Perspektif dalam Lirik (Bagian 1)

Perspektif dalam Lirik (Bagian 1)


Addy Gembel (diambil dari Instagram Forgotten - @forgotten_official)

Setiap lirik yang saya hasilkan dalam album band Forgotten adalah penggambaran dari potret jaman yang merekam setiap momen, peristiwa, dan luapan perasaan. Saya menyebutnya dengan proses membekukan waktu. Bagi saya, lirik adalah sebuah cara menyampaikan pesan personal lewat rangkaian kalimat. Lirik adalah sebuah dimensi kata-kata dan ruang dialog personal antara peristiwa yang dialami, dirasakan, didengar, dan dilihat. Tidak hanya menjadi pelengkap musik, namun harus mampu menjadi jembatan penghantar antara musik dan pendengar sebagai apresiator. Menjadi ruh bagi lagu dan notasi, serta memberikan gerak motorik bagi emosi pada sebuah perasaan yang ingin diungkapkan. Lirik bagi saya harus mampu menyentuh ruang kesadaran dan menciptakan ruang imajinasi di setiap nalar para pendengarnya.

"Saya menyebutnya dengan proses membekukan waktu."

Berawal di tahun 2013, ketika saya harus meninggalkan Indonesia dan berpisah dengan kehidupan sebagai vokalis band Forgotten. Di tengah kesibukan menggarap materi lagu untuk album ke enam, saya harus berpindah ke sebuah negara di tengah Samudera Hindia, Seychelles nama negaranya. Tidak banyak orang mengenal negara yang baru merdeka di tahun 1978 ini, setelah lebih dari tiga abad di bawah koloni Perancis dan Inggris.  Luasnya sebesar Pulau Bali, dibagi menjadi tiga pulau utama. Populasinya kurang dari satu juta jiwa. Untuk pertamakalinya dalam hidup, saya masuk dalam sebuah struktur sosial yang nyaris tanpa persoalan. Saya hidup di sebuah negeri di mana peran negara yang direpresentasikan oleh sistem pemerintahnya benar-benar hadir dan memberikan sepenuhnya apa yang menjadi hak warga negaranya. Pelayanan dan fasilitas publik, jaminan sosial, layanan pendidikan dan kesehatan, keberlangsungan ekosistem dan lingkungan hidup menjadi hal paling mendasar untuk diberikan kepada warganya.


Seychelles (http://www.nationsonline.org)

Keseharian seperti itulah yang harus saya jalani, hidup di tengah sistem sosial yang mapan dan nyaris tanpa ada persoalan. Dalam setiap proses pembuatan lirik untuk band Forgotten, saya harus berada di tengah objek dari apa yang ingin saya ungkapkan lewat barisan kata-kata. Membuka ruang empati dalam keseharian, membuka ruang dialog empiris dan mencoba memahami dialektika sebuah peristiwa. Tujuannya sederhana saja, saya ingin merasakan apa yang ingin saya ekspresikan ketika saya harus menyanyikan lirik tersebut. Saya ingin lirik saya dipahami, dirasakan dan mampu mewakili perasaan dari setiap individu yang mendengarkan atau membacanya. Demi sebuah inspirasi, saya rela terjun bebas dan menenggelamkan diri pada banyak hal yang ingin saya pahami dan rasakan.


Forgotten (diambil dari laman Facebook Forgotten - @666forgotten666)

Banyak hal yang saya sukai pada akhirnya menjadi inspirasi terbesar dalam proses penulisan lirik. Formulasi inilah yang selalu saya ulang setiap kali saya mulai menulis lirik untuk band Forgotten. Nongkrong di gang paling kumuh di sudut kota dengan aroma sengit narkoba, prostitusi, kriminalitas dan kekerasan. Mendengarkan petuah dan curhat-curhat dari residivis dalam penjara, kawan sedari kecil dengan tuangan arak rasa comberan ke dalam gelas tanpa henti, terjebak dalam aksi demonstrasi di tengah bising speaker toa, desingan peluru karet dan hujan molotov. Masuk dalam kelas-kelas diskusi bersama para aktivis keras kepala, mendamparkan diri semalam suntuk untuk saling berperang argumen dan basis teori. Hal-hal tersebut membangun kesadaran bahwa apa yang saya tulis untuk kemudian saya nyanyikan mempunyai dasar argumen dalam perspektif yang sangat personal. Membangun muara kegelisahan dalam setiap persoalan sosial untuk kemudian dijadikan sumber inspirasi.

Namun, kali ini untuk album terbaru band Forgotten menjadi sangat berbeda. Setiap kali personil band yang lain mengirimkan data audio untuk saya garap liriknya, saya merasa kebingungan. Di tempat ini, saya tidak mampu menemukan muara kegelisahan dari semua persoalan sosial yang terjadi. Kini, saya hidup dalam sebuah tatanan yang mapan dan nyaris tidak ada persoalan. Formulasi membuat lirik yang biasa saya jalankan di tempat ini benar benar tidak berfungsi, karena saya terbiasa mendekatkan diri dan mencoba memahami setiap sumber inspirasi dengan membangun kedekatan personal dan dilakukan dengan intens. Karena, saya bukan peneliti yang justru selalu ingin berjarak dengan objeknya demi menjaga objektivitas hasil risetnya. Lirik saya harus subjektif, karena lebih bersifat personal dan mampu mewakili perasaan setiap penikmatnya.

Apa yang harus saya ceritakan dalam lirik album terbaru Forgotten? Tempat ini terlalu nyaman untuk merakit amunisi yang meresahkan. Tentang betapa indahnya jajaran pantai pasir putih dan terumbu karang dengan aneka warna ikan yang berenang bebas? Pantai depan rumah yang setiap malam dikunjungi penyu untuk bertelur karena ekosistem alami begitu terjaga? Sungai berair bening tanpa polusi dengan aneka ragam ikan yang bebas beranak pinak tanpa khawatir ancaman racun, jaring dan mata kail? Jika saya Tony Q, Franky Sahilatua atau musisi reggae dan folk, tempat ini pasti akan menjadi arena eksplorasi kreatif tanpa batas. Namun, tempat ini menjadikan saya seolah setan yang dibuang ke Surga, dan dipaksa menceritakan betapa indahnya Surga dari perspektif nalar Neraka itu sulit sekali. Saya tidak mampu menemukan persoalan untuk dieksplorasi. Untuk beberapa bulan, saya benar-benar kehilangan selera untuk membuat lirik. Saya merelakan diri untuk larut dalam lingkar nyaman.

"Namun, tempat ini menjadikan saya seolah setan yang dibuang ke Surga, dan dipaksa menceritakan indahnya Surga dari perspektif nalar Neraka itu sulit sekali."

Ranah musik bawah tanah Kota Bandung tidak akan pernah sama jika Addy Gembel tidak hadir di era '90an. Bersama grup musik ekstrim yang dinamai Forgotten, ia lantang menyuarakan tentang hal-hal provokatif dan kontroversial, dengan dua jenis pilihan bahasa: frontal dan sangat frontal. 

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner