Two Decades of Aggression - Garut Membuka Rangkaian Tur dengan Energi Tanpa Batas!

Two Decades of Aggression - Garut Membuka Rangkaian Tur dengan Energi Tanpa Batas!

Panggung Beside di Jerman dalam rangka Wacken Metal Battle di Wacken Open Air, Jerman semakin dekat. Mengawali perjalanan tersebut, Beside diberi kesempatan untuk lebih dulu menjajal enam kota di Jawa Barat dalam program DCDC Dreamworld 4 Indonesia. Garut adalah titik pertama yang mereka datangi. Bertempat di Abracajava Coffee and Food Hall, Jalan Patriot, Beside akan tampil secara live di hadapan metalheads Garut. Beside pun akan berbagi cerita tentang perjalanan mereka selama 20 tahun, yang pada akhirnya Beside diberi hadiah luar biasa di tahun ini, dengan terbangnya mereka ke Jerman sebagai perwakilan pertama dan satu-satunya dari Indonesia dalam helatan Wacken Metal Battle, Jerman. Tak hanya penampilan Beside, acara ini pun mempunyai fokus pada pengedukasian masyarakat mengenai Indonesia International Metal yang akan dipaparkan oleh Kimung (Karinding Attack), dan tentang Wacken Metal Battle Indonesia yang akan dipaparkan oleh Man (Jasad). Addy Gembel (Forgotten) akan menjadi host di acara “Beside – Two Decades of Aggression”. Selain itu, Beside akan berbagi panggung dengan Dark Devil, salah satu band asal Garut yang juga merupakan finalis dari Wacken Metal Battle Indonesia 2017.

 

Sharing Session - Indonesia International Metal & Wacken Metal Battle

Acara dimulai dengan sharing session dari Kimung. Ia fokus pada tema pergerakan Indonesia International Metal yang sebenarnya sudah dicanangkan (secara sadar maupun tidak) sejak tahun 2005, sejak adanya Bandung Death Metal Syndicate (BDM). Kimung menggarisbawahi bahwa kekuatan yang dimiliki massa bawah tanah sangat luar biasa. Tercatat di tahun 2008, Bandung memiliki massa penggila musik bawah tanah berjumlah 30.000. Jumlah sebesar itu adalah potensi yang sebenarnya dapat menjadi aset menakjubkan jika dapat diorganisir dengan baik. Band-band bawah tanah yang bermunculan pun merupakan salah satu bukti bahwa pertumbuhan musik keras khususnya di Bandung memang pesat dan bergerak, sehingga pada akhirnya ruang gerak yang dimiliki band-band menjadi semakin sempit. Hal tersebut disadari oleh beberapa orang, termasuk Kimung sendiri, yang lalu menghantarkan pada pertanyaan: “bagaimana caranya agar band band pionir mencari ranah permainan yang lebih luas hingga regenerasi terjadi?”, atau “bagaimana mewadahi potensi band-band baru yang energinya tanpa batas dan buruk-buruknya tidak tertampung?”. Contoh kasus di atas hanya berdasarkan studi di Kota Bandung. Apa ceritanya ketika potensi dari kota lain pun ikut disertakan? Tentu, musik bawah tanah Indonesia memang sudah terlalu kecil dan sudah sewajarnya (bahkan seharusnya) langkah kaki mereka diperlebar hingga menginjak tanah di luar negeri sendiri.

Indonesia International Metal akhirnya muncul menjadi wacana yang dirasa perlu untuk dilakukan. Berbagai pergerakan yang mengarah secara global mulai bermunculan. Hingga pada akhirnya, tahun ini Beside menjadi penyambung pergerakan internasional dengan keberangkatan mereka ke Wacken Metal Battle, Wacken Open Air, Jerman yang tinggal menghitung jari. Hal ini bukanlah hal sembarangan dan hanya patut direspon dengan riuh tepuk tangan. Memang, kita patut berbangga dan mendukung, tetapi seharusnya ini adalah satu pecutan lainnya, terutama untuk para penggiat musik yang hanya berdiam diri dalam satu ruang lingkup yang sama. Indonesia memang luas dan menjadikan kota besar sebagai target pemasaran band adalah wajar, tapi dunia pun adalah satu tempat yang bukan tidak mungkin untuk dijangkau, dan seharusnya ketika kita sedang menetapkan satu tujuan, tunjuk dan pilih tujuan tertinggi, setinggi mungkin.

Menyukai musik seharusnya dibarengi dengan edukasi yang memadai, pengarahan pemahaman tentang hal-hal yang perlu dilakukan dan tidak boleh dilakukan, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, sesi talkshow seperti ini sepatutnya direspon dengan keseriusan. Tidak hanya untuk mereka yang bermain musik, edukasi tidak terbatas untuk siapapun. Metalheads tanpa band pun bukan tidak harus memahami kondisi tentang ranah yang ia pijak saat ini. Tetapi, satu hal yang patut disayangkan adalah ketika sesi sharing session bersama Kimung diadakan, para penonton terlihat tidak terlalu memperhatikan. Mereka masih sibuk dengan ponsel pintar masing-masing, atau ngobrol dengan kelompoknya masing-masing. Meski tidak semua, tetapi hal seperti ini seharusnya tidak terus menerus dilestarikan. Edukasi adalah penting. Sadar atau tidak, edukasi menjadi salah satu faktor pembentuk sikap dan attitude dan bisa jadi menjadi satu faktor paling krusial. Jika pada edukasi saja tidak membuka diri, lalu bagaimana akhirnya?

Addy Gembel ternyata berpikiran hal yang sama. Ia sedikit “menegur” para penonton karena kebiasaan yang seolah-olah hanya datang untuk mendengarkan musik tapi tidak dengan memperkaya diri dengan edukasi. “Saya sempat ngobrol dengan teman-teman Garut, dan mereka cerita tentang persoalan-persoalan lokal yang ada disini. Persoalan yang berkaitan dengan sarana manggung, fasilitas studio rekaman yang masih sangat minim, stigma masyarakat tentang metal, hingga potensi segregasi antar “kubu” yang terbilang tinggi. Pada akhirnya, pertanyaan akan bermuara pada ‘seperti apa cara metalheads menyikapi hal ini?’”, sahut Addy Gembel. Dark Devil sendiri merupakan contoh band yang memiliki semangat juang dan kepercayaan diri. Secara mantap, mereka memang sudah menetapkan keinginan untuk berangkat ke luar Indonesia. Tetapi, kembali pada masalah internal yang dimiliki, pertanyaan Addy Gembel kembali muncul: “apakah ini hanya akan jadi sekedar mimpi atau bisa diwujudkan?”

Jawabannya kemudian muncul dengan hadirnya kesimpulan bahwa dunia sebenarnya sudah sangat mudah untuk dijangkau, dengan ketersediaan teknologi dan media. Data-data yang dimiliki pun sebenarnya menjadi satu senjata kuat untuk menggempur dunia, terutama potensi Indonesia yang seharusnya sudah disadari oleh industri musik metal dunia. “Yang memegang media adalah yang memegang dunia,” jelas Addy Gembel. Maka dari itu, teknologi harus disorot dalam rangka strategi pengembangan agar kemampuan yang dimiliki band-band Indonesia tidak berhenti hanya dalam satu ruang lingkup.

Sesi tanya jawab dibuka. Seorang perempuan berkerudung bernama Restu akhirnya tampil dan bertanya. Ia lebih terfokus kepada alasan dari Kimung dan Addy Gembel memilih musik metal sebagai aliran musik yang mereka tekuni. Jawaban yang dilontarkan sederhana, “ketika kamu jatuh cinta pada seseorang atau suatu hal, kamu tidak butuh alasan”. Hal itu pun menjawab mengapa pergerakan musik metal di Indonesia menjadi salah satu pergerakan yang masif dan terus hidup: kecintaan dan loyalitas.

Kemudian, Risan (Drop Out) berdiri dan bertanya mengenai hal yang lebih sensitif dan berkaitan langsung dengan kotanya. Ia bertanya tentang bagaimana mengatasi perpecahan antar komunitas ataupun gap antara senior dan junior. Kimung menegaskan bahwa kita tidak boleh memandang hal tersebut sebagai perpecahan, tapi sebagai dinamika. Hal tersebut adalah hal yang lumrah terjadi dan tetap harus disikapi dengan positif. Tetap harus dibangun persahabatan, sejelek apapun sikap mereka. Tetap jalin komunikasi secara langsung, menghindari prasangka buruk. Meski pada akhirnya berbenturan dengan gengsi, tetapi kita lah tetap harus memulai dan secara tidak langsung hal tersebut menumbuhkan budaya yang baru dan melengserkan kebiasaan lama.

Sesi sharing session kemudian dilanjutkan dengan kehadiran Man Jasad di atas panggung. Akhirnya, penonton menjadi lebih serius pada sesi ini. Di sesi ini, Man diberi kesempatan untuk memaparkan pandangannya tentang Kota Garut dan kesempatan band Indonesia untuk berangkat ke salah satu festival terbesar di dunia. Sebagai orang asli dari Garut, Man memang merasa “gemas”, ia seperti memiliki beban moral tersendiri karena kondisi musik Kota Garut yang stagnan sementara amunisi yang ada di Garut sangat berbahaya. Kembali, ia menekankan bahwa tidak boleh ada gengsi di antar komunitas. Musik adalah wadah pemersatu, seharusnya dengan adanya komunitas dan acara musik, jalinan antar penggiat ranah musik independen semakin kuat, bukan malah saling sikut.

Ia pun menekankan bahwa sudah saatnya band Indonesia keluar dari “kandang”nya. Mental yang kuat dan kebanggaan atas budaya lokal harus terus dipatri agar kita bisa memperpanjang langkah dan memang membawa nama Indonesia seutuhnya. Man bahkan menegaskan, “saya rasa kita tidak butuh banyak band yang berangkat. Lebih baik sedikit tapi layaknya harimau, daripada banyak tapi layaknya kambing”. Man sangat menggarisbawahi bahwa Indonesia bukan lagi negara dengan masyarakat yang tidak boleh atau tidak bisa bersikap. Kita sudah ada di tanah merdeka dan sudah sepatutnya kita memerdekakan diri kita sendiri.

Satu hal yang membanggakan lagi adalah, selain Beside mewakili Indonesia ke Jerman sebagai satu-satunya negara dari Asia yang berangkat, Man pun menjadi perwakilan di Wacken Metal Battle, Jerman. Hal tersebut merupakan hal yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya, dan bukan tidak mungkin jika jejak Man dilanjutkan oleh teman-teman di Indonesia, khususnya Kota Garut. Selama kita menjalin komunikasi dengan baik dan memanfaatkan fasilitas semaksimal mungkin, apapun dapat dicapai. Konsistensi, kapabilitas, dan keberanian adalah tiga faktor utama yang harus dibangun di diri masing-masing.

 

Jamming Session – Dark Devil

Usai sharing session, Addy Gembel mempersilahkan band Dark Devil untuk maju dan tampil di panggung “Beside – Two Decades of Aggression”. Band yang digawangi oleh Regi (Vokal), Rega (Gitar), Doyok (Gitar), Aziz (Bass), dan Aden (Drum) menjadi perwakilan dari Garut, dan juga merupakan kandidat dari Wacken Metal Battle Indonesia 2017. Mereka dibentuk sejak tahun 2007 dan sudah memiliki satu buah EP bertajuk My Black Diary. Rencananya, mereka akan segera merampungkan album di tahun ini.

Dark Devil membawakan tiga buah lagu. Lagu pertama berjudul "You Will Die" digeber dan langsung disambut dengan antusias oleh para penonton. Abracajava Coffee langsung berubah menjadi arena moshing, dan dengan energi luar biasa mereka melakukan moshing, headbang, stage dive, hingga kebiasaan yang sedang ramai dilakukan hari ini, gerakan-gerakan kung-fu di tengah moshpit.

Pada lagu kedua, Dark Devil melakukan jamming dengan dua orang personil Beside. Dengan sistem undian, Roy dan Bokir terpilih untuk tampil di atas panggung bersama Dark Devil. Membawakan salah satu lagu andalan Sepultura dari album Chaos A.D, “Refuse/Resist” digeber dan semakin memanaskan suasana malam itu. Dark Devil bersama Beside berhasil membawakan lagu tersebut dengan liar dan solid.

Penampilan Dark Devil ditutup dengan lagu "The Death Behind You". Masih dengan tenaga yang luar biasa, para penonton tanpa henti melakukan violent dance dan mereka terlihat cukup sportif. Meski sempat terlihat beberapa kali hampir terjadi perkelahian—karena memang selalu ada provokator di moshpit manapun—akhirnya penonton yang lain bisa menetralkan lagi kondisi hingga moshpit tetap kondusif dan menyenangkan.

 

Talkshow and Live Performance Beside

Akhirnya, Beside diundang ke atas panggung. Addy Gembel mempersilahkan Bebi, Agrog, Bokir, Roy, dan Izal untuk naik dan bercerita tentang perjalanan mereka selama 20 tahun. Adalah hal yang luar biasa ketika sebuah band bawah tanah dapat menyentuh usia dua dekade. Bukan perjalanan yang mudah, terutama dengan dinamika luar biasa yang dialami oleh Beside. Dari mulai perombakan personil, hingga tragedi yang secara signifikan merubah industri musik keras Indonesia. Tetapi, mereka tetap pada jalurnya dan membuktikan bahwa mereka memang benar-benar total dalam bermusik.

Secara bergantian, para personil memaparkan cerita mereka. Untuk Bebi, keberangkatan Beside ke Wacken Metal Battle, Jerman adalah amanah yang harus dijalankan dengan usaha terbaik dari mereka. Tidak hanya atas nama band atau kota, mereka membawa nama Indonesia dan secara tidak langsung mata dunia akan diwakili lewat penampilan Beside di Wacken Open Air, Agustus mendatang.

Personil lain pun memaparkan perasaan mereka. Tidak hanya tertantang, mereka memang benar-benar merasa bahwa inilah ajang yang tepat untuk menyadarkan dunia bahwa Indonesia harus disorot dan diperhatikan. Mereka pun berharap ada band-band lain yang nantinya menyusul dan memperpanjang pergerakan band-band yang sudah menjajal negara di luar Indonesia, sehingga cita-cita Indonesia International Metal akan terus dapat dikumandangkan.

Puncak acara tiba. Beside tampil di hadapan banyak metalheads yang memang sudah menunggu penampilan mereka, bahkan sejak siang hari. Para penonton masih didominasi oleh lelaki, tapi sudah mulai terlihat segelintir perempuan berani yang datang dan bersiap di tengah area moshpit. Keberanian para perempuan tersebut patut dihargai, dan lelaki yang ada disitu pun patut memberi rasa aman, sehingga ranah bawah tanah dapat dimiliki oleh semua orang.

Penampilan Beside malam itu dibuka dengan lagu dari Eleven Heroes. “Spirit In Black” dipilih sebagai lagu pertama yang mereka bawakan. Kembali, riuh penonton di depan stage memanas, mengikuti hentakan musik Beside yang intens dan agresif. Tanpa basa-basi, mereka meluapkan ekspresi dengan sangat bersemangat dan tanpa ampun. Selanjutnya, “Dosa Adalah Sahabat” dari album Against Ourselves dibawakan. Sembari meluapkan ekspresi, mereka ikut bernyanyi bersama Beside. Lagu yang datang dari album pertama Beside ini jelas sudah melekat dan mereka yang hadir malam itu memang benar-benar ingin menyaksikan penampilan Beside.

Selesai lagu tersebut, nomor-nomor dari Eleven Heroes kembali dibawakan. “Ambisi Arogansi”, “Eleven Heroes”, dan “Dead of War” secara berurutan digeber di panggung Abracajava Coffee. Tanpa ada grafik yang menurun, penonton secara antusias melakukan violent dance. Mereka memang benar-benar butuh musik. Mereka butuh ada satu acara yang dapat mewadahi energi yang tanpa batas, dan mereka menemukan wadah tersebut di acara ini. Akhirnya, Beside menutup acara malam itu dengan membawakan lagu andalan dari album pertama mereka, “Aku Adalah Tuhan”. Kembali, teriakan yang mengikuti Agrog terdengar dari berbagai penjuru. Beside jelas-jelas membakar suasana malam itu.

Melihat hal-hal yang terjadi di Garut, dapat disimpulkan bahwa Kota Garut adalah kota dengan semangat dan kualitas musik yang juga menakjubkan. Mereka butuh untuk diwadahi dan diarahkan dengan lebih baik lagi agar potensi yang ada di Garut dapat tersalurkan dengan lebih baik. Jika komunitas yang ada di Garut dapat lebih solid dan bergerak secara bersamaan, pengorganisiran band dapat dilakukan dengan lebih profesional, sarana lebih memadai, dan acara-acar musik lebih banyak terlaksana, besar kemungkinan Garut akan menjadi kota yang sangat berbahaya.

 

A post shared by DCDC (@dcdc.official) on

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner