Pengadilan Musik Tak Biasa Teruntuk ‘Terdakwa’ Iksan Skuter

Pengadilan Musik Tak Biasa Teruntuk ‘Terdakwa’ Iksan Skuter

Perilisan album memang menjadi momentum dari setiap musisi , entah itu anyar atau baru setahun sudah mengeluarkan dua album atau lain halnya. Penting memang sebuah album diterangkan mengenai judul albumnya, ada berapa trek lagu atau dalam proses penggarapannya. Inilah yang dirasakan Iksan Skuter, Musisi paling berbakat saat ini asal kota Apel Hijau, Malang yang baru saja menelurkan album keempatnya berjudul “Shankara” dalam Pengadilan Musik International Ala-ala, Jumat (16/10) di Kantinnasion The Panas Dalam, Jalan Ambon no.8A, Bandung.

Jam yang sudah menunjukkan angka lebih dari enam dan kurang dari angka delapan, alias jam tujuh sudah berdentang. Gelaran acara yang dibuka dengan tatapan saya tertuju pada selembaran pengumuman bertuliskan “Penonton Harap Tidak Tenang” membuat hidung saya kembang-kempis berpadu suara tertawa yang melengking. Musik pembuka yang cukup dahsyat suaranya berduel dengan lampu sorot putih menyilaukan mata membuat para penoton saat itu terfokuskan oleh panggung kecil yang disusun dengan kursi terdakwa, hakim, jaksa penuntut, dan jaksa pembela. Dekorasi malam itu, terlihar seperti ruang sidang yang sangar.

Terlihat acara yang dipadu dengan sosok lelaki berjaket hitam, bernama Akmal membacakan profil Iksan Skuter juga album “Shankara” yang bertemakan kehidupan sosial berbasiskan 13 trek lagu yang disebut Iksan Skuter sebagai 'pembawa keberuntungan' sesuai arti dari judul albumnya sendiri. Setelah itu Akmal memanggil Jaksa Penuntut yang tidak lain ialah Budi Dalton dan Pidi Baiq kemudian Jaksa Pembela yaitu, Erwin Saz dan Erwin 'The Panas Dalam' yang saat itu mengenakan topi koboinya berwarna putih gading. Dilanjut dengan pemanggilan hakim, Man Jasad yang disambut dengan penonton untuk berdiri layaknya presiden. Hal ini cukup mengundang gelak tawa yang masih mendesis dari bibir orang-orang malam itu. Terakhir, Akmal memanggilkan terdakwa malam itu yang dituntut untuk diberi pertanggungjawabkan albumnya secara langsung, Iksan Skuter. Iksan yang berjalan menuju kerangkengnya dengan gitar didalamnya menampakkan wajah berseri-seri dengan topi andalannya.

Seperti dalam persidangan, Man Jasad yang dinobatkan sebagai hakim malam itu membacakan surat keputusan, mencocokkan identitas terdakwa lalu menyerahkannya pada Pidi Baiq dan Budi Dalton untuk membacakan pernyataanya secara resmi.

Pertama, Sang Budi Dalton membicarakan judul lagu “Cinta Itu Adalah” dan “Mencari Apa” dalam album terbaru Iksan Skuter dengan tambalan Pidi Baiq yang mengundang gelak tawa dengan menyatakan, “Cinta itu adalah apa jangan sampai nanti anak SMP enggak ngerti, terus ini mencari apa mencari tanda tanya atau apa? Jangan sampai kamu disini malah membodohi kita.. Mencari apa ini tolong jelaskan”, ujar Ayah yang membuat tawa malam itu pecah.

Man Jasad dengan rambut panjangnya yang terurai memberikan kesempatan untuk duo Erwin saat itu menyatakan pembelaannya. Erwin 'The Panas Dalam' mendominasi pembelaannya kemudian melemparkannya lagi pada Iksan Skuter untuk menjelaskannya lebih rinci. Iksan menjelaskan bahwa 'Cinta Itu Adalah' intinya merasakan kasih sayang pada siapapun tidak hanya pada manusia tetapi makhluk hidup lain seperti hewan dan tumbuhan, alam semesta. Budi Dalton yang memanaskan malam itu dengan celetukannya yang pedas tapi tak masuk akal memberikan kesempatan Iksan untuk melantunkan lagu tersebut. 'Cinta Itu Adalah' lagu pertama dalam album terbarunya yang Iksan bawakan lewat petikan gitar hitamnya.

Setelah selesai, Erwin Saz dijajal dengan pernyataan kedua tentang lagu 'Mencari Apa'. Secara spontan Erwin mengatakan mungkin sedang mencari tanda tanya dan menegaskan itu adalah jawaban satu-satunya. Spontanitas yang menghasilkan tawa penonton yang semakin banyak malam itu. Lalu, Budi Dalton dan Pidi Baiq menyuruh Iksan untuk menyanyikan kembali lagu 'Mencari Apa'.

Man Jasad, Hakim International ala-ala malam itu telah diperdengarkan tanggapan yang beragam lewat Jaksa Penuntut dan Pembela. Man Jasad, akhirnya menskorsing gelaran itu selama 15 menit yang ditukar dengan pertunjukkan Iksan Skuter mendendangkan lagu berjudul 'Tunjuk Hidung' bersama temannya yang memainkan alat musik semacam kecapi tetapi bukanlah alat musik kecapi. Liriknya yang beringas ditujukan pada pengusaha dan para jajaran pejabat yang selalu berkompromi untuk mendapatkan keuntungan pribadi.

Persidangan dibuka kembali dengan kedatangan Man Jasad, Pidi Baiq, Budi Dalton, Erwin Saz dan Erwin 'The Panas Dalam' yang menduduki kursi asalnya juga Iksan Skuter menjajaki kerangkeng kursi 'pesakitan' malam itu. Wajah Iksan yang sudah bersinar setelah menyanyikan lagunya, Man Jasad membeberkan putusan akhir sidang bahwa album “Shankara” layak untuk didengarkan oleh penikmat musik tanah air.

Penandatanganan plakat bertandakan cover album “Shankara” diawali oleh Man Jasad, lalu Budi Dalton, Pidi Baiq, Erwin Saz dan terakhir Erwin 'The Panas Dalam' kemudian dilakukan sesi foto bareng mereka bersama Iksan Skuter dengan senyum leganya berpegangkan plakat yang sudah dilegalisir. Akhir malam itu, ditutup lewat Iksan Skuter membawakan lagu yang dinamai 'Partai Anjing' dari album pertamanya dengan kolaborasi harmonika yang bersal dari tiupan Erwin Saz. Teriakan Anjing di jam 22.00 WIB itu mengaum meneriakkan para anjing-anjing tanpa hati nurani yang berkeliaran seperti inti dalam lagunya. 

Foto: Cynthia Novianti

 

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner