Bagaimana Band-Band ini Menerjemahkan Rasa Lewat Musik Elektronik?

Bagaimana Band-Band ini Menerjemahkan Rasa Lewat Musik Elektronik?

Sumber foto : http://www.iheartsynths.com

Bagaimana band-band berikut ini menghadirkan “rasa” dalam lagunya, dengan cara mereka meramu musik elektronik, seperti synthesizer?

Dalam sebuah persidangan yang digelar oleh DCDC, ketika menghadirkan HMGNC sebagai terdakwanya, dengan dua jaksa penuntut, Pidi Baiq dan Budi Dalton, yang membahas tentang karya musik dari HMGNC. Dua orang jaksa penuntut tersebut punya kredibilitas mumpuni, sebagai orang yang mampu menganalisa banyak hal tentang musik, dan ragam ornamen menarik yang hadir menjadi bagian di dalamnya. Seperti misalnya sebuah pertanyaan dari Budi Dalton, ketika dia mempertanyakan tentang bagaimana HMGNC menghadirkan “rasa” dalam lagunya, dengan cara mereka meramu musik elektronik, seperti synthesizer?

Lontaran pertanyaan dari Budi Dalton tersebut berdasar pada karakter instrumen synthesizer sendiri, yang bisa dikatakan kurang dinamis, dibanding alat musik konvensional seperti gitar misalnya, dimana pemain dan instrumen musiknya bersentuhan langsung, sehingga “rasa” itu terbangun dari sana. Sedangkan instrumen synthesizer sendiri dimainkan dengan “campur tangan” program komputer, dimana nada-nada yang terjalin tampil datar, tanpa adanya dinamika naik turun dari instrumen musik tersebut. Atau kalaupun ada, tidak terasa alami, dan hal ini berimbas pada kurangnya “rasa” yang dibangun alat musik elektronik ini. Padahal “rasa” adalah unsur penting dalam proses penciptaan sebuah lagu, agar lagu itu punya “nyawa”.

Pertanyaan menarik ini dijawab dengan jawaban yang juga menarik oleh Dina, pemain synthesizer HMGNC. Dia menjawab jika pada proses penciptaan lagu di HMGNC, olahan “rasa” itu dihadirkan ketika proses penciptaan lagu belum masuk pada tahap pengisian aransemen musik synthesizer. Namun proses olahan rasa itu sendiri dihadirkan pada bentuk awal lagu, ketika lagu masih dalam keadaan “telanjang”, dengan hanya iringan bunyi piano saja. Dari sana nyawa sebuah lagu yang dibuat HMGNC dibangun. Sampai akhirnya penambahan bunyi synthesizer dan suara sampling lainnya, dihadirkan belakangan sebagai pemanis lagu tersebut.

Hal ini juga sejalan dengan idola mereka, seperti Bjork atau bahkan Radiohead, dimana mereka juga cukup banyak memasukan unsur elektronik dalam musiknya. Namun menariknya, meskipun dalam penggarapan musiknya banyak menambahkan aneka macam rekayasa bunyi digital, “rasa” dalam lagu-lagunya masih begitu terasa, untuk menutupi “kekurangan” naik turun dinamika instrumen musik elektroniknya. Mereka menyeimbangakan rasa dalam musiknya, dengan penyampaian teknik vokal yang ekspresif, dimana hal itu pada akhirnya membuat lagu mereka menjadi bernyawa, karena delivery yang baik dalam menyajikan lagunya.

Selain band HMGNC, Bjork dan Radiohead, sebuah band industrial rock asal Bandung, Koil, juga punya hal yang serupa, ketika musik elektronik yang mereka buat, ditampilkan dengan sentuhan musik rock, dimana hal itu menjadi nyawa musik mereka itu sendiri. Apalagi ditambah dengan lirik lagu Koil yang provokatif, menjadikan musiknya jadi punya sesuatu yang bersuara, meskipun dihadirkan dengan campur tangan sampling komputer di dalamnya. Bedanya dengan HMGNC, Koil memadukan olah suara digital musik mereka dengan distorsi yang tebal, dimana tiap sayatannya jadi punya daya ledak luar biasa. Ditambah dengan karakter suara drum mereka, yang dimainkan oleh Leon. Dentuman dan hentakan drum yang dimainkan Leon seakan menjadi “teror” tersendiri, kala Doni dan Adam bersahutan memberi sayatan distorsi, untuk mengawal sumpah serapah nyanyian Otong di atang panggung.  

BACA JUGA - Intensitas Menarik antara Musisi dengan Instrumen Musiknya

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner