Arina Ephipania dan Paket Komplit Musikalitasnya

Arina Ephipania dan Paket Komplit Musikalitasnya

Sumber foto : foto merupakan karya dari @fajarbolipia

Arina bersinar bukan hanya karena dia perempuan saja, namun juga musikalitas yang dia punya memang jempolan, dari mulai membuat lagu, lirik, bermain gitar, flute, bahkan di beberapa penampilan Mocca Arina sering pula menari tap dance

Setiap bulannya DCDC selalu menuliskan tentang musisi-musisi independen yang dianggap sudah layak diberi ‘gelar’ legenda musik. Tentunya bisa jadi perdebatan tentang kurasi yang kami anggap pantas dengan sebutan itu dan apa yang pembaca anggap pantas dengan sebutan itu. Tapi pada kenyataanya, semua musisi yang kami masukan dalam list ini tentu punya kiprah dan karya yang bisa menjadi rujukan bagi generasi setelahnya, apalagi mereka bisa dibilang mempunyai pengaruh cukup signifikan dalam perkembangan musik ‘indie’ di Indonesia. Salah satunya adalah band Mocca, dengan sang vokalis, Arina Ephipania.

Arina menjadi seperti oase di gurun pasir ketika itu, ketika semua penyanyi berlomba-lomba menjadi seorang diva, dia kemudian hadir bersama bandnya, dengan lagu yang sederhana namun manis dan melekat di hati. Kekhasan vokalnya yang melenakan membuat dia dan bandnya kerap wara wiri di MTV Indonesia kala itu. 24 Jam TV ini siaran dan mungkin setengah dari jam pemutarannya selalu menghadirkan Mocca, saking mereka begitu mecuri perhatian kala itu.

Tentunya Arina bersinar bukan hanya karena dia perempuan saja, namun juga musikalitas yang dia punya memang jempolan, dari mulai membuat lagu, lirik, bermain gitar, flute, bahkan di beberapa penampilan Mocca Arina sering pula menari tap dance. Bersama rekan satu bandnya, Rico, Arina sanggup menuliskan lagu dengan gaya story telling yang membuatnya dekat dengan pendengar. Simak saja album pertama Mocaa, My Diary. Dari awal lagu sampai terakhir semuanya berhubungan menjadi sebuah cerita, layaknya sedang membaca buku diary.

Arina (kanan) berpose dengan Mocca, era awal sebelum merilis album pertamanya, 'My Diary'

Sebagai musisi dan penampil di atas panggung, Arina punya paket komplit, dari mulai musikalitas yang dia punya hingga stage act yang dia tampilkan di atas panggung. Bukan hanya pubik Indonesia, bahkan kekhasan suara Arina menjadi candu tersendiri bagi publik atau pecinta musik di Korea Selatan misalnya. Persona Arina yang cute dan manis jadi terasa relate dengan kecenderungan ‘idol’ di Korea Selatan, hingga tidak heran jika pada akhirnya Mocca dikenal luas disana, bahkan beberapa lagunya menjadi soundtrack serial televisi disana.   

Salah satu yang cukup konsisten dihadirkan Mocca hingga hari ini adalah gaya bermusiknya yang cheerfull. Satu hal yang senada pula dengan pembawaan Arina yang bisa ngeblend dengan musik yang disajikan Mocca. Uniknya band ini, bahkan ketika ada gap cukup mencolok saat itu antara indie vs major, Mocca mungkin menjadi satu-satunya band ada ditengah-tengah, karena baik pendengar arus utama atau pun arus pinggir rasanya susah untuk membenci band ini.

Selain bernyanyi dan bermain alat musik Arina juga piawai dalam menulis lirik di lagu-lagu Mocca. Seringnya yang dia tulis adalah tema-tema yang dekat dengan keseharian, bahkan dia pernah menuliskan tentang anjingnya, Zeus di lagu “Buddy Zeus”. Disajikan dengan irama swing pop yang manis, Arina menjadi sedikit dari musisi perempuan yang punya karakter kuat secara musikal. Vokalis yang dulu pernah membidani band She ini agaknya akan punya catatan penting di sejarah musik independen tanah air. Menjalani karir bermusik selama 20 tahun lebih rasanya jadi cukup alasan kuat kenapa nama Arina Ephipania patut/layak masuk daftar legenda musisi di tanah air. Musikalitas ok, karya yang memorable, hingga konsistensinya dalam bermusik bisa jadi rujukan untuk generasi setelahnya, tentang seperti apa seharusnya vokalis perempuan di band pop itu bersuara.

BACA JUGA - Bengbeng : Si ‘Koki’ Musik yang Unik dan Eksploratif

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner