Interview Eksklusif  : Pipepole yang Ingin Diakui dan Menjadi Pionir

Interview Eksklusif : Pipepole yang Ingin Diakui dan Menjadi Pionir

 

Pertemuan cukup intim saya lakukan dengan satu komplotan yang sedang naik daun di skena indie lokal Bandung bernama, Pipepole ketika pekan terakhir penutup tahun 2014 lalu, Sebuah grup yang berisikan Oki Kusumadita (vokal), gitar), Tendi Ahmad (gitar), Meigy Saputra Dewa (bass), dan Riski Indriyana (drum) ini mengusung warna noise pop/alternative rock yang tak biasa dan cenderung kasar.  Ketenangan sore hari yang cerah dan kios mini di salah satu kawasan Jalan Ciung Wanara plus segelas kopi susu dan rokok menjadi saksi perbincangan hangat itu. Tetapi, Oki sang frontman tak hadir hari itu, karena sedang ada keperluan yang tidak bisa ditinggalkan, otomatis hanya Tendi, Meigy, dan Riski yang berada disana.

Sebelum menjadi Pipepole yang sesungguhnya, nama mereka yaitu “Noavra” yang memainkan musik folk-rock seperti Fleet Foxes dan Mumford and Sons. “Kita ganti nama karena pengen ganti genre terus emang jenuh aja ama warna yang kemarin”, jelas Tendi membuka pembicaraan

Semenjak itukah mereka meneguhkan nama sebagai Pipepole dan beganti haluan secara genre ke ranah alternative rock. ”Emang pengen alternative dari dulu,  genre kemaren (folk) bukan rootsnya jadi kami pikir engga akan panjang,” tutur Meigy yang mengaku kalau The Smashing Pumpkins menjadi kiblat terbesar musik mereka.

Alasan lain mereka memainkan musik alternative hanya karena jarang yang bermain di ranah ini khususnya Bandung yang skena alternative baru kembali tercium. “Belum ada yang kaya kita di Bandung sekarang, ya sekalian kembali jadi pionir dan juga agar orang lain bisa lebih melek kalo musik itu beragam”, sambung Tendi kembali.

Kekompakan menjadi nilai plus bagi mereka berempat dalam menjalankan band ini dan itu semua terbangun sudah sangat lama. “Dari satu sekolah saat masih SMP, terus satu tongkrongan juga, jadi deket pisan kita semua itu”, giliran Riski berucap.

Persiapan terdekat Pipepole yakni mempersiapkan sebuah EP yang akan dirilis di tahun 2015 ini. Setelah sebelumnya merilis satu single “Concede” via soundcloud dan juga mengemasnya di sebuah CD yang dibuat sangat terbatas sebanyak 100 keping saja.

Ketika ditanya makna dari “Concede”, Tendi mengungkapkan kalau mereka ingin diakui secara luas. ”Orang-orang yang ngedengerin musik kita itu bakal tahu kita itu seperti apa dan kalau kita itu memang ada”, ujar pria berambut gondrong ini.

Selain itu Pipepole mempunyai satu pesan bahwa bila mempunyai satu band itu janganlah asal dan ingat dengan akar musik yang disukainya. “Jadi diri sendiri aja terus jangan asal ikut trend doang, dan yang pasti harus berani beda”, tambah Meigy mewakili.

Mereka pun menilai fenomena warna musik yang sedang hype di Bandung khususnya yaitu warna folk sudah dirasa bosan. “Kalau yang berakar sama musiknya mah saya yakin bakal lama tapi kalau kaya  hipster-hipster yang mainin sih engga akan lama terus juga boring aja ngeliatnya untuk sekarang”, ungkap Meigy dengan yakin.

Hal terakhir yang cukup sederhana dari tubuh Pipepole yakni tidak ingin ada ketimpangan antara band-band yang sudah lama ada dengan yang masih baru. “Harus tetap ada regenerasi antara yang tua dan yang muda (balance), selain itu juga kembali ke keinginan kita yaitu  diakui dan  kembali jadi pionir di skena (alternative), oh iya dengan membuat terobosan-terobosan yang engga biasa pastinya”, tutup Tendi seraya Meigy dan Riski mengangguk setuju.

Oleh: Karel

Foto: Pipepole Docs.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner