“All I Want” : Sajian Dendam dan Asmara Dari The Panturas

“All I Want” : Sajian Dendam dan Asmara Dari The Panturas

Dibuka dengan adegan Anwar sedang menyiapkan daging pesanan, kemudian gas sepeda motor klasiknya ditancap untuk mengantarkan daging pesanannya tersebut kepada seseorang. Tibalah Anwar di salah satu rumah makan bernama Rumah Sate Pantura yang diketahui pemiliknya bernama Ida. Anwar kemudian masuk dan meletakan daging pesanan Ida, lalu suasana pun menjadi canggung. Ternyata sebelumnya Anwar pernah menyatakan cinta kepada Ida, namun Ida tak kunjung memberikan jawaban, hingga akhirnya Anwar kembali bertanya kepada Ida tentang perasaanya tersebut dan akan melakukan apapun untuk membuktikan rasa cintanya kepada Ida.

Nah dari sinilah cerita menjadi semakin menarik. Mulai dari Ida yang awalnya pendiam, gugup dan canggung, setelah mendengar ucapan Anwar yang siap melakukan apa saja demi cintanya, sikap dan ekspresi Ida mulai berubah jadi bahagia. Radio dinyalakan, alunan lagu “All I Want” milik The Panturas juga mulai terdengar yang kemudian menjadi pengiring ketika Ida dan Anwar mulai berdansa. Awalnya Anwar merasa tidak percaya, namun akhirnya ia terhanyut dalam dekapan Ida.

Adegan selanjutnya memperlihatkan suasana yang berbeda. Ketika asik berdansa, Ida kemudian menggiring Anwar untuk memasuki dapur dan situasi menjadi mencekam ketika terdapat seseorang dengan posisi tangan tergantung dan kepala tertutup kain berada tepat di hadapan mereka berdua. Perubahan yang terjadi itu mampu disajikan dengan apik, terutama ketika Prisia Nasution dan Dimas Danang berhasil menunjukan kualitas mereka dalam berakting ketika memasuki dapur tersebut. Danang mampu mengubah ekspresi yang awalnya bahagia dan dengan cepat menjadi ekspresi kaget setengah mati ketika melihat seseorang sedang tergantung. Berbeda dengan Prisia yang berhasil memanuver ekspresinya menjadi seorang gadis dengan senyum bak seorang psikopat yang penuh dendam.

Teror yang diberikan Ida lewat senyum jahatnya mampu memberikan sensasi seperti film-film bertema pembunuhan yang sangat terasa. Adegan Ida membuka kain penutup yang kemudian berbicara kepada Anwar pun saya rasa sukses mematahkan karakter Ida yang awalnya terlihat gugup dan pendiam. Tawa menyeringai penuh intimidasi yang ditampilkan semakin memperlihat sisi lain dari seorang Ida yang sebenarnya. Penggambaran kejadian masa lalu yang ditampilkan ketika Ida menunjukan foto mampu memperkuat alur cerita inti dengan adegan kelam yang dialami oleh keluarganya. Puncak emosi terjadi ketika ingatan Ida mengarah kepada ibunya yang disakiti tepat di depan mata Ida saat itu. “Saya bisa balas dendam” ucap Ida ketika ingatannya itu terus terngiang, hingga kemudian Ida mengambil pisau untuk membunuh orang itu. Akhirnya barulah Anwar beranjak dari rasa tidak percayanya untuk segara menghentikan perbuatan yang akan Ida lakukan. Untuk adegan ini dialog Anwar menjadi lebih dominan, di mana dia mencoba menenangkan Ida dan dirinya mulai mencoba untuk memberikan air minum untuk Ida.

Secara pengadegan saya kurang setuju dengan apa yang dilakukan oleh Anwar ketika dia meninggalkan Ida dengan pisau yang masih tersimpan disana, karena mental Ida yang masih tidak stabil. Tapi namanya film pasti selalu begitu. Benar saja, apa yang saya pikirkan tadi terjadi. Ketika Anwar pergi untuk mengambil air minum, Ida mengahampiri orang teresebut dan melepaskan tali yang membungkamnya. Dengan penuh provokatif, orang tersebut terus saja berbicara dengan logat bataknya yang kental. “Gak bisa kau jadi pembunuh, gak punya nyali kau” ucap orang tersebut. Setelah mendengar ocehan itu, akhirnya Ida kembali mengambil pisau tadi dan kemudian membunuhnya. Adegan pembunuhan ini mampu dikemas dengan baik dan rapi, terutama ketika efek cipratan darah muncul setelah sayatan pisau mengenai orang tersebut. Akting dari Prisia terlihat sangat natural saat adegan itu, seakan-akan Prisia benar-benar sedang membunuh seseorang. Pengambilan gambar pun sangat pas dan semakin memperlihatkan mimik muka penuh dendam dari Prisia yang berperan sebagai Ida.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner