Album Review: Maskaryoo - 'Say What You Want'

Album Review: Maskaryoo - 'Say What You Want'

Waktunya mengupas tuntas sebelas lagu dari album dengan titel Say What You Want. Album ini merupakan album perdana dari Maskaryoo, band asal Bandar Lampung yang dirilis pada tanggal 1 Desember 2018.

Sangat sulit mencari informasi tentang band ini. Satu-satunya informasi resmi terkait biografi dan karya-karya mereka berhasil didapatkan melalui halaman Facebook mereka. Band ini berdiri sejak September tahun 1998 di Bandar Lampung dengan memainkan musik rock alternatif selama kurang lebih satu tahun. Barulah tahun 1999 mereka menetapkan pilihan pada musik ska atau mereka menyebut dengan aliran 2 tone ska, atau musik ska gelombang kedua yang kemudian menjadi populer di kalangan skinhead Britania di era 1980an. Selama rentang waktu hampir 20 tahun, mereka wara-wiri di dunia musik independen dengan menghasilkan beberapa single. Di awal karir, mereka merilis single "Happy Rude Boy's", disusul pada tahun 2001 mereka merekam dua buah single sekaligus, "Monday Suck's" dan "Reapteance". Setahun kemudian, mereka kembali merekam single "Say What You Want". Tiga buah single yang telah mereka rekam tersebut tidak diluncurkan ke pasaran, alias hanya jadi koleksi dokumentasi mereka.

Barulah pada tahun 2005 mereka melepas dua single untuk diperdengarkan di radio dengan judul "Rosalinda" dan "Bang Dudung". Tahun 2007, mereka kembali merilis dua single ke pasaran, "Gigolo Gagal" dan "Satria Durjana".  Tahun 2008, sebuah single dilepas kembali dengan judul "Rok Mini". Butuh waktu 20 tahun hingga akhirnya band ini berhasil merilis album perdana mereka yang judulnya diambil dari salah satu single mereka di tahun 2002, Say What You Want, di bawah kendali formasi terbaru, Bayu (vokal), Wayan (vokal), Fery (bass), Hendri (kibor), Indra (gitar), Heru (drum), Reno (gitar), Iman (gitar), Redhi (brass section), Doni (trombon), Grandy (brass section), Bagas (saksofon) dan Keken (perkusi).

Ada 11 lagu yang mereka sertakan dalam album perdana mereka, termasuk satu buah intro yang disimpan sebagai lagu pembuka. Tiga buah lagu yang sebelumnya jadi single mereka kembali disertakan dalam album yang diproduksi oleh NK Production dari Bandar Lampung. Secara umum, album perdana yang mereka suguhkan menampilkan kemampuan mereka memoles musik ska dengan sentuhan musik lain. Ritme upbeat atau dikenal dengan ritme skank yang menjadi ciri dari musik ska mendominasi semua lagu, dikawal penuh oleh harmonisasi suara trompet dan trombon. Aksi solo gitar yang dipadukan permainan kibor yang kadang memasukan unsur nada rock melayu di beberapa lagu juga memberikan kejutan lain untuk ska yang diusung oleh Maskaryoo. Yang justru hilang justru permainan dari perkusi, tersapu hentakan drum yang dinamis. Struktur lagu sengaja dibangun sederhana dengan nada-nada yang catchy dan mampu mengajak semua orang untuk ikut bernyanyi.

Mengandalkan dua vokalis dengan gaya bernyanyi yang berbeda berhasil membangun harmonisasi vokal dan memberikan karakter berbeda di setiap lagunya. Secara umum, tidak ada tema khusus dalam album Say What You Want. Yang mereka ceritakan adalah tema keseharian yang terjadi di sekitar mereka. Ada tiga buah lagu berlirik Indonesia dan sisanya ditulis dalam bahasa Inggris. Khusus untuk lirik berbahasa Inggris, rasanya Maskaryoo perlu lebih berhati-hati lagi. Dengan pengalaman bermain musik selama 20 tahun dan menjajal berbagai panggung, tentu Maskaryoo sudah mempunyai banyak penggemar setia, yang selalu ada dan hadir ketika Maskaryoo tampil untuk bisa bernyanyi bersama.

Yang perlu diperhatikan adalah banyak penulisan lirik Inggris di album Say What You Want perlu diperbaiki kembali. Banyak kalimat dalam bahasa Inggris yang tidak tepat, cukup membingungkan untuk bisa dipahami. Selain itu, banyak lirik yang dinyanyikan tidak sesuai dengan apa yang dituliskan pada sampul album. Entah kesalahan ada di mana, namun lagu berlirik bahasa Inggris itu menjadi kehilangan makna dan sulit dipahami. Memang akan terdengar lebih keren jika sebuah lagu dinyanyikan dengan lirik bahasa Inggris, jika dituliskan dan dilafalkan dengan cara yang benar, namun justru akan menjadi bumerang jika tidak teliti dan malas untuk bertanya pada orang yang lebih ahli di bidangnya. Semoga kedepannya ini akan jadi catatan bagi Maskaryoo untuk lebih teliti sebelum melempar karya ke khalayak.

Yang perlu digarisbawahi dari album ini adalah akhirnya eksistensi Maskaryoo sebagai sebuah band ska dari Lampung berhasil terjawab. Dua puluh tahun mempertahankan idealisme dan eksistensi bukanlah perkara mudah di tengah keterbatasan sarana dan prasarana yang ada di Bandar Lampung. Dengan hasil produksi album yang maksimal, tugas selanjutnya yang tidak kalah berat adalah mempertanggungjawabkan karya tersebut di hadapan para penggemar. Fans setia yang sudah 20 tahun setia menemani dan mendukung eksistensi Mas Karyoo di setiap panggung pertunjukan.

Selamat berjuang (lagi)!

BACA JUGA - Album Review: Repton - 'The Book Against Catastrophy'

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner