Romansa Efek Rumah Kaca Di Pasar yang Sukses Dikonserkan

Romansa Efek Rumah Kaca Di Pasar yang Sukses Dikonserkan

Dengan mengenakan kostum bak badut ulang tahun, vokalis sekaligus pemetik gitar Cholil Mahmud, pembentot bas Poppy Airil, dan penggebuk drum Akbar Bagus Sudibyo sukses mengakhiri konser tunggal istimewa "Pasar Bisa Dikonserkan" bersama lantunan mengharukan seorang Adrian Yunan Faisal yang menyanyikan "Sebelah Mata". Gedung Balai Sartika, Bandung, Jumat (18/9) malam itu bagaikan terhipnotis oleh rona kegembiraan para penggemar Efek Rumah Kaca, grup musik yang mengusung pop minimalis itu. Saat itu Adrian berdiri tegap dari kursi rodanya--karena tengah mengidap diabetes akut--sambil menggegam kuat microphone, bernyanyi lantang lagu ciptaannya tersebut. Sontak seisi gedung mengelu-elukan namanya "Adrian, Adrian, Andrian..." seolah memberi support yang sangat luar biasa. Rasa senang, haru, puas, maupun gemetaran tingkat tinggi bercampur menjadi satu dan membuat keramian 'pasar' tambah meletup kuat. Ya, mereka berhasil melakukan sesuatu spesial malam itu.

Sebelum momen paling mengharukan dan emosional itu mengeruak, sebanyak 21 lagu dibawakan Efek Rumah Kaca dengan bantuan iringan vokal latar dari awal sampai akhir oleh Wiznu adji dari grup indie rock revivalist, Monkey To Millionare, sepasang vokalis wanita Pandai Besi, Monica Hapsari-Natasha Abigail, dan istri tercinta Cholil, Irma Hidayana yang juga memiliki band proyek iseng bersama sang suami, Indie Art Wedding. Setlist yang hampir menghabisi dua lusinan lagu milik Cholil cs mengambil konsep segmen per segmen yang dibagi tiga bagian. Dengan masih mengenakan tampilan kasual, segmen pertama band asal ibukota diawali lagu ballad "Tubuhmu Membiru" yang ketika itu sebagian penonton masih tertahan di luar venue karena masih mengantri panjang di bagian ticketing. Kemudian berlanjut dengan "Kau Dan Aku Menuju Ruang Hampa" yang menciptakan gelegar koor dari para penonton. Suhu ruang gedung tambah memanas, ketika "Mosi Tidak Percaya" dibawakan sampai akhirnya kembali hangat dengan "Hujan Jangan Marah". 

Repertoir berpendekatan ala Jeff Buckley, Manic Street Preachers, dan Iwan Fals ini terus bergulir pada segmen pertama, "Belanja Terus sampai Mati", "Kamar Gelap", "Jangan Bakar Buku", hingga sosok Adrian muncul dengan kursi roda yang bersamaan dengan lagu "Hilang". Dirinya memberikan sambutan bermakana kepada teman-temannya itu dan juga motivasi belebih. Ucapannya tersebut, lantas membuat Cholil sempat meneteskan air matanya ketika sahabat sekaligus pentolan orisinil bandnya itu memberi dukungan ketika di atas panggung.  What a moment!. Setelah itu Adrian kembali dihantarkan ke belakang panggung, dan Efek Rumah Kaca kembali melanjutkan aksinya di segmen perdana dengan "Jalang", "Kesepian",  sampai singlenya yang masih hangat di telinga, "Biru" atau "Pasar Bisa Diciptakan" yang ikut dibantu oleh gitaris BITE, Andi Hans dan kibordis Pandai Besi/Max Havelaar, Muhamad Asranur. Sepanjang konser, latar panggung dihiasi oleh visual berbagai macam iklan maupun klip yang cukup random, seolah asal tapi cukup membuat tersenyum. Dan orang yang bertanggung jawab dengan itu adalah Oomleo (Goodnight Electric) yang juga seorang perupa kontemporer dari komunitas Ruang Rupa, Jakarta. Segmen pertama pun berakhir dan pengisi panggung harus turun minum untuk rehat sejenak.

Di segmen kedua, getaran suara manis Monica Hapsari bergelora dengan lagu "Insomnia". Setelahnya, segmen ini dipenuhi oleh kolaborasi dari tamu sekaligus para teman-teman Efek Rumah Kaca. Kolaborator pertama datang dari duo Arum Tresnaningtyas-Meicy Sitorus yang tergabung dalam unit folk Tetangga Pak gesang dan tampil sederhana dengan masing-masing rambut mereka yang di-roll. Tembang "Jatuh Cinta Biasa saja" bersamaan dibawakan oleh mereka. Sehabis itu, datang lagi seorang pria yang juga frontman dari kelompok psych/heavy rock, Sigmun maupun Bin Indris, Haikal Azizi. ERK dan Haikal beriringan melantunkan "Debu-debu Berterbangan" dengan bumbu psikadelik dan lengkingan tajam Haikal. Mantan pentolan SORE yang kini menjadi solois, Mondo Gascaro ikut berkolaborasi dalam lagu "Banyak Asap Disana" sambil memainkan instrumental kibor yang terdengar jazzy dan berkelas. Tak berhenti disitu, satu tamu yang tak asing kembali naik panggung, yaitu Hot Maroni alias Meng dari Float yang khusus menggantikan Anda Perdana (Matajiwa) yang berhalangan hadir. Dirinya dan ERK memainkan lagu "Kenakalan Remaja Di Era Informatika" dengan menyelipkan intro lagu "Stupido Ritmo" milik Float. Meng akhirnya turun panggung dan posisinya digantikan dua personel The Adams, Ario Hendarwan dan Saleh Bin Husein yang 'mengacaukan' lagu hits ERK, "Cinta Melulu" dengan sisipan power pop ataupun lagu "Konservatif" dan mengakhiri segmen kedua "Pasar Bisa Dikonserkan".

Selama rehat, panggung dikuasai oleh seorang badut yang mengajak penonton bermain-main dengan permainan konyol maupun pertunjukan sulap yang mengundang gelak tawa. Aksi si badut menjadi penghantar segmen ketiga dan membuat ketiga personel ERk berdandan ala kostum badut lengkap dengan make-up yang cukup lucu. "Melankolia" mengawali sesi terakhir malam itu lalu dilanjutkan dengan "Efek Rumah Kaca", "Balerina", Laki-laki Pemalu", "Menjadi Indonesia" dan "Di Udara". Ketika "lagu "Desember" hendak dibawakan, gejolak musik yang terdengar sendu itu dibantu dengan aksi orkestra yang didominasi oleh alat musik biola. Seisi ruang gedung menciptakan koor massal yang menggetarkan sampai akhirnya "Sebelah Mata" hadir secara istimewa dengan suara emosional seorang Adrian. "Pasar Bisa Dikonserkan" well done!

Foto: Karel & N. Detti Sumyatti

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner