benar-benar langka atau rare saja. Soal material atau artwork nomor dua, yang penting level kelangkaannya. Tapi kalo coklatfriends mau jadi tipe geek-based ini, coklatfriends harus siap dengan harga yang mahal, bahkan sangat mahal. Tetapi, kalo kaos itu sendiri memiliki nilai historis dan cuma kamu yang pakai, kenapa engga? Worth it kok, kalo kamu memang tipe geek-based ini. Apalagi kalo kamu tahu dan hapal betul sejarah band itu, seperti tahun pembuatan, tahun rilis, kaos single atau mini album, b-side, tour album apa dan dimana, dan para geek based kolektor ini juga paham dan tahu mana itu kaos official, bootleg, atau palsu itu seperti apa.

Namun bicara kaos lagi, ada hal menarik lainnya adalah ketika para musisinya itu sendiri yang terjun langsung dalam bisnis clothing yang erat kaitannya dengan musik. Beberapa orang musisi yang cukup concern akan sebuah brand image, mengaplikasikannya lewat bisnis clothing line miliknya sendiri. seperti misalnya Agung, gitaris Burgerkill yang punya brand Hellfrog, lalu ada juga Indra Gatot, vokalis dan gitaris Rosemary, dengan Fat Free City nya, Adit Joey The Gangster dengan Eastern Wolves nya, Abah Andris, drumer dari Nectura dengan Cowboy From Hell nya, dan Gebeg, drumer dari Taring dengan brand Anti-Class miliknya, dan masih banyak lagi musisi lain dengan brand miliknya.

Jika diulik lebih jauh lagi, brand-brand yang dipunyai para musisi itu bisa tercermin lewat keseharian mereka, seperti misalnya Abah Andris yang selalu identik dengan topi coboy nya, hingga akhirnya dia menggabungkan gaya berpakaian dia dengan hits single salah satu band cadas, Pantera berjudul “Cowboys From Hell”. Atau misalnya Gebeg, drumer “sejuta” band ini dikenal dengan pembawaannya yang supel dan easy going. Hal ini juga tergambar dari band-band yang melibatkannya sebagai drumer, dengan warna musik yang beragam, dari mulai HMGNC dengan musik elektropop nya, sampai bandnya, Taring, yang kental dengan musik hardcore nya. Hal itu pada akhirnya tergambar juga lewat brand pakaiannya yang diberi nama Anti-Class, dimana apa yang diyakini Gebeg tentang indahnya perbedaan diterjemahkan juga lewat nama Anti-Class dalam brand miliknya. 

Balik lagi, jika musik dan fashion menjadi satu hal yang saling berhubungan, ketika peran fashion bisa menjadi satu bentuk pernyataan orang yang memakainya, atau jika konteksnya musisi yang berjualan, maka itu menjadi bentuk pernyataan dari yang menjualnya. Biasanya brand miliknya akan sejalan dengan karakter bermusiknya, apakah pop, rock, atau metal. Semuanya bisa berbuah turunan image yang diaplikasikan dalam produknya.

BACA JUGA - Merchandise Unik di Kala Pandemik

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner