Album Review: Repton - 'The Book Against Catastrophy'

Album Review: Repton - 'The Book Against Catastrophy'

Artwork di atas didapatkan dari akun Facebook Repton.

Sebuah review untuk album pertama dari Repton. Sebuah mesin gerinda baru dari Sukabumi yang menelurkan The Book Against Catastrophy di bulan September 2018 dinaungi label asal Cina, Brutal Reign Production.

Berdiri di akhir tahun 2016 di kota Sukabumi, Repton adalah salah satu generasi baru di skena musik death metal Sukabumi. Walau di beberapa posisi mereka adalah orang-orang lama, namun dari sisi produksi rekaman mampu hadir memberikan warna death metal yang segar. Bulan Maret 2017 bersama Room Mate Records dari Yogyakarta, Repton merilis album promosi bertitel Five Dangerous Zombie Ready To Kill Anyone. Bermodalkan promo album inilah Repton merambah berbagai panggung lokal bawah tanah dan memperluas jejaring musik mereka. Berselang satu tahun kemudian pada bulan September 2018, mereka merilis album perdana mereka di bawah naungan label asal Cina, Brutal Reign Production, dengan judul album The Book Against Catastrophy. Formasi di album ini, Repton terdiri dari A Rivana (vokal), AF (gitar), Ichsan PJ (gitar), Coxx (bass), Ramdan (drum).

Miskinnya informasi dari press release yang mereka kirim ke meja redaksi menjadikan sulit sekali untuk bercerita banyak tentang album Repton. Mereka sama sekali tidak melampirkan informasi resmi tentang tema album dan proses pengerjaan album hingga akhirnya berhasil dirilis oleh label rekaman dari Cina. Jika mereka mau berbagi informasi terkait hal itu, tentu review album ini akan menjadi sangat menarik, dan pengalaman mereka bekerjasama dengan label internasional akan sangat bermanfaat bagi band lain. Namun, sekilas dari lirik yang disertakan, mereka banyak bercerita tentang isu-isu sosial dan politik yang terjadi di keseharian mereka.

Review kali ini akan lebih banyak fokus kepada hal teknis terkait album The Book Against Catastrophy. Album ini terdiri dari delapan buah lagu dengan durasi rata-rata tiga menit. Total durasi yang tercatat yang tercatat di album ini hanya 23 menit 38 detik. Untuk sebuah album, rasanya durasi total yang mereka suguhkan di album ini terlalu singkat. Ada rasa kepenasaran ketika semua track audio habis tuntas dikonsumsi telinga.

Komposisi old skool death metal mendominasi setiap track. Ketukan slamming groovy diselingi beat hypercan sebagai pemanis menjadikan album ini cukup enak untuk dinikmati. Apalagi buat pendengar yang akrab dengan musik gaya New York death metal. Album ini digarap di tiga studio yang berbeda. Instrumen drum direkam di studio Fun House dan instrumen lainnya di rekam di studio Nazgul. Sedangkan vokal direkam di studio TR. Untuk proses mixing mastering kembali dilakukan di studio Nazgul. Secara kualitas rekaman, audio dari album ini sangat baik. Instrumen drum hadir dengan karakter suara yang alami menjadikan permainan sang drummer menjadi sangat menonjol di album ini.  

Yang menarik dari album ini adalah dari segi komposisi lirik. Jika kita baca judul lagunya, ada dua judul lagu menggunakan bahasa Indonesia dan sisanya berbahasa Inggris. Lagu pertama, "Zombie’s Swag" ternyata hanya menjadi intro alias tidak diisi oleh vokal. Tadinya, saya berpikir jika lagu yang diberi judul bahasa Inggris tentu semua lirik di dalamnya akan menggunakan bahasa Inggris juga. Jika sekilas kita dengarkan, tentu tidak akan jelas dengan apa yang sedang dinyanyikan karena artikulasi vokal menjadi hal yang tidak penting ketika sang vokalis bernyanyi menggunakan teknik growl.

Jika kita baca liriknya barulah kita sadar ternyata mereka mencampur pemakaian bahasa Indonesia dan Inggris di setiap liriknya. Contohnya, dalam lagu "Cow Protocol" atau yang secara harfiah bisa diartikan dengan "Perjanjian Sapi". Di bait awal, mereka menggunakan bahasa Indonesia dan pada bagian refrain lirik berganti menjadi bahasa Inggris.  Pola ini terjadi di semua lagu yang menggunakan judul berbahasa Inggris. Kejutan lainnya adalah judul album tidak hadir di lagu mereka. Tujuannya mungkin pemakaian judul The Book Against Catastrophy menjadi semacam kalimat yang merangkum semua tema dalam lirik di album ini. Seperti juga yang coba mereka tampilkan dalam kemasan art work yang secara eksplisit sudah mampu bercerita tentang apa yang ingin mereka sampaikan.

BACA JUGA - Mini Album Review - Brother Wolf Sister Moon (Self-Titled)

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner