Takut

Takut

Sebuah karya tercipta atas banyak dasar, kebanyakan dibuat atas pengalaman yang di alami oleh si pembuat karya tersebut. Entah karya dalam bermusik, menulis, melukis, atau apapun itu. Selalu ada keterlibatan batin antara sebuah karya dengan di pembuatnya. Mungkin saja ada keterikatan pengalaman spiritual, pengalaman cinta, pengalaman menyimak kisah orang lain yang membuatnya tak pernah bisa lupa? Dan masih ada segudang pengalaman lainnya yang bisa menjadi latar belakang sebuah karya.

Saya memang banyak melibatkan pengalaman pribadi dalam membuat sebuah karya. Kebanyakan melibatkan sosok-sosok tak kasat mata yang sering mondar-mandir di dalam hidup saya. Tapi jangan menganggap sebuah karya yang di angkat dari kisah sosok hantu adalah hal yang sangat mudah. Sebelum menuliskannya ke dalam lirik lagu ataupun tulisan di buku, saya harus mengalami beberapa hal terlebih dahulu. Dan kebanyakan dari pengalaman yang saya hadapi, tak ada yang sederhana. Begitu rumitnya ketakutan di dalam diri, hingga akhirnya menuliskan ketakutan itu ke dalam karya. Hanya dengan membaginya ke dalam sebuah karya, rasa takut itu sedikit demi sedikit berkurang.

"Masih banyak yang berpikir bahwa saya seorang pemberani. Masih banyak yang mengira bahwa saya mampu mengendalikan "Mereka". Yang sesungguhnya terjadi, selama ini saya terus berenang dalam perasaan takut."

Jika bukan karena menuliskannya dalam lagu dan buku, mungkin saya akan tetap menyimpan segala ketakutan di dalam kepala saya. Sejak dulu, saya terus mencoba bercerita pada sekitar tentang pengalaman ini. Namun banyak yang menganggap saya aneh, gila, dan mengada-ngada. Sesungguhnya, sama seperti "Mereka", manusia begitu suka didengarkan dan dianggap ada.

Segalanya semakin membaik ketika akhirnya saya menemukan cara untuk membunuh rasa takut itu, yaitu dengan cara bercerita dalam karya. Dan saya menuangkannya dalam lagu, dan tulisan. Dengan berbagi cerita, rasa takut itu mulai terkikis, dan sedikit demi sedikit tak lagi ada yang menganggap saya gila.           

***

Pernahkah kalian bermimpi tentang sosok asing yang tak kalian kenal? Selama berhari-hari, saya merasa diteror oleh sosok seorang perempuan yang terus menerus menangis, dan berlarian kesana kemari sambil sesekali meneriakan kata "Tolong". Teror itu membuat saya terbangun dari tidur dalam keadaan gelisah, penuh keringat dingin, dan rasa takut yang kian menyergap. Ketika terbangun, pikiran tak pernah tenang, belum lagi kedua mata yang terus berkeliling menelanjangi setiap sudut kamar. Saya takut sosok itu benar-benar muncul.

Sosok itu berwujud perempuan, dengan balutan kebaya berwarna merah yang tampak sobek di banyak sisinya. Rambut panjang terurai tak karuan, air mata membuat wajahnya yang pucat menjadi terlihat menakutkan. Dalam mimpi pun saya terus menerus memejamkan mata sambil menutup kedua telinga saya dengan tangan. Sosok itu terus datang, seolah sedang membawa saya untuk masuk ke dalam dunianya.

Dan hari itu datang, ketika saya kembali bermimpi tentangnya. Tak seperti biasanya, sosoknya tak muncul, berganti dengan suara lirih yang begitu dekat di telinga. Dalam mimpi itu, saya berada di dalam hutan yang dipenuhi kabut. Gelisah, takut, dan tak mampu berlama-lama membuka mata. Suara itu menyenandungkan sebuah lirik yang saya ingat sampai sekarang...

ngalayang nyorangan, geus lungse cape..
Kasaha kudu kamana?
(melayang sendirian, sudah terlalu lelah. Pada siapa, harus kemana?)

Seketika itu juga bulu kuduk meremang, dan ketakutan semakin menjalar. Suara itu begitu dekat, nyanyian itu bagai sedang menghantui saya.Tak sadar, dalam mimpi saya menjerit berteriak "Pergiiii... Pergiiii!!!". Reaksi saya yang seperti itu ternyata membuat saya terbangun dari tidur. Sambil terengah, saya bersyukur bahwa yang saya alami barusan hanyalah sebuah mimpi. Namun sesuatu yang aneh terjadi, suara itu tetap terdengar... nyanyian itu masih jelas menusuk ke dalam telinga, meski saya tak lagi tertidur tak lagi bermimpi.

Enya kuring aya, tapi dunyana... dunya kuring anu mana?
Ampun jeung hanjakal, geus euweuh guna
Kasaha kudu kamana?
(Saya memang ada, tapi dunia saya entah dunia yang mana? Mohon ampun dan menyesal sudah tak ada gunanya lagi. Pada siapa harus kemana?)

Rasa tenang yang sempat saya rasakan tiba-tiba menguap cepat, kembali berganti rasa takut yang lagi-lagi menyergap. Kedua mata kembali saya tutup, pun kedua telinga yang kini saya tutup dengan tangan. Sedang berusaha mengenyahkan suara senandung itu, agar saya bisa mengendalikan ketakutan ini. Tak berlangsung lama, keadaan tiba-tiba menjadi tenang, sepi, dan suara senandung berbahasa sunda itu tak lagi terdengar. Perlahan, saya angkat kedua tangan dari telinga. Benar, tak ada suara nyanyian itu lagi. Dan pelan-pelan, saya buka kedua mata yang sejak tapi terpejam takut.

Dan sosok dalam mimpi itu, sekarang tepat terduduk di samping tempat tidur. Memandangi saya sambil tersenyum...

Tak perlu lagi saya ceritakan bagaimana selanjutnya. Saya yang penakut dipaksa untuk menghadapi hal-hal tak masuk akal seperti ini. Seringkali saya mengutuk dunia, bahkan hingga Sang pencipta, yang saya pikir sungguh kejam memberikan saya kemampuan seperti ini terhadap saya. Semakin banyak mengutuk, semakin gencar "mereka" bermunculan. Hal yang membuat semakin berat adalah karena saya tak bisa berbagi soal pengalaman ini kepada orang lain.

Kepala ini terus berpikir, tentang cara mengurangi beban di dalam diri. Dan saya menemukan jawabannya lewat menulis lagu dan tulisan untuk buku. Bisa dibilang, tak hanya saya yang menjadi tenang, mereka yang diceritakan dalam karya pun mengaku merasa lebih tenang. Mereka datang bukan untuk menakuti, mereka hanya ingin berbagi. Sekarang keadaan menjadi lebih terang, rasa takut itu masih ada, tapi setidaknya saya tak menghadapi itu sendirian. Ada kalian, dan tentu saja ada Tuhan yang bukan tanpa alasan memberikan kemampuan ini terhadap saya. Mulut tak lagi mengutuk, hati tak lagi menjerit menuntut keadilan.

Sekarang yang harus dipikirkan adalah bagaimana caranya menyampaikan segala pengalaman ini dengan baik. Melalui lirik yang puitis, dan tulisan yang tak memojokan "mereka", saya coba bercerita tanpa menakuti diri saya sendiri. Saya tahu, orang tak suka ditakut-takuti, dan percayalah... Mereka juga tak suka di takuti.

TAKUT

Malam kini semakin menakutkan
Angin pun bertiup tanpa ampun
Sebuah langkah kaki tampak ragu
Tuk melangkah dalam gelap

Mataku terbuka tuk melihat
Hal yang tak pernah kau temui
Suara nyanyian menghantui
Entah harus kuhadapi

Ngalayang nyorangan, geus lungse cape, kasaha kudu kamana?
Hayang nyaho diri, timana asal, kasaha kudu kamana?
Enya kuring aya, tapi dunyana dunya kuring anu mana?
Ampun jeung hanjakal, geus euweuh guna...
Kasaha kudu kamana?

Lagu ini  berjudul Takut. Lirik lagu ditulis oleh saya, dan di aransemen oleh Sarasvati. Masuk ke dalam album "Ratimaya Sarasvati" dimana saya berperan sebagai vokalisnya. Lirik bahasa sunda dinyanyikan oleh seorang senior kawih asal Jawa Barat bernama Ida Widawati. Dan kisah di balik lagu ini, diangkat dari pengalaman saya berkenalan dengan sosok berkebaya merah... Yang kini jauh lebih bersahabat. 

Images: Dreadout docs.

Partime singer, partime writer, & partime ghosthunter

View Comments (2)

Comments (2)

  • RustaWilantika94
    RustaWilantika94
    27 Aug 2016
    Hantu jman dulu memang nyebelin, hehe tp aku tau mereka cuma pngn share to ada juga yang rese. Hebat teh masih bisa berkarya dngn mengesampingkan rasa takut.
  • Respati
    Respati
    5 Oct 2016
You must be logged in to comment.
Load More

spinner