Carnivored Lewat 'Labirin'; Menyegarkan Namun Mencekam

Carnivored Lewat 'Labirin'; Menyegarkan Namun Mencekam

Di album Labirin ini, Carnivored mencoba menawarkan formula baru dalam musik maupun lirik. Saya tidak bilang bahwa ramuan musik di album ini menjadi lebih pelan dibanding dua album sebelumnya. Bagi saya, Carnivored sudah lebih dari cukup untuk bermain kecepatan dan teknik di dua album sebelumnya. Di album ini tidak ada yang perlu dibuktikan tentang seberapa cepatnya metronom yang dipakai, atau ketukan-ketukan riffing gitar yang perlu hitungan rumus Einstein.

Pada Labirin, Carnivored mencoba bermain nuansa lewat instrumen yang mereka mainkan. Mereka bermain dalam ruang eksplorasi suara-suara baru untuk membangun imajinasi para pendengarnya yang dibangun lewat musik mereka. Diperkuat oleh kekuatan syair yang untuk album yang sekarang didominasi lirik berbahasa Indonesia dengan tema yang depresif. Kesan musik Carnivored menjadi lebih segar dengan hadirnya dua vokalis tamu yang tumbuh besar di era musik ekstrem milenial: Vicky dari Burgerkill dan Anggi dari Revenge The Fate adalah salah dua bagi Carnivored untuk dapat menjangkau pendengar yang lebih luas.

Mungkin yang bagi saya sangat mengganjal adalah cara mereka mencetak lirik pada booklet CD. Pemilihan font yang sulit dibaca sangat menyulitkan untuk bisa memahami makna pada masing-masing lagu. Namun, dengan hasil produksi audio yang baik didukung olah aransemen musik yang cerdas, rasanya album ini layak masuk dalam jajaran album metal terbaik di tahun 2021. 

BACA JUGA - 'Labirin': Membuka Tabir Kelam Carnivored dalam Album Ketiga

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner