Kenapa Kita Betah Dengerin Musik ?

Kenapa Kita Betah Dengerin Musik ?

Words : Angkuy

Kalo ngobrolin soal aktivitas dengerin musik sih panjang banget. Temen - temen juga punya kebiasaan yang hampir sama lah ya kalo soal dengerin musik, yaitu ga bisa lepas tanpa musik. Kenapa ya?

Dalam kehidupan kita, musik itu udah jadi ‘udara’ yang dihisap dan dihembuskan tanpa batas waktu. Musik sudah tidak hanya ‘dikonsumsi’ melalui alat dengar atau telinga saja, tapi lebih rumit lagi, karena sudah memasuki arena perasaan jiwa. Secara fisiologis, musik itu memang berhubungan dengan indera pendengaran, tapi kalo secara psikologis musik itu berhubungan dengan berbagai fungsi psikis manusia seperti persepsi, abstraksi, mood dan berbagai fungsi psikologis lainnya. Jadi suara - suara tersebut secara langsung atau pun tidak langsung berdampak kepada psikologi manusia itu sendiri, misalnya menjadi takut, bising, atau bahkan nyaman, pastinya kita semua mendengarkan musik karena ada alasan. Tapi kenapa semua alasan itu bisa dijawab lewat musik ya?

Pada umumnya, musik itu memiliki 3 bagian penting, yaitu beat, ritme, dan harmoni. Kombinasi ketiganya ini akan menghasilkan harmonisasi musik. Struktur bebunyian yang ada di musik itu juga bisa terbentuk dari 4 elemen, pitch, timbre, dinamika dan tempo. Nah, sebenernya ini sih yang banyak menyebabkan terjadinya reaksi pada tubuh dan pikiran kita pas dengerin musik. Makanya kita betah banget, atau mungkin ada yang butuh banget ngedengerin musik karena ada reaksi - reaksi tertentu pada tubuh.

Reaksi tertentu itu misalnya jadi semangat, jadi ngantuk, jadi seneng, jadi galau, jadi takut atau jadi inget mantan, inget hutang dan lain - lain. Nah perbedaan reaksi ini tergantung pada jenis pitch, timbre, tempo dan dinamika dari musik yang kita dengerin.

Pitch, dalam musik lebih dikenal dengan sebutan tonal tension. Yaitu perpindahan nada sebagai suatu melodi atau harmoni yang memiliki jarak tertentu dengan jarak dalam tangga nada. Perpindahan dapat terjadi dengan naik atau turunnya nada dengan mode mayor dan minor. Mayor cenderung membawa suasana kita menjadi lebih senang sedangkan minor sebaliknya.

Tempo, merupakan rata-rata satuan waktu pada saat sebuah musik dimainkan yang menggambarkan kecepatan musik tersebut. Tempo biasa disebut sebagai langkah musik, menentukan kecepatan musik. Kita ga akan sadar bahwa aliran darah kita akan bereaksi cepat ketika mendengarkan musik bertempo cepat, biasanya akan lebih semangat. Sebaliknya, aliran darah akan lebih lambat ketika mendengarkan musik bertempo lambat, biasanya akan membawa kita lebih santai.

Timbre, bisa disebut warna bunyi, berupa keseluruhan kesan pendengaran yang kita peroleh dari sumber bunyi, setelah dipengaruhi resonansi dan zat pengantar. Hmmm pokoknya gini sih, kalo dinamika itu aspek musik yang terkait dengan tingkat kekerasan bunyi, atau gradasi kekerasan dan kelembutan suara musik. Karakter timbre dan dinamika akan memberikan suasana-suasana tertentu, misalnya akan terasa lebih bersemangat atau pun sedih.

Tapi, reaksi kita terhadap musik yang memiliki 4 elemen di atas juga akan berbeda - beda pengaruhnya. Karena kebiasaan setiap orang mendengarkan musik itu juga beda - beda. Dalam hal ini sih lebih ke tingkatan apresiasinya. Kadang kita akan merasa biasa - biasa saja mendengarkan sebuah lagu tertentu, tapi bagi beberapa orang pasti akan sangat berarti. Ini sih karena tingkatan cara mendengarkan tadi. Di beberapa buku terapi musik sih dijelasin kalo tingkatan tersebut dimulai dari :

  • Mendengar.

Ya, pasti dimulai dari sini. Semua suara dan bunyi yang tertangkap oleh telinga bisa kita dengarkan. Suara apapun, mau itu suara hujan, tukang bakso, musik dari adegan film horror, sampai pesawat dan lain - lain. Semua suara tersebut akan dibawa ke otak kita dan bertemu lah dengan persepsi yang akan menilai makna dari suara yang kita dengarkan. Jadi, penilaian terhadap suara yang kita dengerin itu tercampuri oleh persepsi kita tentang kenikmatan atas aspek - aspek yang lebih dalam dari bunyi dan suara.

  • Imajinasi.

Semua bunyi dan suara itu berpotensi membentuk imajinasi. Tingkatan imajinasi memberi kita gambaran atas suara - suara. Hal ini mampu membawa kita seolah - olah ke suatu tempat yang magis. Kita bisa berimajinasi sedang berada di pantai ketika mendengarkan musik reggae misalnya, atau berimajinasi sedang berada di sebuah café bersama seseorang yang dicintai ketika mendengarkan musik pop romantis misalnya.

  • Realitas.

Musik sanggup membuat kesadaran kita terpusat pada sesuatu. Artinya sih musik yang kita dengerin itu bisa membentuk kesadaran kita tentang realitas yang ada saat itu. Misalnya, ketika mendengarkan lagi musik - musik 10 tahun ke belakang, kita akan diingatkan tentang kenyataan yang ada pada saat 10 tahun itu, misalnya jadi sadar bahwa dulu pernah tinggal di Kota A, atau dulu main sama si B dan lain - lain.

  • Elemen - Elemen.

Musik juga menciptakan lingkungan dan suasana. Bagi beberapa orang, mendengarkan adalah melihat melalui realitas di sekitar musik. Beberapa orang mungkin akan merasakan musik itu di tubuhnya. Kalian pernah merasa ‘adem’ kalo dengerin musik yang bertempo pelan gak? Atau ambient music? Atau juga merasa pusing bahkan capek ketika mendengarkan musik noise experimental? Kamu berarti udah mendengarkan musik di tingkatan elemen tuh.

  • Keheningan.

Elemen terdalam dari tindakan mendengar itu adalah keheningan. Agak berat sih, tapi sebenernya pusat semua suara itu memang keheningan. Semua suara berasal dari dan kembali menjadi hening. Mendengarkan adalah seni menemukan keheningan. Keheningan itu merupakan kunci, pintu masuk untuk bertualang di dunia suara. Bingung? Ada kutipan bagus dari John Cage, keheningan bukan berarti tidak ada suara, bukan berarti mematikan suara, namun keheningan yang ada di pikiran kita selama mendengarkan musik.

Lalu kenapa kita mendengarkan musik dan berulang - ulang melakukannya? Karena di sana ada hubungan istimewa yang membebaskan kita untuk memilih keistimewaannya. Musik yang kamu pilih berarti musik yang kamu inginkan. 

 

Foto: Pantoja

Writer

New Media Artist

Song Writer

Traveller

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner