Burgerkill – Live Rehearsal 2016: The Next Big Thing on Music Propaganda

Burgerkill – Live Rehearsal 2016: The Next Big Thing on Music Propaganda

Panduan pengemasan musik yang sederhana sekaligus brillian tentang proses transisi hengkangnya seorang personil band di era digital.

Berita tentang keluar atau pergantian satu personil dari sebuah band besar tentu menjadi suatu sajian yang hangat bagi para penikmat dan pemerhati musik, terlepas dari rumor permasalahan yang ada dibelakangnya. Lantas apa kelanjutan dari euforia hengkangnya personil band tersebut?

Dari fenomena mengejutkan keluarnya seorang personil band, perlu dicatat bahwa ada satu frekuensi atau gelombang perhatian yang kuat dan terus menerus dari publik – terutama dari para fans- yang membuat intensitas band itu tidak boleh mengendor. Dalam waktu yang tidak banyak, para “motor” dari band itu harus memanfaatkan waktu se-efisien mungkin, dan diperlukan strategi promosi yang jitu untuk memanfaatkan momentum ini.

Gimmick yang dilakukan Burgerkill melalui “audisi personil” sudah dilakukan pada fase terpilihnya Vicky Mono semasa kekosongan posisi vokal selepas wafatnya almarhum Ivan Scumbag. Mereka membutuhkan suatu format “penyampaian” yang lebih segar dan bisa membungkus serta mewakili semua pesan yang harus disampaikan.

Video Burgerkill "Live Rehearsal 2016" dipilih sebagai format pengantar menuju terpilihnya drummer Burgerkill yang baru – selepas mundurnya drummer Andris beberapa bulan lalu. Sebuah band besar dengan jumlah penggemar yang tidak sedikit tentu melahirkan juga fans die-hard yang mampu melempar opini frontal terhadap band itu sendiri, bahaya bumerang bisa terjadi kapan saja... dan tentunya ini menjadi salah satu rintangan yang harus dihadapi Burgerkill dalam pengambilan suatu keputusan.

Berbeda dengan kasus transisi pemilihan vokalis waktu dahulu yang cukup leluasa untuk dilakukan, bisa jadi proses transisi pergantian drummer pada saat ini cukup sensitif, terutama dikalangan dekat keseharian band. Burgerkill harus bermain cukup “cantik” dan se-realistis mungkin untuk bisa menjaga semua pihak  agar semua proses berjalan mulus. Burgerkill memutuskan untuk memilih langkah-langkah cerdas dan bijak yang cukup sederhana. Burgerkill diharuskan untuk bersiasat dalam melakukan semacam counter opini. Band harus tetap terlihat solid dan tetap memegang kontrol dengan mengerahkan kekuatan internal.

Let The Video Rolls
Disokong oleh merek kebanggaan Bandung, Maternal Disaster, video dibuka dengan penjelasan para personil Burgerkill tentang penyikapan problematika yang sedang mereka jajaki, masing-masing personil memaparkan pandangan mereka terhadap situasi ini. Setiap personil saling  mengisi kekosongan dalam mengutarakan pendapatnya.

Tanpa basa basi lebih jauh, lagu “Only The Strong” menjadi pembuka untuk menggiring kita masuk ke atmosfir live recording ini. Ibarat sebuah statement dan pengantar kepada penonton bahwa hanya, “yang kuat dan terpilih adalah yang layak untuk bersanding dan berjuang bersama personil Burgerkill kedepannya”.

Studio berukuran sedang mereka pilih untuk komposisi visual dari video ini. Tata lampu dominan gelap yang hanya melemparkan bias kepada personil lama, namun diarahkan cukup terang di area instrumen drum, sehingga audiens bisa memperhatikan jelas semua gestur dari pemain drum- sebuah penggambaran yang cukup sarat makna.  

Di bidang tata suara terdengar sangat rapi dan terdengar alami, cukup layak untuk didengarkan di pengeras suara perangkat mobile, dan detail dari suara drum tentunya terdengar lebih di depan dan sangat fokus. Demi kepentingan suatu sajian yang ciamik, halal tentunya jikalau ada beberapa bagian vokal yang direkam ulang pun (over dubbing) setelah musik selesai direkam. Seperti pembuatan video klip, pengambilan gambar dilakukan berulang sesuai kebutuhan angle video dan keserasian bentuk video, Tapi tentu saja musik jelas terdengar direkam secara live.

Pretty Boy Kick Ass!
Duduk dibelakang set drum adalah seorang laki-laki bernama Putra Pra Ramadhan, dia diposisikan untuk menjadi sorotan utama dalam video ini, dan secara otomatis semua mata akan tertuju kepadanya. Semuanya akan menilai performa pemuda ini. Sebuah ujian besar secara mental bagi drummer untuk bisa tampil di depan para fans, dan bisa duduk sejajar dengan sebuah band besar. Bukan saja drummer tapi player yang lain pun di uji untuk bermain live dengan konstan dan solid.

Terus terang saya kurang aware tentang personality Putra, karena mungkin saya pribadi sangat jarang bersentuhan dengan genre band yang dia usung. Dan ketika Putra duduk dan bermain dibelakang set drum dan memainkannya bersama Burgerkill, permainannya drumnya cukup menyembunyikan pribadi manis di kesehariannya. Gestur, postur, groove, endurance, power, style, pukulan dan teknik permainannya cukup memanjakan mata bagi yang menyaksikan, Cukup fotogenik.
Bisa dibilang Putra adalah salah satu perwakilan drummer dari generasi sekarang dengan talenta yang bisa dipertanggung jawabkan.

Jika melihat keseluruhan semua kandidat additional drummer, bukan sekedar penguasaan permainan drum yang teknikal saja yang harus dimiliki, atau bukan saja kekuatan karakter personality yang jadi andalan. Tetapi bagaimana seseorang yang duduk dibarisan belakang sebagai penjaga irama mampu untuk tidak tampil kaku dan tidak terkesan “anak bawang”. Dan ini alasan kenapa Burgerkill menjadikan Putra sebagai tokoh utama pada video ini. Ya, pada situasi dan momen lahirnya video ini Anda semua tentunya sangat diberi keleluasaan untuk bisa memberi opini dan berkomentar.

Facebook Live Streaming dipilih sebagai media sajian semi-live ini, secara teknis saya tidak mengalami kendala untuk koneksi, tapi template visual tombol Like, Love, dan Comment cukup mengganggu dan mengingatkan saya kepada sebuah aplikasi live streaming di mana kita berharap menunggu perempuan-perempuan untuk bugil. Shit! untuk Video Burgerkill saat itu cukup mengurangi kadar kesakralan sajian ini, karena komen dan like yang terus membabi buta bermunculan. Tapi semua terobati setelah kita kembali tonton secara proper di Official Channel Youtube mereka.

Satu hal menarik dari format sajian ini adalah komposisi pemilihan lagu.  Selain masing-masing lagu mempunyai karakter dan tingkat kesulitan permainan yang berbeda tetapi urutan lagu ini ibarat sebuah “pesan” atau rangkaian sebuah Cerita yang menarik yang memberikan kesempatan untuk asik ditafsirkan oleh audiens. Mereka membawakan lagu, “Only The Strong”, “Atur Aku”,”Shadow Of Sorrow”,”Undefeated”,“Darah Hitam Kebencian”, dan “Air Mata Api ( Iwan Fals cover)”. Sesi ini diakhiri dengan medley yang sangat manis dan berkesan, lewat lagu "Air Mata Api" covering lagu sang maestro Iwan Fals. Lagu terakhir ini seperti membawa kita ke melodi-melodi pencerahan, terasa sangat segar dan cocok sebagai lagu penutup.

Saya ingat ketika mereka pertama kali membawakan lagu ini, di acara akbar Rebel Meet Rebel yang di gagas oleh www.djarumcoklat.com pada 2013 lalu, satu momentum event yang tak terlupakan yang mengkolaborasikan sang Maestro dan Burgerkill di satu panggung.

"Buat kami main band itu tidak hanya sekedar bermain musik, tapi kita harus punya attitude yang bisa dibanggakan”.
- Ebenz Burgerkill

Ebenz berujar, "Buat kami main band itu tidak hanya sekedar bermain musik, tapi kita harus punya attitude yang bisa dibanggakan”.
Dikutip dari penjelasan Ebenz di atas, Setahu saya secara pribadi, ketika bersentuhan, melihat dan mengalami pada kehidupan dan rutinitas skena musik keras khususnya di Bandung, kita bukan saja belajar tentang pendalaman dan pemahaman musik, bukan saja belajar tentang musik atau istilahnya “'musik melulu”. Satu hal yang sangat penting dipelajari adalah tentang perilaku atau attitude. Kepribadian pongah akan sangat rentan mempengaruhi karir dan hubungan dari band tersebut. Skena musik keras erat dengan dominasi kekuatan musikalitas individu, yang mana juga menuntut para musisinya untuk tetap bisa down to earth di kehidupan sosial sehari-hari. Dengan kata lain: 'Komunitas butuh musisi dengan kepribadian yang mantap, bukan semata-mata dibanjiri musisi dengan skill yang handal saja'. Attitude is a big deal !
Mau tidak mau tetap saja kita adalah bangsa melayu yang tetap menjunjung keselarasan yang selalu bisa menghargai satu sama lain. Kita bukan bangsa kulit putih dan berperilaku seperti idola-idola kita.

Semua personil sudah berbicara dan memberikan keterangan, tapi justru saya pribadi jadi penasaran apa yang ada dikepala sang additional drummer, kenapa dia tidak diberikan kesempatan berbicara? Saya ingin tahu tentang latar belakang dan hal yang melatar belakangi dia untuk mau maju ke kursi panas Burgerkill. Tapi justru di sini teka-teki Burgerkill, band yang menolak berhenti berevolusi, menjaga segala sesuatu tetap aman dan selalu mempunyai kisah-kisah gemilang sekaligus kisah-kisah tragis nya. Ataukah akan ada video yang lain? atau ini adalah hanya sekedar bagian kecil dari teka-teki kisah selanjutnya?

Apakah memang Band Bawah Tanah Selalu Terdepan Secara Konsep di Industri Musik Indonesia?
Video Live Rehearsal ini secara tidak langsung seperti menyodorkan sebuah “cermin” kepada kita/para musisi untuk berkaca, dan mempertanyakan: "Apakah ada/pernah sebuah band atau solois ternama di Indonesia yang berani menelanjangi atau mengupas bandnya sendiri di hadapan publik yang dikemas dalam satu format sajian video?" Jawabannya mungkin salah satunya adalah: "Mereka tidak terlalu mempunyai nyali... Atau tidak mampu memecahkan dan menyusun masalah yang ter-puzzle ini... Atau mungkin kami akan sibuk berbohong kepada publik ataupun ber-kias untuk memberi keterangan tentang masalah keluarnya seorang personil band".

Format video seperti ini bisa jadi disebut 'Penting', ataupun sama sekali 'Tidak Penting' untuk dibuat, dan bisa jadi band memutuskan untuk 'Diam' adalah pilihan aman. Tetapi bagi Burgerkill sendiri, merangkai satu format penjelasan dan menggiring opini kepada fans, adalah satu tantangan dan langkah yang harus diselesaikan. Bukan hanya sekedar mengandalkan “Press Release” semata.
Perlu dicatat bahwa gagasan sajian ini adalah sebuah fenomena dan momentum penting dalam perkembangan propaganda musik di Indonesia. Suguhan sederhana yang jauh dari embel-embel kosmetik ataupun hiperbola, dan tidak mengedepankan perilaku-perilaku sentimentil dan romantisme. 

Burgerkill berani berspekulasi untuk menawarkan sebuah konsep atau sajian musikalitas yang harus dan bisa dipertanggung jawabkan secara band ataupun secara personal. Lewat video berdurasi 37 menit yang tidak membosankan, "Burgerkill - Live Rehearsal 2016", mereka bulat dan kokoh untuk selalu siap dinilai kapanpun, oleh siapapun. 

Vocalist of Pure Saturday Band, Manager of Taring Band. Founder majalah independen RIPPLE Magazine.

View Comments (5)

Comments (5)

  • giovitano
    giovitano
    21 Sep 2016
    tajammmmm .... like it !!!!
  • Fikrirajabi
    Fikrirajabi
    24 Sep 2016
    Sekali dayung,dua-tiga pulau terlewati . peribahasa itu yg ada di kepala saya ketika selesai membaca tulisan ini.Keren !!!!
  • Hermanmarvel
    Hermanmarvel
    30 Sep 2016
    Abang-abangan yang Menjadi panutan..
  • eggy
    eggy
    16 Oct 2016
    terbaikss
  • ency
    ency
    28 Oct 2016
    the bast
You must be logged in to comment.
Load More

spinner