Ilustrasi-Ilustrasi Personal Amenk Coy Memperkaya Menara Perasaan 2016

Ilustrasi-Ilustrasi Personal Amenk Coy Memperkaya Menara Perasaan 2016

Monumen Menara Perasaan 2016 semakin istimewa berkat hadirnya salah seorang illustrator kondang asal Bandung, Amenk Coy. Pria yang dulu menimba ilmu di Seni Rupa UPI ini didaulat untuk membuat mural di tiga titik Menara Perasaan. Lokasi Menara Perasaan yang pertama digarapnya berada di Karawang, selanjutnya di Ciwidey, dan terakhir di Pangandaran. Tiga tempat dengan situasi dan kondisi alam berbeda ini mendatangkan ide variatif bagi cerita-cerita yang tertuang di setiap mural Amenk Coy.

Alienasi yang Muncul dari Fenomena Mudik
Karawang dengan suasana pinggiran kota yang menjadi jalur alternatif bagi para pemudik, menjadi pengalaman pertama Amenk dalam bersentuhan dengan Menara Perasaan. Dengan gaya gambar khasnya yang berwarna monochrome (hitam dan putih), Amenk ditantang untuk melukis pada sebuah media yang sama sekali baru bagi dirinya pribadi. Kalau biasanya Amenk membuat sketsa di permukaan kertas, tembok, atau papan yang datar, kali ini ia harus bisa ‘menaklukkan’ Menara Perasaaan yang medianya nggak datar karena terbuat dari susunan bambu. Biarpun awalnya kaget, lama-lama Amenk keliatan asyik bergelut dengan sketsa, kuas, dan cat tembok yang menjadi ‘senjata’ andalannya.

Dalam mural bikinan Amenk di Menara Perasaan Karawang, terdapat karakter sepasang suami istri yang sedang bersiap melakukan perjalanan pulang ke kampung halamannya. Amenk bilang, ilustrasi ini menggambarkan bagaimana mudik saat ini sudah menjadi fenomena luar biasa yang dilakukan sebagian besar masyarakat muslim di Indonesia setiap Idul Fitri tiba. Bagian yang cukup absurd dari ilustrasi ini adalah adanya gambar ufo yang sengaja Amenk bubuhkan di atas sepasang karakter yang ia buat tadi. Ternyata, keberadaan ufo ini mewakili perspektif Amenk yang merasa asing di kota tempat tinggalnya sendiri—Bandung—tepat pada hari lebaran. Bandung yang kini bisa dibilang semakin metropolis, ramai, dan lekat dengan kemacetan, biasanya mendadak sepi saat sebagian penduduknya mudik ke tempat lain. “Sepi di sini tuh sebenernya sepi yang mengasyikkan ya. Jadi kita bisa lebih leluasa untuk mobilitas, misalnya ketemu keluarga dan temen-temen terdekat yang ada di Bandung. Cuma ya rasanya beda aja dari hari-hari biasa. Itu yang bikin saya ngerasa asing,” kata Amenk.

Liburan Bersahaja dengan Mendekat pada Alam
Beda cerita dengan Karawang, Menara Perasaan Ciwidey yang lokasinya pas diapit Kawah Putih dan Emte Resort terasa lebih hidup karena banyak orang berlalu-lalang di sana untuk berekreasi di samping melakukan perjalanan mudik lebaran. Cuaca Ciwidey yang sebentar-sebentar panas sebentar-sebentar dingin, ternyata sangat memengaruhi mood Amenk Coy waktu lagi ngemural di sisi depan Menara Perasaan. Amenk mengaku kalau hawa yang nggak konsisten itu bikin mood melukisnya ikutan timbul-tenggelam timbul-tenggelam. Ditambah lagi, kuas yang dipakainya juga sebenarnya nggak sesuai untuk melukis di media bambu yang permukaannya nggak flat.

Buat menjaga mood biar muralnya tetap bisa berjalan sampai selesai, Amenk sengaja bikin sketch sambil dengerin musik. Yup, musik memang selalu jadi obat paling ampuh untuk ngebenerin perasaan yang lagi nggak menentu. Tapi, uniknya, kalau anak zaman sekarang biasa muter musik di ipod atau ponsel, Amenk justru sengaja bawa walkman beserta beberapa kaset band favoritnya seperti Stone Temple Pilots buat jadi temannya berimajinasi. Setelah pasang headphone dan menyetel kaset kesukaannya, Amenk anteng berkarya sampai jam 7 malam.

Cerita yang dibuat dalam muralnya di Menara Perasaan Ciwidey kali ini diberi judul ‘Liburan Bersahaja’. Adanya pinus dan pepohonan dalam lukisannya itu katanya terinspirasi dari alam Ciwidey yang masih rimbun karena dikelilingi hutan dan pegunungan. Di samping itu, tema liburan bersahaja ini dipilih karena selain Ciwidey identik dengan tempat rekreasi, bagi Amenk sendiri berlibur di tengah alam terbuka itu memang terasa bersahaja—sederhana tapi menyegarkan—dibanding berlibur ke perkotaan, mall, atau tempat-tempat berbau kapitalis lainnya.

Romantika di Menara Perasaan: You and I Sayang Forever!
Bertolak belakang dengan lokasi sebelumnya yang dikelilingi pegunungan, Menara Perasaan titik ketiga ini berhawa panas menyengat karena terletak di Pantai Barat Pangandaran. Walaupun sebenarnya langit Pangandaran sedang berawan, yang namanya cuaca siang hari di pesisir pantai sih tetap nggak bisa diboongin gimana teriknya. Kondisi ini seakan menjadi uji nyali bagi Amenk yang harus menyelesaikan muralnya di ruang terbuka. Tapi ternyata, tantangan ini nggak bikin Amenk jadi ngedown. Seniman yang banyak terinfluence oleh komikus-komikus mancanegara itu mengaku kalau dirinya mendapat mood ngemural paling enak justru waktu di Pangandaran.

Sesuai dengan moodnya yang lebih menyenangkan, sketsa Amenk di Menara Perasaan Pangandaran ini juga jadi terasa lebih penuh dan lebih ceria. Terinspirasi dari suasana pantai di sekitarnya, Amenk menjadikan pohon kelapa, pasir, ombak, lengkap dengan pelancong yang sedang surfing sebagai background lukisannya. Di bagian sentral mural, Amenk membuat dua karakter manusia berukuran lebih besar dari objek-objek lainnya sebagai representasi dari sepasang kekasih. Di sebelah kiri dua karakter tersebut, Amenk yang selalu memperkuat karyanya dengan tipografi itu membubuhi tulisan ‘You and I Sayang Forever’.

Amenk bilang, mural ini tercipta karena ia tertarik dengan romantika yang kerap ditemuinya selama melakukan tur Menara Perasaan. Tak jarang, ia melihat sepasang muda-mudi, suami-istri, baik warga lokal maupun turis asing, yang tampaknya sedang menikmati momen lebaran ini dengan berlibur dan menghabiskan waktu berkualitas bersama. Turut senang dengan pemandangan itu, Amenk ingin menceritakan apa yang dirasakannya ke dalam Menara Perasaan—yang memang sengaja dibangun untuk menampung sejuta perasaan manusia yang berada di sekitar menara tersebut.

Kepekaan Amenk terhadap keseharian dan apa-apa yang ada di sekelilingnya selalu membuat karya-karyanya terasa jujur dan personal. Selain pemilihan warna monochrome dan sketsa yang berbasic komik, memang hal itulah yang membedakan Amenk dengan seniman lainnya. Tidak melulu fokus pada visual dan tradisi menggambar, Amenk justru lebih banyak mengolah rasa dengan menyerap platform berpikir yang lekat dengan realitas, aware pada generasi yang ia hidupi, serta terlibat dalam movement dan eksperimen yang mendukungnya untuk terus konsisten dalam berekspresi. ***

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner