TwoDecadesofAggression - Menambah Catatan Sejarah Dunia Musik Bawah Tanah (Part II)

TwoDecadesofAggression - Menambah Catatan Sejarah Dunia Musik Bawah Tanah (Part II)

Di ajang inilah Beside reuni dan kembali berbagi panggung dengan generasi sebelumnya.

Bumper diputar di screen pinggir panggung. Teriakan penonton menyerukan nama Beside terdengar jelas. Gedung berubah gelap gulita saat itu, menunggu saat yang tepat untuk menyambut kehadiran lima personil untuk memulai agresivitas mereka di atas panggung. Segera, terdengar "Spirit In Black" dimainkan dari pusat suara, dan panggung dihiasi lighting yang menambah kemegahan kehadiran Bebi (drum), Bokir (gitar), Izal (bass), Roy (gitar), dan Agrog (vokal). Penonton pun merespon dengan teriakan, tepuk tangan, dan tenggelam dalam aktivitas moshing tepat di depan panggung.

Beside formasi termutakhir itu membuka rangkaian penampilan mereka dengan prima. Setelah lagu dari album Eleven Heroes itu selesai dibawakan, Agrog menyempatkan diri untuk menyapa dan memberikan sedikit speech kepada penonton. Setelahnya, tanpa basa-basi, mereka menggeber kembali panggung dengan membawa medley lagu "Dosa Adalah Sahabat" - "Ambisi Arogansi", dan "Tuhan dan Setan" - "Membunuh atau Terbunuh". Penampilan tersebut menutup sesi pertama, dan panggung kembali menjadi gelap. Penonton diarahkan untuk menyaksikan penayangan video berdurasi lebih kurang dua menit dari layar samping panggung, yang mana menyajikan kisah perjalanan Beside dari tahun 1997.

Di video pertama, terlihat perjalanan awal Beside. Dengan latar suara yang diambil alih oleh Addy Gembel, video ini menceritakan kegigihan dan masa-masa perjuangan Beside hingga akhirnya menemukan jati diri dan diakui di ruang geraknya. Awalnya, Beside mengusung musik hardcore dan merilis single pertama mereka, "Wasted Youth". Single ini dilibatkan dalam kompilasi Independent Rebels (1998/Aquarius). "Wasted Youth" menjadi penanda kehadiran salah satu unit yang turut bertempur di tengah garangnya ranah musik bawah tanah, serupa dengan narasi yang disuarakan Addy Gembel, "sebuah rimba belantara gelap yang tak tertera pada peta pergerakan industri musik di Indonesia pada saat itu, sebuah rimba yang mengenal satu hukum: hanya yang terkuat yang akan bertahan".

Setelah video selesai, panggung kembali disinari megahnya penataan cahaya malam itu. Kali ini, Beside mengundang kita untuk memutar balik ingatan ke masa-masa awal kemunculan Beside, karena formasi yang ada di atas panggung melibatkan dua generasi pertama, Yunan (gitar) dan Fadlan (vokal). Kedua personil ini tampil dengan Izal dan Bebi, dan membawakan "Wasted Youth" di atas panggung. Irama musik hardcore langsung terdengar jelas dari atas panggung. Adalah hal yang cukup mengejutkan, terutama untuk generasi yang mengenal Beside setelah tahun 2000an untuk melihat mereka membawakan musik macam itu. Lebih mengejutkannya lagi, materi mereka ternyata sudah berbahaya sejak awal kemunculan. Hal ini semakin menambah jawaban dari pertanyaan mengapa Beside layak untuk tetap diperjuangkan nafasnya, karena pada kenyataannya mereka memiliki "modal" yang mengerikan. Beside seolah-olah mengaminkan kata-kata Addy Gembel dan menasbihkan diri sebagai salah satu dari "yang terkuat" dan salah satu dari "yang akan bertahan".

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner