Obsesif Destruktif

Obsesif Destruktif

Cerita obsesi Daniel Mardhany terhadap aksi merusak dan brutal di atas panggung dengan menghancurkan gitar


Panggung kedua saya bersama Die Roboter di Spasial Bandung menyenangkan. Akhirnya saya berhasil untuk kedua kalinya menyiksa gitar saya, Jaguarilo dengan obeng, Jaguar vintage modified dengan piringan hitam yang hancur berkeping-keping dan juga pita kaset yang kusut, senar putus, dan gitar lecet-lecet setiap kali manggung sudah bagian yang lumrah buat saya. Walaupun belum ada momen buat saya untuk "menghancurkan" gitar dan instrumen lainya, saya masih menunggu momen yang tepat untuk aksi itu.

BACA JUGA - Konsisten Sebagai Poser/Sebagai Poser yang Konsisten

keinginan untuk menghancurkan instrumen musik sudah tertanam saat pertama kali nonton VCD bajakan Nine Inch Nails (NIN) ketika berseragam putih biru. Pada video itu NIN kalau nggak salah lagi tour album Downward Spiral. Album lanjutan dari Broken, album favorit band yang diotaki Trenz Reznor. Dalam VCD itu Trenz menghancurkan gitar dengan memukulnya ke keyboard dan juga ampli, melempar gitar ke drum adalah sesuatu yang menakjubkan bagi saya.

Remaja seperti saya pada saat itu takjub, sampai saya bilang "wow keren" seperti tagline salah satu TV swasta pada saat itu. Aksi panggung yang energik nan destruktif menambah kecintaan saya dengan NIN setelah saya mendengarkan kaset Broken dan CD Fragile. Nilai plusnya semua instrumen yang dihancurkan memang dipakai pada saat live bukan dummy untuk gimmick pertunjukan. Tapi saya melihatnya sebagai bagian peluapan emosi dari sebuah pertunjukan. All hail mr self destruct !

Sisi destruktif secara subjektif saya lihat dan sangat saya nikmati sebagai bagian dari aksi panggung musik "rock". Seperti yang dilakukan duo gitaris Sonic Youth yang seringkali bereksperimen dengan menyiksa gitar jazzmaster mereka walaupun nggak sampai hancur tapi menghasilkan bebunyian yang unik bagi telinga saya dan terdengar sangat impresif.

Contoh lainnya, adalah cover The Clash pada album London Calling. Foto Paul Simonon membanting bass precision-nya sangat lah ikonik dan mungkin dari foto tersebut mereka menghasilkan jutaan poundsterling lewat royalti kaos official cover "London Calling" mereka yang terus dicetak sampai sekarang.

di skena lokal saya kagum dengan Otong Koil yang sering membanting gitarnya di atas panggung. Kadang patah kadang tidak, dan itu merupakan salah satu bagian yang saya dan mungkin orang lain tunggu ketika menyaksikan konser Koil. Ketika saya SMP saya terpana dengan aksi panggung band noise rock asal Jogja Seek Six Sick yang memainkan gitar dengan stick drum karena itu perdana saya melihat band lokal dengan aksi panggung seperti itu.

Banyak yang bilang ke saya sayang gitar dirusak, di gesek-gesek, atau dibanting. Tapi gitar aing kumaha aing, toh yang beli juga saya. Mereka yang bilang itu tidak mensubsidi dana buat saya untuk membeli instrumen juga, bukan gitar pinjeman juga dan ada kepuasan tersendiri bagi diri saya saat menyiksa instrumen saya. Obsesif destruktif adalah sesuatu yang menyenangkan dan memberikan saya kepuasaan yang sulit untuk di deskripsikan, semacam stage orgasmic!

***

Vokalis dari band death metal Ibukota, Deadsquad.
Owner dari minor label dengan genre musik heterogen Alaium Records, fokus merilis album band dalam format kaset.
alaiumrecords@gmail.com
www.facebook.com/alaiumrecords

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner