12 Tahun Bermusik dan Apakah Jogja Masih Istimewa Bagi Rebellion Rose?

12 Tahun Bermusik dan Apakah Jogja Masih Istimewa Bagi Rebellion Rose?

Lagu “Menang” merupakan buah manis dari Rebellion Rose selama 12 tahun perjalanan mereka bermusik. Tentang hal ini, menurut Norman bisa mencapai usia lebih dari satu dekade terbilang bukan waktu yang singkat, dan dia juga mengakui jika usia 12 tahun artinya mereka harus lebih dewasa dalam bermusik dan dalam meningkatkan karya.

Secara musikalitas, perjalanan 12 tahun ini menurut Fyan dapat terasa dari penulisan liriknya.  Untuk lirik mulai dari album pertama itu apa yang ingin dikeluarkan itu keluar semua, dan kita makin tua bukannya makin direm tapi malah makin jadi. Di album Partai Anarki tuh paling bahagia menyampaikan unek-unek. Kemudian di album Sehat Selalu Sodaraku pun tetap sama dan belum terpikir jika harus ada yang direm biar kita bisa dilirik. Tapi di album mendatang kok saya jadi agak susah untuk sebebas di Partai Anarki maupun Sehat Selalu Sodaraku, jadi kaya ada “pakai kata-kata ini cocok ga yah” jadi seperti ada rem. Jadi memang bener sih terakhir ini jadi seperti ada pengereman. Kalau makin dewasa memang ada pengereman tapi dengan tujuan lebih berkualitas dari sebelumnya, dan lebih maksimal. Misalnya lagu “Menang” kemarin itu dari nada, lirik, sampai video klip dan momen launching itu memang dibikin sesuai dengan garisnya. Jadi efektif menurut saya”, ujar Fyan.

Ketika ditanya soal apakah Rebellion Rose termasuk band yang konseptual atau tidak, menurut mereka Rebellion Rose termasuk band yang memikirkan konsep. jadi semuanya kita pikirin, contohnya untuk lagu “Menang” sendiri itu lama dalam pemilihan logonya, jadi kita selalu memilih pilihan terbaik dari segi audio lagu dan artwork pun kita pilih yang terbaik dan cocok ujar Fyan.

Perjalanan 12 tahun dari mulai penciptaan karya, branding, dan cerita menarik lainnya kemudian juga berbuah manis kala Rebellion Rose mendapat kesempatan berkolaborasi dengan beberapa musisi lainnya, dari mulai Marjinal hingga Jerinx SID. Tentang hal ini menurut Fyan dengan berkolaborasi itu mereka mendapat pengalaman baru, di mana mereka bisa ketemu sosok yang mereka idolakan dan dapat banyak pelajaran dari mereka, termasuk serba serbi tentang punk dan segala macam hal-hal filosofis yang terkandung di dalamnya.

“Mungkin awalnya kita mendengar lagu punk itu zaman SMA, dengan joget yang bisa bebas tidak seperti hardrock dan dangdut yang seperti itu saja, tapi punk bisa sangat sembarangan, dan makin lama kita mempelajari sebenarnya punk itu seperti apa, dari segi lagunya, musiknya, dan pada akhirnya kita menemukan kenyamanann di genre punk”, ujar Norman yang diamini pula oleh personil lainnya.  

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner