Beneran Fans Atau Cuma 'Poser?'

Beneran Fans Atau Cuma 'Poser?'

Ada yang menganggap jika beberapa fans suatu band nyatanya bukan seorang penggemar sejati, melainkan hanya seorang poser yang hanya tahu satu lagu band tersebut, namun sudah memproklamirkan diri sebagai penggemar 

Beberapa waktu lalu jagat maya cukup ramai berseliweran tentang polemik fans dan poser. Ada yang menganggap jika beberapa fans suatu band nyatanya bukan seorang penggemar sejati, melainkan hanya seorang poser yang hanya tahu satu lagu (hits) band tersebut, namun sudah memproklamirkan diri sebagai penggemar band itu. Lantas, apakah itu salah? Hhmm.

Umumnya, para poser ini menunjukkan ketertarikan mereka untuk mendapat perhatian demi diterima di sebuah pergaulan tertentu. Sederhananya, poser adalah orang yang ikut-ikutan, berpura-pura menyukai sesuatu tanpa memahami betul apa yang dia lakukan atau atribut yang dia kenakan. Tipe orang semacam ini banyak ditemui di banyak keriaan acara musik, atau bahkan dulu ketika era 90an di Bandung, beberapa orang yang berpenampilan ala anak punk, namun secara knowledge terbilang minim biasanya dijuluki ‘gelar’ borok, atau jika dalam konteksnya punk, jadi punk borok. Whatever you named it. Intinya, mereka dinilai hanya jadi ‘badut’ saja, tanpa tahu lebih jauh soal apa yang mereka (katanya) suka.

Dari tahun 90an beranjak ke tahun 2021 ketika di ranah maya berseliweran twit yang berbunyi seperti ini, “Ngaku ngefans Oasis tapi cuma tahu lagu “Wonderwall”, ngaku ngefans Radiohead tapi Cuma tahu lagu “Creep”, dan selanjutnya (kamu bisa sebutkan band-band besar lainnya), yang dianggap menjadi rujukan bagi si ‘poser’ ini. Lucunya, beberapa band besar tersebut, (sebutlah Oasis dan Radiohead) nyatanya malah membenci lagu yang membesarkan namanya tersebut. Dalam beberapa kesempatan wawancara, Gallagher bersaudara (Noel dan Liam) menyatakan jika mereka amat membenci lagu “Wonderwall”, dan tidak ingin membawakan lagu tersebut di atas panggung.

Seturut dengan itu, Thom Yorke dan Jonny Greenwood dari Radiohead pun mengaku jika mereka amat membenci lagu “Creep”, dan sudah bertahun-tahun absen membawakan lagu itu di atas panggung. Jadi seperti ada hal yang kontras akan apa yang dinyatakan si band dengan yang dikatakan si penggemar (yang katanya poser). Mereka menyukai sesuatu yang sebenarnya di benci oleh idolanya.

Namun berbeda dengan itu, grup musik The Panturas memberkan pandangan lain tentang polemik ini. Mereka menuliskan twit yang kurang lebih berbunyi seperti ini “Dengerin The Panturas tapi hafal lagu “Sunshine” doang gapapa kok. Kita shalat aja kebanyakan pake Al-Ikhlas doang, yang penting istiqomah”. Sindiran kocak dari The Panturas memberi insight berbeda tentang fans dan poser ini. Menurut mereka selama si penggemar mengapresiasi karyanya, terlepas dari hanya hafal lagu “Sunshine” atau keseluruhan lagu mereka, mereka menganggap jika namanya penggemar layak dihargai.

Berbanding terbalik dengan band Mesin Tempur, yang belum lama ini merilis kumpulan single-single mereka dalam format vinyl. Uniknya, beberapa unggahan orang-orang yang membeli dan mempromosikan vinyl tersebut malah dihardik oleh Mesin Tempur. Tentunya dengan gaya dan banyolan khas urang sunda, yang katanya suka bercanda. Masih dalam konteks yang sama dengan The Panturas di atas, keduanya sama-sama menuliskan satir menarik, yang mungkin mengesampingkan polemik tentang fans dan poser. Atau mungkin dalam konteks band Mesin Tempur, perkara penggemar dan poser ini mereka persetankan dan tidak diambil pusing.

Contoh unik lainnya mungkin datang dari band Efek Rumah Kaca, khususnya sang vokalis, Cholil Mahmud yang mengaku jika cetak biru lagu-lagu Efek Rumah Kaca banyak terpengaruh lagu “Terbunuh Sepi” dari Slank. Uniknya, lagu yang kental dengan unsur gloomy tersebut bisa dibilang tidak masuk jajaran lagu populer dari Slank (setidaknya jika dibanding lagu “Terlalu Manis” atau “Balikin” misalnya), dan mungkin berbanding terbalik dengan kekhasan musik Slank yang kental dengan unsur rock n roll nya itu. Namun ternyata lagu itu mampu menjadi pondasi awal musik Efek Rumah Kaca, yang hingga kini masih mengimani karakter musik gloomy semacam itu.

Pertanyaannya menarik, “apakah para personil Efek Rumah Kaca merupakan penggemar Slank? Atau hanya menggemari lagu “Terbunuh Sepi” saja? jika jawabannya mereka hanya menggemari lagu “Terbunuh Sepi” saja, berarti tidak selamanya seseorang yang hanya menggemari satu lagu dari suatu band itu bisa dibilang poser. Bisa jadi mereka memang hanya terkoneksi dengan lagu itu saja, dan bisa jadi suatu trigger menarik andai pada outputnya mereka realisasikan juga dengan karya yang mereka buat, seperti halnya Efek Rumah Kaca tadi. Siapa tahu akan ada band yang terpengaruh Radiohead, Oasis, Metallica, Efek Rumah Kaca, Slank, atau bahkan The Beatles, meski mereka hanya suka salah satu dari mereka, dan kemudian membuat band yang bisa sebesar idolanya. 

BACA JUGA - Mana yang Lebih Sakit? Diputusin Pacar atau Dipecat Dari Band?

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner