Sore Nan Noise Kali Ini, Dipersembahkan Oleh Ora Iso

Sore Nan Noise Kali Ini, Dipersembahkan Oleh Ora Iso

by: Bobby Agung Prasetyo

Minggu sore (1/2), hujan deras tak bosan mengguyur Kota Bandung. Ya, sudah beberapa waktu kebelakang memang cuaca naik turun. Dalam rintik-rintik nan mendung kala itu, saya berangkat ke pusat Kota Bandung, tepatnya DU71A Cafe & Bhang Records, Jln. Dipatiukur No. 71 A. Tebak apa yang saya lakukan: jajan rock atau beli vinyl? Bukan. Sekedar ­menyeruput kopi sambil ngeceng-ngeceng siapa tahu bertemu gadis cantik? Tidak juga. Jika semua takluk, maka jawabannya adalah: menonton Ora Iso, duo noise/post-punk-industrial gloomy asal Brooklyn, New York, Amerika Serikat yang selain menakjubkan, juga teramat bising itu.

Sesampainya disana, saya disambut dengan baik oleh tukang parkir dan pemandangan TKP yang mulai dipenuhi oleh hipster lokal. Jujur saja, acara berjalan tidak sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan yakni pkl. 16.00 WIB. Tak apa, mungkin hujan merupakan salah satu kendala diantara kendala-kendala lainnya. Kurang lebih 20 menit kemudian, semua pengunjung memenuhi venue yakni Bhang Records yang cukup terbatas. Suasananya memang terasa intim, karena selain satu sama lain berdekatan (baca: kapasitas tempat), arsitektur bangunannya pun homie. Disinilah pertunjukan yang kita tunggu, ketika efek noise dari Jason Kudo, sang gitaris left-handed, mencuri start untuk memekakkan telinga.

Sedikit bicara, banyak bertindak. Itulah Ora Iso. Siapa yang peduli dengan embel-embel “interaktif kepada penonton”, jika penampilan band ini sungguhlah memukau. Kathleen Malay, sang vokalis, tak sungkan menggerakkan tangannya kesana-kemari ketika sedang tampil. Jason menggerutu dengan khidmatnya lewat permainan gitar dan bejibun efeknya yang terserak di lantai, seolah tak mempedulikan kerapihan; yang ada di benak hanyalah bagaimana menggali post-punk menjadi lebih dalam dan gelap lewat musiknya. Tak lupa, Kathleen amat piawai dalam mengendalikan nada-nada keyboard dipadu dengan balutan efek nan gloomy. Tiga lagu dari album perdananya “Bathcat”, berhasil memecah kesunyian pusat Kota Bandung.

Terlihat dalam sebagian besar wajah para pendatang, bahwa mereka puas dengan permainan duo avant-garde adanya ini. “Seksi, nggak nahan” ujar Rizky Ramadhianto, salah satu pengunjung yang hadir dalam gelaran ini. Pertanyaan tersebut, merujuk kepada musik dan vokalisnya sendiri yakni Kathleen Malay yang memang tampil memukau baik secara skill maupun penampilan. Paras cantiknya, juga dibarengi dengan sikapnya yang humble. Beberapa orang sempat ragu berbicara dengan gadis tersebut, karena berpikiran akan keterbatasan bahasa, Alih-alih takut perbincangan tak nyambung, ternyata Kathleen yang juga keturunan Indonesia ini fasih berbicara bahasa tanah air. Syahdan, yang tak ragu pun langsung mendekat.

Dalam perbincangan, Kathleen mengaku bahwa ini adalah gigs ketiga Ora Iso di Indonesia setelah sebelumnya manggung di Yes No Wave Jogjakarta, dan Rossi Musik Fatmawati Jakarta dalam rangka tur promosi album. Gadis manis tersebut juga tak sungkan mengekspresikan kebahagiaan bahwasanya muda-mudi tanah air ternyata menggemari musiknya bersama Jason yang teramat ambient ini. Dalam obrolan singkat tersebut, ia juga sambil meladeni pengunjung dengan foto bersama, tanda tangan pada rilisan kasetnya yang juga dijual disitu, serta bercengkerama dengan siapapun yang ada.

Hujan perlahan berhenti, seolah mengikuti penampilan Ora Iso yang sudah usai sedari tadi. Hampir semua pengunjung masih berseliweran seolah pesta masih berlanjut sampai esok pagi. Ada yang masuk ke Bhang Records untuk melihat rilisan vinyl, menikmati kudapan di DU71A Cafe, atau bahkan tidak di keduanya yakni cukup berdiri dan berbincang hangat bersama kolega satu pemikiran dalam teras depan. Jason dan Kathleen memang sudah tidak membisingkan lagi, tapi percaya tak percaya, bekasnya masih ada dalam pengalaman inderawi; terkhusus bagi yang membeli kasetnya. Agak-agak instrumental dengan harmonisasi yang sungguhlah ambient-noise rock, duet maut ini patut diperhitungkan dalam kancah musik tanah air, bahkan internasional. Asal jangan salahkan saya saja, jika lagunya terasa memekakkan telinga namun malah buat ketagihan.

Foto : Bobby

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner