2015, Tahun ‘Kebocoran’ Bagi Industri Musik Dunia

2015, Tahun ‘Kebocoran’ Bagi Industri Musik Dunia

Industri 2014 merupakan tahun bagi industri musik dunia, namun untuk 2015 ada hal yang lebih penting lagi. Beberapa minggu sebelumnya, telah terbentuk sebuah perkiraan bahwa 2015 merupakan tahun ‘kebocoran’ bagi industri musik dunia dalam hal pendapatan. Diagram diatas ini menjelaskan mengapa.

Tahun depan, 2015, pendapatan untuk industri musik rekaman akan penurunan yang sebelumnya pernah terjadi di awal era 1990an, dengan hadirnya Napster dan layanan berbagi file lainnya. Perkiraan itu dirilis oleh sebuah bank investasi Credit Suisse awal tahun ini dan ini perkiraan ini semakin nyata karena meningkatnya adopsi layanan musik streaming. Layanan ini secara tipikal seharga US$ 120 per tahun, yang berarti akan menghasilkan double dari yang biasanya layanan ini terima setiap tahun dari pelanggan berbayar.

Subskripsi streaming musik diperkirakan bertumbuh secara signifikan tahun depan, peningkatan ini menurut Credit Suisse akan mencapai 63%. Beberapa pertumbuhan ini akan datang juga dari perusahaan teknologi terbesar kedua di dunia yang mengambil langkah yang memberikan dukungan besar kepada layanan musik streaming berbayar. Apple diperkirakan akan merging-kan Beats, layanan musik yang diakusisinya tahun ini sebesar US$ 3M, ke brand iTunes, yang akan membantunya mengkonversi jutaan musik yang ada ke para pelanggan. Pun beberapa pertumbuhan juga pastinya akan datang dari Spotify, layanan musik streaming terbesar yang bulan lalu menerima 12,5 juta pelanggan berbayar.

Akhir dari era musik?

Spotify akhir-akhir ini telah mendapat pandangan negatif secara publik saat Taylor Swift memutuskan untuk menarik semua katalog lagunya dari layanan streaming itu pada bulan November lalu dan berita ini telah secara luas diberitakan  sebagai sengketa atas royalty, namun CEO Rdio, Anthony Bay menjelaskan bahwa kenyataannya lebih mulus dari yang diberitakan, bahwa sebenarnya Taylor Swift bukanlah pribadi yang anti-streaming dan juga bukan anti-spotify, tapi dia anti dengan permintaan musik secara gratis.

Spotify merupakan layanan streaming yang memiliki channel gratis dimana pendengar dapat memilih segala macam lagu dari library-nya. Layanan lainnya tidak memiliki channel serupa seperti yang ada pada Spotify. Daniel Ek, CEO Spotify melihat free-tier ini sebagai aspek kunci dari layanan ini untuk mendorong penggunanya agar dapat mengambil jalur berbayar, atau subskripsi yang tidak diganggu dengan iklan.

Spotify diperkirakan akan memasukan negosiasi halus dengan salah satu label besar nantinya di tahun 2015 atas akses ke library musiknya, yang dapat menjadi kunci kemajuan dari bisnis ini.

 

Sumber: Compusiciannews.com

Oleh: Bobby Agung Prasetyo

Foto: net

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner