"Bawah Tanah" dan Etos "Do It Yourself", Ajang Silaturahmi Kolektor Pita

Foto: Franco Londah

Selain menjadi candu bagi penggiatnya, para kolektor item dari rilisan fisik pita kaset turut menjadi satu bagian yang sulit dipisahkan dari gerakan "bawah tanah", khususnya di kota Bandung. (Bagian ketiga dari kisah tentang Hendro 'GS2C')

Bandung—Jaringan komunikasi kolektor item tidak kaku, tidak ada organisasi khusus atau komunitas. Hanya tempat kumpul, senda gurau, ketawa ketiwi, berbagi kopi namun tetap saling tukar info seputar dunia permusikan. "Yang resminya di Bandung untuk komunitas pita kaset gak ada, cuma lebih ke event. Kalau event banyak. Mereka lebih ke masing-masing (bergerak secara individu). Nah, kalau ada event baru pada kumpul. Sebenarnya ada event regular, seharusnya bulan September tanggal 1-2, Festival Kaset Bandung, namanya. Berhubung gedungnya lagi direnovasi, jadi diundur. Datanglah ke sana, main, ngobrol, silaturahmi, kalau pingin lihat komunikasi rilisan fisik di Bandung dan Indonesia." Festival Kaset Bandung sudah kali ketiga diselenggarakan sejak tahun 2016. Banyak penjual dan kolektor rilisan fisik adu koleksi secara positif di perhelatan ini.

Sebenarnya, ada beberapa penjual pita kaset dan rilisan fisik yang tersebar di Bandung. Sebagian besar masuk kalangan grassroot, bergerak independen. Etos 'Do It Yourself' dan kolektivitas, dekat dengan dunia musik dan pergerakan "bawah tanah" di kota yang dikenal sebagai barometer musik Indonesia. Hendro kemudian menyebutkan mereka yang berada di kalangan grassroot—bahasa kininya "bawah tanah" atau independen—sendiri, "Misalnya anak-anak Cihapit Skool of Rock, ada Aris 'Metalgodz' sama Bang Iyur. Lalu, anak-anak di Bursa Musik DS (Jalan Dewi Sartika), di situ ada Kang Buddy 'Goler' dan Doyok." Mereka dan Hendro 'GS2C' termasuk dari para kolektor item yang aktif dan berkontribusi dalam pelestarian rilisan fisik. Sudah menjadi rahasia umum kalau ingin berburu dan bertemu kolektor, mampir di kawasan Dewi Sartika dan Tjihapit Skool of Rock (akan kami ulas di artikel selanjutnya) yang dikenal luas sebagai wadah komunitas "tidak resmi" para kolektor rilisan fisik. Tempatnya di samping jalan, tidak ada struktur pasti, hanya hobi dan kesukaan yang sama sebagai tali silaturahmi. Nama Hendro sendiri memang sangat familiar di kalangan kolektor rilisan fisik Bandung.

Hendro 'GS2C' meyakini: kalau memang itu sudah menjadi hobi, jalani saja dan sering komunikasi antar sesama kolektor yang hobi rilisan fisik. Berbagi informasi itu penting, Coklatfriends! Dan terpenting, jangan lupa beli rilisan fisiknya. Teknologi dengan sistem bebas unduh sah-sah saja. Justru, menurut Hendro 'GS2C', dari situ acuan untuk eksplorasi musik lain, band lain, album-album yang jarang rilis di Indonesia atau rilis terbatas saja dan rilisannya menjadi buruan kolektor. Sejatinya, dengan membeli rilisan fisik band, terutama band indie atau bawah tanah, kita turut mendukung kemajuan industri musik Indonesia, selain menunjang band-band baru yang merilis karya dan regenerasi band indie-bawah tanah. Free download silahkan saja, itu bebas. Rilisan fisik adalah hal utama.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner