Tika & The Dissidents Suarakan Hak Perempuan Dalam Klip “Tubuhku Otoritasku

Tika & The Dissidents Suarakan Hak Perempuan Dalam Klip “Tubuhku Otoritasku"

Kasus pelecehan yang dialami oleh perempuan, grafiknya terbilang kian naik dari waktu ke waktu. Beberapa kalangan coba memperjuangkannya lewat segala macam bentuk mulai dari unjuk rasa, menuntut pemerintah, dan sebagainya. Adalah Tika & the Dissidents, yang menyuarakan isu tersebut lewat karyanya. Grup musik asal Jakarta ini, beberapa waktu lalu merilis video klip berjudul “Tubuhku Otoritasku” yang lagunya diambil dari album terbaru mereka, Merah.

Video klip tersebut berdurasi 4 menit, menampilkan 34 perempuan dari berbagai ras, etnis, usia, tipe tubuh, hingga gaya yang berbeda. Satu persatu mereka muncul di depan video, menunjukkan coretan di tubuhnya yang merupakan suara-suara perlawanan terhadap anggapan miring soal tubuh perempuan. Lagunya dikemas dengan nuansa rock n’ roll, sehingga terkesan asyik serta sinkron lewat liriknya yang lugas serta berani dalam memperjuangkan hak bagi perempuan.

Isu ini ternyata memang masih menjadi pembahasan yang menarik di kalangan kita. Kartika Jahja selaku vokalis Tika & The Dissidents, bercerita bahwa alasan ia memilih topik ini adalah sederhana. “Sesimpel karena saya sendiri perempuan, dan lirik lagu ini ditulis berdasarkan pengalaman saya sebagai perempuan yang hidup di masyarakat yang patriarkis,” ungkapnya.

Dalam kurun waktu 5 tahun ke belakang, Tika memang banyak menggeluti berbagai kegiatan aktivisme di isu gender, khususnya isu kekerasan terhadap perempuan. Pada titik itulah, dirinya menyadari bahwa pengalaman-pengalaman tersebut bukan hanya terjadi padanya, namun sedikit banyak juga dialami semua perempuan.

Menurut dirinya, hal tersebut tak hanya terjadi di Indonesia, melainkan juga seluruh dunia. Lewat rasio yang ia jabarkan, 1 dari 3 perempuan masih mengalami kekerasan dalam hidupnya. Lebih dari 60 juta anak perempuan putus sekolah karena pernikahan anak. “Banyak KDRT dan perkosaan tak terlapor karena sistem hukum yang buruk dan budaya yang menyalahkan perempuan. Bahkan di saat perempuan terlihat sudah menempati posisi-posisi penting sekalipun, banyak di antara kita yang masih pulang ke keluarga yang mencibir perempuan bekerja, atau mentabukan perempuan yang dianggap lebih 'gemilang' dibanding suami” pungkas Tika, yang juga tergabung dalam kolektif feminis bernama “Mari Jeung Rebut Kembali.

Banyak dari perempuan yang sampai saat ini masih merasa takut untuk bepergian sendirian karena kerap jadi sasaran pelecehan seksual, sehingga tidak bisa beraktivitas dan berkarya sebebas kawan-kawan laki-laki. Banyak pula orang berpikir, bahwa saat ini perempuan dan laki-laki sudah setara. Tapi menurut Tika, sebenarnya perempuan masih dirantai berbagai budaya dan sistem. Hanya rantainya saja yang lebih panjang dibanding dulu. Perlu diingat juga, bahwa yang menciptakan budaya yang opresif ini bukan cuma laki-laki loh, tapi perempuan juga ikut melanggengkannya. “Jadi tugas kita untuk memutuskan rantai ini,” tambahnya.

Berbicara soal “Tubuhku Otoritasku”,  penggarapan video klip tersebut konon lancar sekali karena team worknya menyenangkan. Klip yang juga diproduseri serta disutradarai oleh “Mari Jeung Rebut Kembali” tersebut, turut dibantu oleh Sounds From the Corner dan “Yayasan Bersama Project”.

“Kami mengundang 34 perempuan untuk membuat statement masing-masing tentang tubuh mereka. Ternyata banyak cerita yang kami dapat dari para partisipan, misalnya bagaimana salah satu dari mereka disumpahi masuk neraka karena memakai jilbab yang dianggap tidak syar'i. Ada juga yang selalu dikomentari berat badannya setiap hari oleh rekan kerja hingga orang-orang yang tak dikenalnya. Dari mereka, kami jadi semakin terbuka juga matanya, betapa pentingnya menyampaikan suara ini, bahwa tubuh kita adalah milik kita,” jelas Tika, secara gamblang.

Lagu ini, bagi Tika serta kawan-kawannya di band adalah seruan kepada perempuan-perempuan untuk mencintai dirinya dan segala keunikan tubuhnya, serta seruan kepada semua bahwa tubuh perempuan adalah miliknya dan bukan hak siapapun kecuali dirinya sendiri.

“Sejauh ini kami menerima berbagai feedback yang mengharukan dari perempuan maupun laki-laki. Banyak perempuan yang merasa terwakili, merasa menemukan keberanian, dan menemukan kepercayaan diri karena lagu dan video ini”, jelas Tika. Tak hanya itu, banyak juga dari laki-laki yang mengatakan bahwa mereka mendapat sudut pandang baru tentang bagaimana memperlakukan perempuan tidak sebagai objek, tetapi sebagai partner. Tika lantas memberi harapan bahwa ia ingin agar kondisi yang positif seperti ini, dapat terus berlanjut sampai waktu yang akan datang.

Simak video klip tersebut di bawah ini:

 

Contact:

https://www.facebook.com/Tika-The-Dissidents-119592051431964/?fref=ts

https://twitter.com/dissidents_

Foto: Tika & the Dissidents & net.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner