Dindy dan Perlawan atas Keseragaman Tematik Folk

Dindy dan Perlawan atas Keseragaman Tematik Folk

Dengan manis, Dindy menarasikan kerinduan dan rahasia yang rumit dengan bahasa yang lugas dan sederhana dalam lagu berdurasi kurang dari tiga menit.

Dindy, seorang penulis lagu asal Magelang, menuliskan sebuah memoar yang berlatar seorang ibu bercakap-cakap tidak habis-habisnya, merahasiakan kepada buah hatinya perihal kepergian sang ayah untuk selama-lamanya. Sebuah ironi yang tidak mudah dipahami seorang anak yang tengah melalui masa kanak-kanaknya. Di saat pelik itulah, kebanyakan ibu memilih untuk memberi alternatif cerita perihal keberadaan sang ayah yang telah tiada, dan mungkin cerita itu akan terus si ibu ceritakan tiap kali si anak bertanya tentang keberadaan ayahnya, hingga si anak benar-benar siap memahami apa yang sebenarnya terjadi.

Ironi yang cukup sering kita temukan pada banyak keluarga di Indonesia, seperti salah satunya konflik agraria yang merenggut banyak nyawa ayah-ayah muda yang dipaksa “pergi” saat tengah membesarkan buah hatinya. Juga, dengan banyak kepergian-kepergian lain yang begitu dekat dan lazim terjadi. Kepingan-kepingan cerita tersebut Dindy rangkai pada sebuah lagu berjudul “Dalam Bingkai Memori”. Lantunan lagu personal dengan lirik yang dalam tersebut dikemas apik oleh Maliq Adam, sebagai penata suara dan penyelaras akhir di lagu tersebut.

Dindy, dengan manis menarasikan kerinduan dan rahasia yang rumit ini dengan bahasa yang lugas dan sederhana. Kisah itu ia rangkum dalam lagu berdurasi kurang dari tiga menit. Lagu yang singkat, sesingkat ingatan sang anak pada ayahnya. Diakhiri dengan outro yang cukup mengganjal, semacam pertanyaan yang urung selesai perihal keberadaan seorang ayah, yang begitu dirindukan dan teramat ingin ditemui.

BACA JUGA - Kejutan Baru dari Indische Party di Oktober Ini!

Di tengah bermekarannya folk di Indonesia, dengan berbagai macam cara tutur dan ragam musik yang mengiringi, Dindy hadir dengan kesederhanaan liriknya. Musiknya yang komunikatif mengajak kita untuk duduk dan mengingat yang terdekat, yang dalam hal lagu ini bercerita tentang orang tua. Gaya penulisan lirik bertutur semacam ini membuatnya mudah melekat dan sulit untuk tidak mengundang haru. Bagaimana mungkin penuturan lirik tentang orang tua yang telah pergi bisa tidak mengundang air mata untuk turun? Selama air mata itu tidak jatuh untuk orang yang salah, maka biarkan saja itu mengalir sebagai bentuk penghormatan untuk orang yang hanya satu level saja di bawah Tuhan.

Memang, tidak ada pakem yang pasti tentang bagaimana seharusnya musik folk ditampilkan. Namun, dari apa yang terjadi sekarang ini, seperti ada sedikit keseragaman tentang folk dengan tema lagu yang hampir serupa, misalnya tentang senja, hujan, ataupun hal-hal manis lainnya, dengan pendekatan lirik yang seolah hidup baik-baik saja. Dindy dengan lagunya menyampaikan jika masih banyak hal lain yang bisa diangkat untuk bisa dijadikan tema lagu, dengan penuturan yang jujur dan personal. Untuk hal ini, sepertinya Dindy ada di jalur yang benar, ketika dia berhasil menampilkan folk yang seharusnya, dengan semua kesederhanaan dan penyampaian lirik yang jujur. Tentunya, segala hal yang berasal dari hati akan sampai di hati juga, sehingga pada akhirnya lagu tersebut jadi berkesan dan melekat.

Sumber Foto: Diambil dari rilisan pers Dindy.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner