Apakah Tren Musik Tahun Lalu Akan Berulang Tahun Ini?

Apakah Tren Musik Tahun Lalu Akan Berulang Tahun Ini?

Seperti apa tren musik tahun 2019 ini akan berjalan? DCDC mencoba mengulas kembali apa yang terjadi tahun lalu, dan menganalisa apakah tren tahun lalu akan berulang pada tahun ini?

Satu hal yang bisa dibilang menggembirakan dari tahun 2018 adalah lahirnya lagu-lagu dengan tema menarik, yang disampaikan dengan sudut pandang yang juga menarik. Seperti misalnya .Feast yang dengan ketajaman analisa dan intuisi penulisan liriknya, mampu menyajikan cerita ‘Indonesia Hari Ini’. Lalu ada juga Kunto Aji yang punya kejelian menyajikan hal-hal yang sepertinya jarang tersentuh, seperti kesehatan mental, yang menjadi tema besar albumnya. Baik Aji maupun .Feast bisa menangkap cerita ‘Indonesia Hari Ini’, dengan dua pendekatan yang berbeda, dari Aji yang menyoroti yang ada di dalam diri seseorang, dan .Feast yang merespon di luar diri seseorang, seperti hiruk pikuk yang terjadi di negeri ini.

Tahun 2019 perjalanan Aji dan .Feast akan menemukan tandem, yang juga punya kejelian menangkap hal teraktual di negeri ini, dan untuk itu sepertinya tepat jika diemban oleh para rapper yang belakangan ini mulai bergeliat. Dari mulai rentetan tutur kata serapah perihal selangkangan dari Krowbar, Boyz Got No Brain yang dengan romantisme era 90an nya mampu ngasih tahu siapa ‘gangster' sebenarnya, sampai versi ketengan dari Homicide dan Blakumuh yang turun gunung membicarakan buku panduan ‘hip hop 101’, untuk para rapper yang gagap bicara namun berlaga seperti rapstar, padahal baru mampu menulis lirik topi saya bundar, seperti apa yang pernah dilontarkan oleh Xaqhala dalam lagunya.

Tahun 2019 harusnya menjadi langkah awal untuk para musisi folk yang bicara tentang senja, langit dan hujan untuk ‘angkat kaki’, dan mempersilakan Jason Ranti atau siapapun yang bisa mengembalikan folk ke kasta tertingginya lagi, setelah Silampukau mampu bicara banyak tentang kotanya, serta Theory Of Discoustic yang piawai merepresentasikan budaya tanah kelahirannya, melampaui pencapaian band sejenis yang baru bisa menikmati senja di taman kota. Selain itu, ada band Barasuara yang nampaknya perlu membenahi lirik dan musiknya, pasca mereka merilis “Guna Manusia” yang sepi apresiasi, karena dibilang jelek tapi lumayan, dibilang bagus juga masih kurang, hingga akhirnya menjadi angin lalu saja, dan bahkan mampu dilewati Glaskaca, yang notabene nya ‘anak didik’ Iga Masardi, sang vokalis dan gitaris Barasuara tersebut.

Untuk musik cadas, tahun 2019 sepertinya Seringai masih akan ‘merajai’ panggung, terlebih karena mereka punya amunisi mumpuni dari kantung album terbarunya, Seperti Api. Adapun yang akan ‘mengekor’ dibelakangnya mungkin dari band-band rilisan Lawless Records, seperti Pelteras atau Belantara misalnya. Sedangkan Burgerkill, meskipun mungkin tidak serapat Seringai untuk urusan jadwal panggung, namun keberadaannya masih bisa mengancam lewat satu dua amunisi musik tegangan tinggi, di beberapa panggung tahun 2019 ini, diikuti oleh Revenge The Fate dan M.U.C.K, yang menutup tahun 2018 dengan musiknya yang fresh, dimana hal itu berbanding lurus dengan adanya personil baru dalam tubuh dua band itu.

Tahun 2018 lalu, kabar gembira perihal geliat musik tanah air tidak hanya datang dari tanah Jawa, dan hal tersebut dipicu oleh invasi beberapa band dari Makassar, Lampung, Samarinda, bahkan Lombok, lewat band-band seperti Theory Of Discoustic, Murphy Radio, atau pun Sundancer, yang mampu bicara banyak dengan musiknya. Tahun 2019 ini tampaknya mereka masih akan diberikan ‘panggung’ untuk menebus ‘dosa’ terdahulu band-band seperti Kangen band, Radja, atau Kufaku misalnya, yang (jika boleh mengutip lirik lagu Cupumanik) sudah ‘mengotori’ wajah musik negeri ini.    

Tren musik yang sempat kembali ke era 90 bahkan 80an belakangan ini, mungkin masih akan terus berlanjut tahun 2019 ini, tentunya dengan kemauan untuk ‘ngulik’ siapa lagi musisi lawas yang musiknya masih bisa relate dengan pendengar musik hari ini. Setelah satu persatu personil gank Pegangsaan diulik dan dianggap cult oleh para millennials, maka apakah tren akan berlanjut pada ekplorasi musikal musisi lawas lainnya, seperti Jockie Surjoprajogo misalnya? Semoga tahun 2019 masih ada kabar baik seputaran musisi seperti Harry Roesli hingga Candra Darusman, yang mengenalkan kembali karyanya lewat tangan musisi muda. Setelah Pee Wee Gaskins dengan album Salute To 90's nya, mungkin Hivi bisa mencoba melakukan hal yang serupa, mengingat band ini punya kapasitas mumpuni sebagai sebuah kolektif musik.     

BACA JUGA - Tahun 2018 Ini, Ada Sederet Cerita Musisi yang Sayang Jika Dilewatkan

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner