12 Tahun Bermusik dan Apakah Jogja Masih Istimewa Bagi Rebellion Rose?

12 Tahun Bermusik dan Apakah Jogja Masih Istimewa Bagi Rebellion Rose?

Menjalani 12 tahun bermusiknya dengan sederet dinamika yang terjadi di tubuh band Rebellion Rose, kemudian menjadi sejalan pula dengan komitmen mereka untuk terus menyuarakan lagu-lagu yang berakar dari hati

Transkrip oleh Harymau

Berdiri pada tahun 2008 lalu, sampai hari ini Rebellion Rose menjalani 12 tahun bermusik dengan sederet dinamika yang terjadi di tubuh band ini. Satu hal yang sejalan pula dengan komitmen mereka untuk terus menyuarakan lagu-lagu yang berakar dari hati, hingga hal tersebut berbuah tema-tema tentang kebersamaan, suara-suara minoritas, dan hal lainnya yang menarik untuk digali lebih jauh lagi.

Ditemui disela-sela syuting DCDC Musikkita Rebellion Rose menuturkan lebih rinci perihal karyanya, seperti salah satunya lagu “Menang”. Menurut sang drummer, Sandi Ceking lagu tersebut ditulis berdasar pada renungan akan perang  melawan ketakutan diri sendiri. “Menurut kami itu lebih susah dari pada melawan hal yang diluar. Maka kita mengajak siapapun untuk jangan takut terhadap diri sendiri, apa yang di pikirkan dan di hadapai, hajar, ujarnya.

Selain itu, ditambahkan pula oleh sang vokalis, Fyan Sinner jika lagu itu memang dibuat untuk kondisi saaat ini. “benar dengan yang dikatakan oleh ceking jika hal yang paling sulit adalah melawan diri sendiri, melawan ketakutan, apalagi saat ini kita diframing oleh media yang berpihak pada yang “itu”. Jadi paling tidak kita dapat menang atas ketakutan-ketakutan itu karena kalu kita sudah bebas dari ketakutan, maka apa sih yang kita takutin dari covid 19, sebetulnya itu hanya beban. Makanya kita harus menang diri sendiri dulu baru plong rasanya, ujarnya.

Menariknya, lagu “Menang” juga mendapat respon positif dari banyak orang, dan cara mereka mengapresiasi lagu tersebut salah satunya dengan meng-cover dengan caranya masing-masing. Malah mereka covernya pinter, kita malah kaya yang buat lagunya goblok gitu (tertawa). Akhirnya yang meng-cover itu kita pilih siapa yang jadi pemenangnya. Jadi kita kaya punya jagoan sendiri-sendiri, tapi tidak ada unsur kedekatan. Kita pun menilai  dari seberapa niat dia mengcover, walaupun ada nada yang tidak in tone tapi dia niat, bisa aja dia yang menang”, ujar Fyan.

“ketika mereka cover pastinya tidak asal-asalan, dan kalau dilihat dari antusias temen-temen yang mengcover sepertinya mereka sepemikiran dengan kita. Artinya, mereka nangkep bahwa kita berpesan untuk melawan ketakutan diri kita sendiri”, tambah sang gitaris, Norman. “Kalau yang kulihat uniknya mereka bisa bikin makna sendiri dari lagu “Menang”, saat kita punya maksud tersendiri, tapi buat mereka mungkin ketika menikah pun itu dianggap sebagai kemenangan mereka, terus orang yang bekerja saat pandemik seperti ini pun harus melawan dirinya sendiri, melawan keadaan untuk menang dan maknanya jadi macem-macem”, ujarnya lagi.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner