Berbagi Referensi Musik Lewat Kaos Band

Berbagi Referensi Musik Lewat Kaos Band

Sumber foto : https://www.marketplace.org/

Ketika internet masih jadi barang sangat mewah bagi banyak orang, pemuda 90an harus berusaha keras mencari referensi musik, dari mulai membaca majalah hingga mendapat referensi musik dari kaos yang dikenakan idolanya

Suatu hari teman saya memberikan kepingan VCD (waktu itu belum ada DVD) berisi kompilasi video klip Blink 182, yang mungkin sebelumnya belum pernah saya tonton. Diantara beberapa video klip yang ada, satu video klip berjudul “M+Ms” menarik perhatian saya. Kala itu Travis Barker belum menjadi drummer di band ini, dan posisinya masih diisi oleh Scott Raynor.

Selain karena musiknya yang dinamis dan cepat ala band punk rock pada umumnya, ada satu hal lagi yang menarik perhatian, saat sang bassis & vokalis, Mark Hoppus mengenakan kaos bertuliskan Dinosaur Jr. Pikir saya waktu itu unik sekali namanya, sebagai sebuah merek pakaian, nama Dinosaur Jr terdengar catchy. Namun ternyata saya salah, saat seorang teman memberikan sebuah mixtape berisikan lagu-lagu noise rock, di mana di dalamnya ada lagu dari Dinosaur Jr. Ternyata itu sebuah band! hahaha.  

Perkenalan dengan Dinosaur Jr kemudian membawa perkenalan saya dengan band noise rock lainnya, seperti Sonic Youth, yang sebenarnya jika secara popularitas lebih terkenal dibanding Dinosaur Jr. Bahkan Sonic Youth pernah melakukan tur bareng dengan Nirvana. Hal itu kemudian terangkum dalam sebuah dokumenter berjudul “The Year Punk Broke”.

“Menggemari band yang band idola gemari”. Mungkin itu kalimat yang menggambarkan kala band favorit saya mengenakan kaos band favoritnya, hingga saya pun menggemari band yang digemari band favorit saya. Gimana ini jadi belibet? Hahaha.

Kaos band menjadi sebuah statement, dan seperti halnya kutipan “you are what you write”, yang banyak diamini penulis. Untuk urusan kaos band rupanya kutipan itu bisa menjadi “you are what you wear”, karena pada kenyataannya banyak orang yang mengenakan kaos band tertentu sebagai sebuah pernyataan jika dia ingin dikenal sebagai apa, apakah sebagai seorang rocker? lewat kaos Motley Crue atau Motorhead nya, atau kah ingin dikenal sebagai seorang metalhead? lewat kaos Metallica dan Megadeth nya, atau kah ingin dikenal sebagai popkids?, dengan kaos kaos Stone Roses, Blur, atau mungkin Blue Boy?

Saat itu, ketika internet masih jadi barang sangat mewah bagi banyak orang, pemuda 90an harus berusaha keras mencari referensi musik, dari mulai membaca majalah, sewa video konser musik, hingga yang saya alami di atas, mendapat referensi musik dari kaos yang dikenakan idola saya. Keseruan menemukan band baru itu menyenangkan, sama seperti halnya ketika mengetahui jika Misfits ternyata bukan nama sebuah clothing line, melainkan nama sebuah band, yang dengan segala macam pola kreasinya membuahkan horor punk sebagai benang merah karyanya. Band ini begitu kuat secara persona dan branding, hingga tak heran jika merchandise nya menjadi yang paling muncul ke permukaan, seperti halnya band KISS, dengan sederet gimmick yang mereka sajikan.

Dari dalam negeri pun pola seperti ini cukup sering dilakukan, seperti misalnya kala itu dalam sebuah majalah, Suar (mantan vokalis Pure Saturday) mengenakan kaos Weezer dan The Cure. Hal tersebut bagi saya yang masih haus referensi musik jadi seperti oase di padang pasir, karena mendapat referensi musik ‘gratis’ dari band idola. Pikir saya waktu itu, kalau band idola saya saja mengidolakan band tersebut, saya juga harus menyukai band itu, urusan musiknya belakangan, yang penting secara selera sama dengan idola saya. Ya, semua orang pernah poser pada masanya.

Atau jika menengok dengan kebiasaan Arian 13 yang kerap mengenakan kaos kaos band teman-temannya, dari mulai Kelelawar Malam, Godplant, Belantara, dan masih banyak lagi. Hal tersebut cukup memberikan referensi musik menarik, meski jika ditelusuri lebih jauh lagi, kaos kaos band lokal yang dikenakan Arian merupakan rooster dari label rekaman miliknya, Lawless Records. Promosi terselubung hahaha.

Berbagi memang menyenangkan, termasuk berbagi referensi musik. Selain lewat mixtape atau playlist lagu, berbagi referensi musik juga bisa menyenangkan lewat kaos yang kita pakai. Tidak jarang untuk membuka obrolan, seorang penikmat musik cukup terbiasa dengan mengomentari kaos yang dipakai temannya. Maka dari itu lah knowledge tentang kaos yang kita pakai bisa jadi cukup penting, guna menghindari julukan poser kala seorang teman bertanya tentang kaos band yang kita kenakan, namun kita tidak tahu karya band tersebut.

Tapi, kalau pun memilih mengenakan kaos band tanpa tahu karya dari band tersebut, dan membeli hanya karena desain atau bahan yang enak dipakai, itu juga silakan. Bebas saja cara orang memaknai musik, karena musik akan selalu menemui takdirnya sendiri.

BACA JUGA - Lebih Dari Kata Anjay, Para Musisi Ini Lontarkan Makian Dalam Lagunya

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner