Agresivitas Advark Menyanyikan Tentang Konflik Papua dan Reklamasi Benoa

Agresivitas Advark Menyanyikan Tentang Konflik Papua dan Reklamasi Benoa

Berdurasi lebih kurang dua menit, lagu ini secara agresif menggambarkan emosi, amarah, dan ketidakpuasan atas kebijakan dan program dari pihak penguasa sebagai fokus utama.

Satu lagi, pemberontakan dan protes via nada muncul secara riuh. Unit Mathcore asal Bali bernama Advark meraung-raung dalam rilisan single keduanya. Kuintet Agung (Vokal), Windu (Drum), Pandu (Gitar), Adi (Gitar), dan Weda (Bass) merampungkan sebuah lagu berjudul “Libido Angkara”. Lagu ini merupakan salah satu pengisi materi untuk EP perdana dari Advark yang rencananya akan dirilis  pada tahun 2017. Berdurasi lebih kurang dua menit, lagu ini secara agresif menggambarkan emosi, amarah, dan ketidakpuasan atas kebijakan dan program dari pihak penguasa sebagai fokus utama.

Dalam “Libido Angkara”, Advark mengangkat contoh dari keadaan yang dihadapi oleh masyarakat Papua. Kekayaan yang dimiliki tanah Papua dikeruk habis oleh para kaum serakah penggila emas dan tambang demi lembaran uang. Papua tak mendapatkan apapun selain eksploitasi, yang mengarahkan mereka pada suatu bentuk kemarahan dalam Gerakan Papua Merdeka. Bukti kemurkaan lainnya terhadap penguasa adalah protes dari rakyat dan mahasiswa atas rezim pemerintahan orde baru pada tahun 1998 yang menuntut revolusi. Kejadian-kejadian tersebut menginspirasi Advark untuk marah dan bergerak. Terutama, kali ini ada isu yang serupa di tanah Advark berdiri. Advark merasa gerah dengan adanya reklamasi di Teluk Benoa. Menurut Advark, reklamasi berkedok revitalisasi mengundang rakyat turun ke jalan dan menolak aktivitas tersebut.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner