Belukar Ditengah Skena Musik Solo
Nama Belukar akan selalu terkait dengan ikon festival musik cadas kebanggaan kota Solo, Rock In Solo. Karena embrio festival ini tercetus seiring dengan makin berkembangnya bisnis distro Belukar
“Yang pertama kali terpikir adalah dimana ada orang nongkrong pasti selalu ada obrolan temen-temen yang nanya soal beli dimana merchandise yang dipake. Bermula dari situ akhirnya kita sepakat buat jualan”. Demikian Bah Jojo yang memiliki nama lengkap Ahmad Azhar Hanafi, mantan pemain bass Down For Life mengungkapkan alasan dibalik berdirinya distro Belukar. Ide berniaga tersebut muncul dari Adjie dan Jalu untuk memiliki sebuah distro yang bisa menjual produk-produk band yang ada ditongkrongan. Akhirnya pada tahun 2004 lalu sebuah rumah dikawasan Jalan Pandudewanata, merangkap kediaman Erdo yang kerap dijadikan tempat nongkrong komunitas metal kota Solo dipilih sebagai distro dan ditunjuklah Bah Jojo untuk menjalankan operasional distro.
”awalnya kita jualan lapakan di teras rumah. Cuman modal gantungan baju buat display. Yang dijual produk sendiri dari band Down For Life dan sisanya produk bandnya temen-temen satu tongkrongan. Paling cuman 5-6 macem. Saat itu kita sama sekali tidak berpikir soal keuntungan”. Adalah Jalu yang mencetuskan nama Belukar. Nama yang awalnya disandang oleh Jalu sebagai seorang artworker. Dengan semakin maraknya geliat musik cadas di kota Solo dan jejaring bisnis yang mulai terbuka, nama Belukar semakin dikenal dikawasan Solo sebagai distro yang menjual produk merchandise original. Barang yang dijual makin banyak jenisnya dan sejalan dengan orang yang datang berbelanja atau sekedar nongkrong. Dari yang awalnya berdagang lapakan di teras rumah akhirnya Belukar memanfaatkan lorong koridor lebar 1,5 meter dan panjang 10 meter disamping teras untuk ditata menjadi sebuah toko merangkap gudang tempat mereka berjualan.
Nama Belukar akan selalu terkait dengan ikon festival musik cadas kebanggaan kota Solo, Rock In Solo. Karena embrio festival ini tercetus seiring dengan makin berkembangnya bisnis distro Belukar. Dikarenakan tempat yang dinilai sudah tidak memadai dan kurang kondusif, akhirnya pada awal tahun 2016 Belukar pindah ke kawasan Penumping. “kita pindah karena butuh gudang yang lebih besar dan yang nongkrong makin banyak. Orang yang belanja jadi sungkan buat datang ke toko”, kenang Bah Jojo.
Menempati lokasi baru yang representatif menjadikan nama Belukar semakin dikenal sebagai pusat informasi sekaligus barometer perkembangan skena musik kota Solo. “pada akhirnya yang datang ke Belukar tidak hanya konsumen yang belanja aja. Dan yang nongkrong pun dari berbagai kalangan. Dari pelaku skena dari berbagai generasi, anak band dan juga pembuat acara. Kita selalu terbuka pada semua genre musik di kota Solo”. Hal itu dibuktikan dengan hadirnya berbagai produk rilisan dan merchandise band dari berbagai genre dan turut menambah dinamis geliat skena musik Solo.
Terkait dengan dampak pandemi bagi bisnis Belukar Bah Jojo berujar sangat terasa dengan turunnya penjualan. “begitu acara musik diberhentikan penyelenggara acara juga nganggur dan penikmat musik jadi berkurang. Tapi dengan hadirnya teknologi digital akhirnya kita punya kesempatan untuk lebih memaksimalkan itu. Misalnya ketika lagi ketatnya PPKM di Solo, toko tetap buka tapi kita tidak melayani pembelian secara tatap muka. Beli lewat japri dan barang kita kirim lewat jasa pengantaran”.
Bah Jojo mengungkapkan Belukar pernah mengalami masa transisi terkait dengan perubahan orientasi bisnis Belukar. Saat itu pada awal tahun 2016 Belukar mulai fokus berbenah manajemen bisnis mereka dengan tujuan mensejahterakan para pelaku didalamnya. Namun ternyata rencana bisnis yang dinilai kaku tersebut dinilai tidak cocok dengan tujuan awal Belukar dibentuk. “kita bikin Belukar ini atas dasar kecintaan kami pada musik dan komunitas musik kota Solo. Ketika rencana bisnis yang murni mengejar keuntungan itu dijalankan pergerakan kita menjadi kurang luwes lagi. Tidak dipungkiri produksi makin banyak, hasil makin banyak dan brand makin dikenal. Tapi itu ibarat jadi dua sisi mata pisau, yang satu menghasilkan sisi lain justru bikin kita tertekan. Akhirnya tahun 2019 kita menyadari bahwa sistem ini tidak cocok dan kita kembali menjalankan sistem terdahulu”.
Pergerakan Distro Belukar tidak melulu hanya berniaga. Merasa semangat awalnya adalah musik maka pada tahun 2007 mereka membentuk Belukar Records dan mendapuk album perdana Down For Life sebagai rilisan pertama mereka. Selain festival akbar Rock In Solo, pada tahun 2009 Belukar juga menggagas sebuah festival rutin bertajuk Liturgi Teror Dan Kemenangan. Acara ini menjadi ajang apresiasi bagi band-band yang biasa nongkrong dan beraktifitas di Belukar. Pada tahun 2016 mereka juga menerbitkan media cetak, Belukar Zine yang isinya berisi info seputar skena musik Solo merangkap katalog produk.
Pada tahun 2021 Distro Belukar menempati lokasi baru di Jl. Cokrobaskoro No.52, Tipes, Kec. Serengan, Kota Surakarta. Menyambut tahun 2022 Bah Jojo berharap situasi dan kondisi kota Solo akan membaik karena ada banyak agenda terkait dengan pengembangan distro Belukar. Bersama timnya Belukar akan menghidupkan kembali program yang pernah dibuat seperti media Zine dan festival musik Belukar. Selain tentu saja kembali mempersiapkan festival kebanggaan kota Solo, Rock In Solo yang sudah mendapatkan lampu hijau dari pemkot Solo untuk kembali digelar ditahun 2022.
Comments (0)