Biar Dadas, Tetap Cadas dan Waras; Aksi Langsung Komunitas Lawan Covid-19
Ibarat bola salju, inisiatif kelompok sipil ini terus bergerak membesar dan menyebar di beberapa kota besar di Indonesia yang notabene menjadi titik episentrum penyebaran virus. Para musisi yang juga terdampak secara ekonomi justru memberikan energi dan pemikiran mereka untuk mengurangi beban masyarakat yang terdampak. Mengandalkan uang pribadi dan beberapa donator, Man vokalis Jasad mengambil inisiatif untuk bergerak membagikan masker dan hand sanitizer secara gratis kepada kaum miskin kota di kawasan Garut. Aksi ini terus bergulir dan mendapatkan respon ke beberapa simpul komunitas yang ada Bandung, Tasikmalaya serta beberapa kota-kabupaten di Jawa Barat.
Sementara di kalangan musisi grindcore muncul inisiatif gerakan ‘Spreading The Grindcore Not The Virus’ dalam bentuk penjualan produk rilisan t-shirt yang semua keuntungannnya akan didonasikan untuk menanggulangi dampak wabah Covid-19. Tercatat ada beberapa punggawa grindcore, seperti Mesin Tempur, Bersimbah Darah, Extreme Decay dan Dead Vertical yang tergabung dalam aksi kemanusiaan ini. Inisiatif lainnya juga diambil oleh band Navicula dari Bali yang menggelar konser virtual yang seluruh keuntungannya dipakai untuk pemenuhan kebutuhan APD di beberapa rumah sakit di Bali. Di kota Bandung beberapa simpul komunitas menghimpun diri dalam sebuah gerakan sosial kemanusiaan yaitu Bandung Kolektif. Gerakan yang berpusat di Gor Saparua ini fokus pada penjangkauan bantuan kepada sesama rekan musisi yang terdampak secara ekonomi. Secara kolektif mereka menghimpun beberapa jenis sembako untuk kemudian diberikan kepada rekan musisi yang memang membutuhkan.
Sementara yang fokus kepada masyarakat marjinal di kota Bandung diinisiasi oleh gerakan Solidaritas Sosial Bandung. Bekerja sama dengan Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Bandung, mereka aktif mengaktivasi beberapa titik simpul komunitas yang tersebar di beberapa daerah Kota dan Kabupaten Bandung. Salah satunya simpul Studio 488 yang terletak di kawasan Antapani, Bandung yang fokus membuka dapur umum dan hasilnya dibagikan kepada warga sekitar dan beberapa titik tuna wisma yang ada di Bandung. Setiap hari, para relawan yang banyaknya terdiri dari musisi metal ekstrim ini memasak makanan siap santap untuk kemudian disebar kepada yang membutuhkan.
Mungkin masih banyak inisiatif gerakan sipil lainnya di beberapa kota di Indonesia yang memilih untuk bergerak secara senyap dan menghindari publisitas. Kenyataanlah yang akhirnya membuka kesadaran dan memunculkan empati. Sedari awal, komunitas musik yang terbentuk dan tersebar di seluruh pelosok Indonesia mempunyai satu ideologi yang sama, yaitu solidaritas. Dalam beberapa kasus aksi solidaritas bisa muncul secara alami apabila menghadapi musuh bersama. Dalam hal ini dampak yang ditimbulkan oleh kebijakan negara terhadap penanganan Covid-19 pada akhirnya memunculkan persoalan sosial yang baru dan negara cenderung mengabaikan hal itu. Gerakan sipil yang digagas oleh simpul-simpul komunitas pada akhirnya menjadi sebuah bagian dari solusi-solusi sederhana yang ada ditengah rumitnya persoalan.
Komunitas musisi ini juga menghadapi persoalan yang tidak kalah beratnya dengan masyarakat lain yang terdampak. Namun. tidak lantas mereka membuang energi percuma dengan mengutuk keadaan yang tidak bisa mereka tentukan sendiri. Mereka rela membuang ego dan tetap menjaga kewarasan dengan berbagi energy dengan yang membutuhkan. Mungkin slogan yang tepat untuk mereka adalah ‘biar dadas tetap cadas dan waras!’
Comments (2)