Proses Kreatif: Cerita di Balik Lagu Nongkrong 70

Proses Kreatif: Cerita di Balik Lagu Nongkrong 70

Perdana! Akhirnya setelah 13 tahun berdiri, enam tahun sejak merilis mini album Supersonicloveisticated pada 2011, kami mengeluarkan karya baru lagi. Karya ini adalah single pertama “Nongkrong 70” yang kami rilis pada 17 Januari 2017. Lagu ini merupakan bagian dari album penuh perdana Electric Love yang akan dirilis dalam waktu dekat dan menjadi penanda babak baru bagi 70s Orgasm Club yang kini namanya disingkat menjadi 70sOC [ditulis bersambung, dan dibaca: seventis o see].

Kemarin, sesaat sebelumnya kami memutuskan untuk merilis mini album Supersonicloveisticated ke dalam bentuk digital dan layanan musik berbayar. Sehingga kini mini album yang mengalami rilis ulang kedua kali pada tahun 2014 oleh label distribusi Demajors itu bisa dibeli secara digital dan bisa dinikmati di semua layanan musik berbayar. Sedikit cerita tentang album ini ada kata-kata yang pas untuk menggambarkan album ini yaitu: impulsif berat.


[gambar: Supersonicloveisticated di Spotify}

Sebetulnya ada cukup materi untuk membuat album penuh, tapi secara impulsif kami mendahulukan untuk merilis mini album. Tidak ada rencana jangka panjang, promosinya setengah-setengah dan fokus serta totalitasnya pun sama. Penyebabnya adalah faktor one man show. Kami tidak punya manajer saat itu (ralat. Sampai sekarang juga masih). Dari proses rekaman, bekerja sama dengan 34/7 records, sampai pesta perilisan saya sendirian yang mengurusi semuanya sendiri. Sehingga saya kewalahan dan paska album ini dirilis malah band-nya (saya) menghilang karena tidak ada rencana dan promosi matang setelahnya.

Hal-hal itu sebetulnya jadi perenungan mendalam saya selama bertahun-tahun. Sehingga ketika tanpa sadar saya menghabiskan waktu lima tahun lebih untuk manggung nyaris keliling Indonesia untuk mengiringi sahabat saya, Muhammad Tulus, saya menyadari bahwa bermain musik dan menjalani panggung ke panggung setiap akhir pekan adalah hidup saya. Semuanya menyenangkan hanya saya belum membawakan karya saya. Itulah mengapa saya kemudian memutuskan untuk menghidupkan kembali band ini.


[foto band 70sOC]

70sOC adalah identitas baru 70s Orgasm Club. Dengan personil Galant Yurdian (bass) dan Gantira Sena (drum) yang melengkapi saya pada vokal dan gitar, dan keterlibatan gitaris neo-klasikal jazz, Tesla Manaf sebagai produser, kami menyelesaikan materi album penuh yang sebelumnya terbengkalai. Dan tangan dingin Tesla berhasil memberi sentuhan akhir yang dibutuhkan dan membuat materi kami semakin mantap begitu kaya dan penuh dinamika. Sehingga kini kami bisa merilis single baru dengan kejutannya, single pertama kami ditulis dalam bahasa Indonesia.

“Nongkrong 70” dipilih sebagai single karena menggambarkan perkembangan musikalitas terbaru 70sOC. Meninggalkan format trio yang mengusung blues rock, musik 70sOC kini muncul dengan sentuhan funk lebih kental dan akan selalu dibantu musisi tambahan dalam setiap aksi panggungnya. Untuk lagu ini Brury Effendi pada trumpet dan Faishal M. Fasya pada kibor hadir memperkaya musik 70sOC. Di lagu ini saya mencoba menangkap tren dan gaya hidup di kalangan subkultur anak muda yang menggilai gaya hidup era keemasan musik yaitu dekade 70an. Artwork single ini dikerjakan oleh seniman bergaya retro-futuristik, Nurrachmat “Ito” Widyasena yang juga menggarap artwork untuk album penuh 70sOC, Electric Love. Sedangkan video lirik dibuat oleh kawan saya, desainer grafis/fotografer/videografer Sandy Adriadi.

Menulis lirik bahasa Indonesia telah menjadi perhatian saya sejak lama. Dengan latar belakang sebagai penulis, menyanyikan lirik Indonesia ke dalam musik funk 70an saya akui merupakan hal yang sangat menantang. Minimnya referensi musisi Indonesia yang melakukan hal itu adalah faktor penyebabnya. Meskipun para legendaris Indonesia yang pernah beririsan dengan funk di era 70an seperti Gito Rollies, Deddy Stanzah dan Benyamin S. kemudian menjadi referensi.

“Nongkrong 70” mencoba menangkap gaya hidup kaum subkultur anak muda penggila era keemasan musik yaitu dekade 70-an. Tren retro adalah tren yang tidak akan pernah usang. Namun kini tren ini mendewasa. Ada hal-hal yang lebih penting ketimbang sekedar tampilan semata melalu gaya berpakaian tempo dulu. Tampilan luar sudah tidak penting, nilai-nilai yang lebih penting. Ponsel pintar dan gawai terbaru boleh ada di tangan, namun memiliki pemutar piringan hitam lengkap dengan perangkat audionya dan mendengarkan musik melalui piringan hitam adalah kepuasan yang tak tergantikan.

Jadi, selamat menikmati. Sampai jumpa di album penuh kami nanti!

“Nostalgia liar, rekreasi jaman
Perburuan hasrat demi kesenangan
Nostalgia liar, riuh elektrika
Perayaan pada era keemasan”

70sOC – Nongkrong 70

 

*foto: Pandapotan Purba & Lukman Gunawan

Vokalis/gitaris 70s Orgasm Club dan buruh musik untuk Musik Tulus. Suka nongkrong Dheg Dheg Plat, suka membaca tentang musik, serta penggemar film.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner