Lightcraft Rasakan Atmosfer Berbeda di Dua Negara

Lightcraft Rasakan Atmosfer Berbeda di Dua Negara

Howdy Coklatfriends??, kami kembali melakukan wawancara secara eksklusif dengan Sebuah grup asal Ibukota yang mengalun dengan warna brit-pop/indie rock yang berjaya di era akhir 90-an. Berawal dari sebuah pertemanan saat masih melukukan sebuah studi di Negeri Jiran, Malaysia, mereka akhirnya membentuk Lightcraft yang di dalamnya mempunyai kualitas yang tak biasa dan patut dicatut dalam agenda gig-gig kalian untuk sekedar melihat aksinya. Kami berkomunikasi dengan frontman sekaligus vokalisnya, seorang pria dengan nama Imam Mbudz. So let’s see, buddy!

DC:     Bagaimana awalnya Lightcraft terbentuk dan siapa saja yang ada di dalamnya?

L:        Lightcraft terbentuk sewaktu kami masih kuliah di Kuala Lumpur, Malaysia di tahun 2004. Saya membentuk generasi pertama dari Lightcraft dengan bekas drummer kami, Patrick, yang kebetulan dulu satu sekolah dengan saya (Imam) sewaktu di SMA (yang juga di Kuala Lumpur). Lalu dalam pencarian awak band lainnya, kami mengundang Fari - teman serumah kami - untuk main gitar, dan juga temannya dia, Indra, untuk bermain bass. Enrico, pianis/kibordis kami, menyusul bergabung tidak lama kemudian. Pada awalnya, kami menamakan band kami Parallel Lines. Lalu mengubahnya menjadi Tenterhooks untuk satu kali manggung. Setelah itu, barulah kami menjadi Lightcraft. Over time, satu per satu meninggalkan KL karena sudah menyelesaikan studi masing-masing, meninggalkan saya sendiri - karena saya waktu itu sedang mengambil S2 dan bekerja at the same time - untuk melanjutkan dengan bantuan kawan-kawan di Malaysia. Pada tahun 2012, barulah saya pulang kampung, bergabung kembali dengan Fari dan Enrico, dan seorang kawan lama dari KL - Rizki - yang menjadi bassist kami. Setelah melewati dua drummer yang berbeda dari masa saya pulang ke Jakarta, kami akhirnya merekrut Yopi, dan terbentuklah Lightcraft dengan formasi yang sekarang.

Personil lightcraft:

Imam Mbudz - Vocals, electric/acoustic guitar, keyboards, songwriter, lyricist

Fari - Lead guitar, backing vocals

Enrico - Keyboard, piano, synths, samples, laptop, backing vocals

Rizky - Bass, backing vocals

Yopi - Drums, percussions, backing vocals

DC:     Motivasi membuat Lightcraft karena apa?

L:        Karena kami berlima mencintai bermain dan berkarya musik lebih dari apapun, dan kami memerlukan sebuah sarana untuk melakukan keduanya, dimana kami bisa meluahkan semua isi hati dan emosi kami melalui lagu-lagu kami. Itu motivasi utama dari terbentuknya Lightcraft.

DC:     Sejauh ini apa saja yang Lightcraft sudah rilis? bisa diceritakan bagaimana dan berapa lama prosesnya?

L:        Kami sudah ada tiga rilisan sejauh ini: "The Modern Seasons", EP dan debut rilis kami di tahun 2006; "Losing Northern Lights", debut album yang dirilis di tahun 2008 (dan sayangnya sudah out of stock, kecuali satu keping CD terakhir!); dan yang baru kami rilis secara resmi pada awal tahun ini adalah album kedua kami, "Colours Of Joy", album pertama kami yang kami distribusi di Indonesia dan seluruh dunia melalui online retailers seperti iTunes, Deezer, Spotify, Amazon, Bandcamp, dan lain-lain. Dua rilisan yang pertama tidak kami sebarluaskan di Indonesia karena pada masa itu kami masih menetap di Malaysia. Untuk "Colours Of Joy" sendiri, proses rekamannya memakan waktu hampir dua tahun, karena pada saat kami memulai rekaman, saya masih berbasis di Kuala Lumpur, sementara yang lain di Jakarta. Jadinya saya merekam parts saya di KL, lalu kalau saya sedang pulang ke Jakarta, kami gabungkan dan lanjutkan lagi. And that went on and on sampai saya akhirnya sudah pulang for good. Barulah kami bisa melakukan proses rekaman yang normal.

DC:     Apa yang identik dengan karakter kalian sebagai Lightcraft?

L:        Sound kami, mungkin?! Sound yang sampai detik ini pun masih belum ada yang bisa menetapkan genre-nya apa, termasuk kami sendiri! Ada yang bilang shoegaze, ada yang bilang dream-pop. Kami hanya menyebutnya indie-rock, lebih general. Yang pasti musik lightcraft itu terbalut di dalam lapisan-lapisan melankolis, yang lalu kami buat secara tidak sengaja menjadi lagu-lagu yang bersifat anthemic.

DC:     Rencana apa yang kalian sedang garap sekarang? tur mungkin?

L:        Kami sedang menunggu untuk selesainya produksi video klip musik pertama kami dari album "Colours Of Joy", yakni untuk single "Living In Words And Letters". Lalu sebenarnya kami tadinya sedang merencanakan untuk membuat tur di Jepang dengan bantuan teman lama kami, tapi sepertinya rencana itu harus menunggu, karena sekarang kami sedang mengumpulkan resources agar bisa memenuhi undangan untuk tampil di Canadian Music Week 2015 di Toronto, Kanada bulan Mei 2015 mendatang. Untuk itu, kami mengharapkan support dari kawan-kawan di skena musik lokal dan juga kawan-kawan pencinta musik tanah air semua, agar mudah-mudahan kami dapat mengharumkan nama bangsa Indonesia di kancah musik internasional, dan membuka pintu untuk para musisi-musisi dan band-band Indonesia untuk bisa tampil di acara yang serupa, untuk menunjukkan bahwa musik kita tidak kalah kualitas dengan yang diproduksi di USA atau Inggris. Ada juga rencana tampil di India, tapi untuk sekarang itu masih tentatif. 

Selain itu, kami akan tetap mempromosikan album "Colours Of Joy", manggung di Jakarta dan sekitarnya, dan hopefully, setelah Canadian Music Week, mungkin kami bisa kembali ke studio dan memulai rekaman untuk album ketiga kami, karena sekarangpun kita sudah ada sekitar 10 lagu baru yang masuk pertimbangan untuk album ketiga.

DC:     Suara kalian mengenai skena lokal hari ini seperti apa?

L:        Kami cukup beruntung untuk bisa merasakan dua skena musik lokal yang berbeda: di KL dan di Jakarta. Mungkin kalau di Jakarta, kami merasa dunianya lebih dinamis, lebih hidup, dan lebih patriotis. Dan dengan jumlah band dan musisi yang ada, terbentuklah komunitas-komunitas yang beragam, yang masing-masing punya tujuan yang sama yakni, untuk membangkitkan musik Indonesia. Banyak sekali band-band dan musisi-musisi yang eksepsional tidak hanya di Jakarta, tapi di seluruh negara ini.

DC:     Bisa disebutkan influence kalian apa saja?

L:        Influence kami cukup beragam, melihat setiap anggota Lightcraft menyukai musik-musik yang berbeda. Tapi untuk keseluruhan, dan untuk yang directly influence musik Lightcraft, mungkin band-band seperti Coldplay, Snow Patrol, Athlete, Doves, Elbow, Travis, Thirteen Senses, Starsailor, A Silent Film, dan masih banyak lagi.

DC:     Apa yang membuat kalian berbeda dari band-band lainnya dan apa yang ingin kalian suguhkan sebagai sebuah grup bernama Lightcraft?

L:        Mungkin yang membuat kami berbeda dari band-band lainnya adalah musik kami, yang mungkin memang cukup unique kalau dibandingkan dengan kawan-kawan di dunia musik Indonesia. Dan juga asal-usul kami yang terbentuk di Negeri Jiran, lalu sempat berpisah dan ganti personil, sampai bergabung lagi. Hal ini kami anggap cukup memengaruhi kami secara musikal. Yang ingin kami berikan kepada peminat musik Indonesia dan dunia adalah sound yang anthemic dan melankolis, sebuah sound yang telah menjadi trademark, yang kami harap dapat menggugah hati para pendengar dan memberikan mereka semangat yang baru dalam hidup.

DC:     Oke, terkahir dari pertanyaan terkahir dari kami…Harapan kalian sebagai musisi?

L:        Kami hanya ingin agar bisa tetap berkarya sampai usia yang lanjut! On a serious note, kami berharap semoga musik kami dapat diterima oleh khalayak ramai, di negeri sendiri dan juga di luar negeri, agar kami dapat membantu - walaupun hanya sedikit - dalam kebangkitan dunia musik Indonesia.

Begitulah sepintas, momen kehangatan kami dengan Lightcraft. Resapi dan nikmati selagi kalian bisa. They have some of different color, yeah!

Contact:

Facebookfacebook.com/lightcraftmusic
Twitter: @lightcraftmusic
Instagram: @lightcraftmusic
SoundCloudsoundcloud.com/lightcraft
YouTubeyoutube.com/user/lightcraftvideos

Bandcamplightcraft.bandcamp.com

Oleh: Karel

Foto: Lightcraft Docs.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner