'Story of Peter' Karya Terjujur Saya

'Story of Peter' Karya Terjujur Saya

"Dari kisah misteri saya berangkat. Atas sebuah kejujuran, membawa saya melangkah menuju pintu-pintu lainnya yang sebelumnya tidak pernah terbayangkan."

Dulu, mungkin saya pikir ini hanya omong kosong. Berinteraksi dengan mahkluk tak kasat mata yang hanya bisa dilihat segelintir orang bukan hal yang bisa di terima dengan mudah. Tak usah lah memikirkan orang lain, karena mengutuk diri sendiri pun sudah jadi hal lumrah.

Apakah saya gila?

Apakah orang lain yang gila?

Namun lama-lama, saya paham...

Oh, saya yang gila, orang lain tidak.

Mencari kegiatan yang banyak melibatkan interaksi dengan sesama manusia adalah salah satu hal yang akhirnya saya kejar. Rasanya lelah jika terus berteman dengan hantu, sementara tak satu pun manusia yang betah berlama-lama dengan saya. Band, akhirnya menjadi sebuah tempat yang saya rasa paling nyaman. Bukan sekadar menghindari interaksi dengan mahkluk tak terlihat, tapi dalam sebuah band akhirnya saya menemukan kesenangan baru menjadi seorang manusia.

Musik adalah salah satu hal yang tak pernah lepas dari diri saya, bahkan saat bersama sahabat-sahabat hantu pun, saya selalu betah mendengarkan salah seorang sahabat hantu saya memainkan biolanya. Tak jarang kami bersenang-senang dengan bernyanyi bersama, menari di depan cermin. Jika boleh diulas lagi, lagu "boneka abdi" merupakan salah satu lagu favorit yang selalu kami senandungkan saat bersama. Karenanya, saat saya tergabung dalam sebuah band, seperti ada benang merah yang menjembatani kehidupan saya bersama mahkluk tak kasat mata yang biasa kalian sebut hantu, dengan kehidupan saya bersama teman-teman manusia.

Saya ingat, sejak dulu saya bersama band jaman sekolah selalu kesana kemari ikut audisi ini dan itu membawakan lagu orang lain. Rasanya tak lelah terus mencoba peruntungan untuk mendapatkan panggung. Hal seperti ini lumayan menguras energi sehingga tak ada waktu untuk melamun, bertemu hantu, dan beraktivitas bersama "mereka". Tak pernah terlintas pikiran untuk mencari uang dari bermain band, justru membuat itu menjadi hal yang menyenangkan tanpa beban.

Lama-lama rasanya gatal juga untuk membuat bikin lagu sendiri. Butuh proses memang, tapi semangat masih berkobar tinggi. Seringkali saya sengaja mendengarkan lagu orang lain, dan coba mencontek beberapa nadanya, serta menulis lirik yang menceritakan tentang fenomena menarik di sekitar saya. Orang bilang dalam berkarya harus jujur, saya belum paham tentang itu. Yang saya tahu, dengan nada seperti itu, dan menceritakan tentang kejadian yang itu, band lain pun mengalami kesuksesan dalam karir musiknya. Ya, itu dia. Yang saya pikirkan adalah bagaimana caranya orang lain suka lagu saya, bukan bagaimana caranya membuat sesuatu yang saya suka. Dan terbukti, saya tak pernah sukses menulis lagu. Jangankan orang lain, orangtua saya pun mengernyitkan kening saat mendengar lagu yang saya tulis sendiri,

Akhirnya keinginan itu padam, mungkin memang baiknya saya menyanyikan lagu orang lain saja. Lebih aman!

***

Tak selamanya kehidupan manusia itu menyenangkan. Sering pada akhirnya saya berharap punya lebih banyak lagi waktu untuk bermain-main bersama "mereka" seperti masa kecil dulu ketimbang menghabiskan waktu saya bersama teman-teman manusia. Bayangan tentang mereka terus menerus datang saat saya mulai merasa jenuh menjalani rutinitas sehari-hari, belum harus bertemu dengan banyak permasalahan manusiawi yang kadang membuat perasaan jadi tak karuan.

Saya ingat, saat itu kehidupan sedang tidak menyenangkan. Saat tiba-tiba semua kenangan bersama sahabat-sahabat hantu semasa kecil kembali bermunculan. Ada Peter si jahil, yang selalu merindukan kedua orangtuanya. William si pemain biola, yang selalu mengkritik dandanan perempuan di sekeliling dia. Ada Hans dan Hendrick yang kemana-mana selalu bersama, mereka tak suka di sebut hantu. Dan ada si kecil Janshen bergigi ompong yang kerap jadi bulan-bulanan teman-teman hantu yang lain karena tingkahnya dianggap sangat kekanakan.

Keinginan untuk bertemu mereka kembali menyeruak begitu saja, seiring dengan munculnya sebuah nada di kepala. Nada yang datangnya dari hati, tentang kerinduan seorang anak manusia terhadap sahabat-sahabat tak kasat matanya. Tidak di rencanakan, lirik terangkai begitu saja membingkai nada yang muncul di dalam kepala. Lagu itu tercipta sangat jujur tanpa terduga. Saya begitu menyukai, dan menikmati setiap nada dan kata. Seolah tak peduli pendapat orang bahwa lagu itu ditulis berdasarkan kisah hantu, menceritakan tentang sosok sahabat tak kasat mata.

Jika belakangan banyak yang bertanya, kenapa hanya untuk Peter? Lagu Story Of Peter itu sesungguhnya mewakili kerinduan saya pada kelimanya, tidak hanya Peter seorang. Mana tahu kalau ternyata orang peduli pada lagu, dan kisah di balik cerita itu. Semuanya di luar dugaan, bahkan satu lagu itu membawa saya kembali membentuk Band, kembali coba menulis lagu, kembali membuat tulisan. Dan yang terpenting, kembali membawa sahabat-sahabat hantu kembali ke kehidupan saya.

Saya mulai paham, dalam segala hal pun kejujuran adalah sesuatu yang tak mungkin menjadi negatif. Begitu pun kejujuran dalam berkarya, belakangan saat saya mulai dituntut untuk memproduksi lagu lagi, kadang kejujuran itu terlupakan. Mulai mengada-ngada tak membuat saya menikmati segala prosesnya. Mungkin saya harus bercermin, pada karya yang saya tulis untuk Peter, Hans, Will, Hendrick, dan Janshen. Tak perlu pikirkan bagaimana orang menerimanya, lebih penting diatas segalanya adalah bagaimana diri saya menikmatinya. Tak melulu soal misteri, sebenarnya segala hal yang ditulis atas sebuah kejujuran akan menjadi sebuah karya yang indah.

"Namun mereka mulai menghilang, kadang datang, seringnya pergi. Entah kemana. Dan yang lain mulai berdatangan. Ah, misteri... "             

Partime singer, partime writer, & partime ghosthunter

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner