Bandung Record Fest #3, Sarana Edukasi Audiophile, Kolektor Rilisan Fisik Sampai Menyebar”Virus Jajan Rock

Bandung Record Fest #3, Sarana Edukasi Audiophile, Kolektor Rilisan Fisik Sampai Menyebar”Virus Jajan Rock"

Akhir pekan lalu ,tepatnya tanggal 5, 6, dan 7 Desember 2014, di sekitaran Jalan Flores no 8, Bandung, tepatnya di “Markas Besar” The Panas Dalam Bank diadakan sebuah gelaran kecil bertajuk “Bandung Record Fest #3. Sebuah hajatan dari para kolektor musik yang berkecimpung di Bandung tepatnya “Tjihapit Skool Of Rock”. Komunitas audiophile yang  bergerak dan fokus pada rilisan fisik baru maupun lawas  yang berupa kaset, CD, DVD, sampai vinyl dari berbagai genre musik dan lintas negara. Selain menjajakan rilisan fisik, di sana pula diperdagangkan cinderamata band-band angker lokal maupun mancanegara, macam t-shirt, patches, sweater, poster, sepatu, topi, sampai action figure. Lebih dari 30 pengepul/pedagang/kolektor membuka lapak untuk sekedar bisa trade pelbagai barang hingga istilah gaul sekarang yakni ‘jajan rock’.

Dua orang dibalik Bandung Record Fest, Agus Boim Pakasinema dan Rudy Broer menceritakan awal mula adanya sebuah perhelatan ini yang berasal hanya dari kumpulan sebuah komunitas bernama “Tihapit Skool Of Rock”. “Dari kumpul-kumpul komunitas dan mulai dari 2013 akhir, intinya sih mau mengangkat penjual kaki lima yang kurang beruntung sama anak-anak muda yang lain, kita mah support sama ngikut aja.’, tutur Agus yang juga sempat terkejut, gelaran pertamanya di tahun 2013 lalu mendapat apresiasi yang luar biasa.

Alasan kuat dibuatnya kegiatan ini juga untuk mengenalkan kembali yang pasti apa itu rilisan fisik dan agar orang-orang yang bersinggungan dengan itu dapat menghargai sebuah karya dalam bentuk fisik. “Pastinya kita mau menyebar virus positif ini, sekarang kan rilisan fisik itu susah dicari, dengan kita memiliki itu ada rasa bangga tersendiri lah.”, tambah Agus yang meiliki sekitar 2000-an pita kaset koleksi di kediamannya.

Om Agus Boim kembali membuka pemikiran, bahwa band-band sekarang jangan takut untuk mengeluarkan sebuah rilisan fisik dan juga fenomena unduh yang sangat masif di kalangan pecinta musik hari ini. “Jangan takutlah, toh kaset atau cd masih banyak dicari orang, intinya mah jangat takut untuk berkarya untuk para musisi ataupun band.”, ujarnya.

Sedangkan Pa' Rudy Broer sendiri dapat dikatakan sebagai veteran di komunitas “Tjihapit Skool Of Rock”, beliau jatuh cinta kepada musik karena pengaruh dari orang tuanya yang sering mendengarkan musik lewat piringan hitam. “Dulu kan orang tua suka denger lewat vinyl ya jadi suka dan juga vinyl itu dirawat, terus zaman kaset dan cd sampai jadi penjual kaki lima di kawasan Cihapit.” Ungkap salah satu pendiri toko merchandise musik impor klasik, Hard N’ Heavy.

Pa' Rudy pun berani jamin bahwa dia sebagai kolektor maupun penjual itu bisa unggul dari penjual barang yang palsu. “Sok lah berani diadu sama yang jual barang bootleg, kelihatan juga mana yang original dan palsu, bisa dibedakan lah.” Imbuhnya dengan yakin.

Mereka berdua berharap dengan diadakannya gelaran seperti ini, para penggiat komunitas dan industri kreatif tetap berjalan berkesinambungan dan bisa berlanjut secara berkala. Selain itu juga pergerakan yang didasari dengan pemikiran dan independensi ini dapat dihargai oleh semua khalayak, mulai dari membeli rilisan fisik, penghargaan terhadap musisi indie/underground, sampai dukungan dari pihak pemerintah terhadap sebuah skena atau komunitas off-stream yang dirasa masih sangat-sangat kurang, dianak-tirikan terkadang.

Tapi kenyataannya, tanpa dukungan dari pemerintah dan pihak-pihak berwajib yang terkadang menyulitkan soal perijinan atau birokrasi hipokrit yang selalu dan harus dilewati, komunitas di Bandung  khususnya event-event  gigs skala minor maupun besar indie/underground bisa (dan akan terus) tetap berjalan, beregenerasi, beranak-pinak, dan bahkan membesar-menyebar-mengakar di sanubari. Melangkah kecil tapi pasti, gotong-royong dengan didukung rasa persaudaraan yang kuat dari kawan-kawan dari komunitas Tjihapit Skool Of Rock, jiwa loyalitas, jiwa pemberontak yang tetap setia bmengalir di denyut nadi para’suhu’ walaupun sudah berumur dan sudah memiliki anak-cucu dirumah, menghasilkan efek domino yang luar biasa bagi khalayak penikmat musik. Terutama kaum muda yang sudah mulai tersadarkan untuk membeli rilisan fisik sebuah band(CD, DVD, pitakaset, Vinyl) atau merchandise.

Oleh: Karel

Foto: Franco Londah and Aris Metalgodzs Docs.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner