Tiga Format Album Tidak Lazim yang Pernah Ada

Tiga Format Album Tidak Lazim yang Pernah Ada

Lazimnya sejak industri musik di Indonesia mulai berdiri dan tumbuh berkembang ada beberapa format album rekaman yang kita kenal. Zaman dahulu kita mengenal format gramophone (shellac) yang eksis sebelum masa kemerdekaan. Kemudian ada piringan hitam dan kaset yang menjadi format paling familiar di Indonesia. Selanjutnya perkembangan teknologi digital kita mengenal format CD dan streaming online lewat beragam piranti gadget kita. Meski musik digital terus berkembang, kecintaan terhadap format rekaman lama rasanya tak pernah usai. Buktinya hampir sewindu kebelakang ini format piringan hitam dan kaset mulai digilai kembali oleh para pecinta musik, terutama anak muda. 

Namun, ternyata dibalik format-format semacam piringan hitam, kaset, CD, atau streaming online, beberapa band ini malah mencoba membuat terobosan unik lewat karya musiknya yang dikemas lewat format yang sama sekali berbeda.

 

Flexi Disc

Buat yang penasaran apa itu flexi disc, sebenarnya ukuran dari format ini tidak jauh berbeda dengan piringan hitam. Bentuknya seperti kertas transparan bersegi empat yang terdapat kumparan melingkar seperti layaknya piringan hitam. Grup band indie pop Mocca yang pertama kali merilis single anyarnya “When You Were Young” lewat format ini. Kalau dilihat dari segi keunikan memang format ini punya nilai tambah tersendiri, karena berbeda dan kreatif dibandingkan dengan piringan hitam. Cuma materialnya yang mudah sobek dan kusut membuat pemakai format flexi disc mesti berhati-hati ketika ingin memutarnya.

 

Floppy-Disc

Floppy-disc atau disket sempat menjadi format yang populer untuk menyimpan data sebelum kehadiran flash disc. Bagi sebagian anak muda yang tumbuh pada era 1990-an tentu sangat terbiasa menggunakan disket ketika berada di sekolah atau kampus. Namun, sepengetahuan saya memang agak jarang atau bahkan tidak lazim merilis karya musik lewat format disket ini. Namun, awal tahun ini duo electronic Bottlesmoker justru membuat terobosan baru dengan merilis single “Anima” lewat format disket. Format disket hanya memiliki kapasitas kurang dari 2 MB, tentu saja lagu ini mesti di-kompres kualitasnya menjadi sangat rendah. Selain itu hampir jarang yang memiliki player musik untuk disket membuat format ini mulai ditinggalkan. Disket juga sangat rentan untuk terkena virus sehingga data didalamnya akan mudah hilang. Namun, keunikan kemasan dari disket ini membuatnya layak disimpan dan dikoleksi apalagi harganya cukup mudah terjangkau. Hanya saja simpan dalam tempat yang jauh dari jamur agar bisa tahan lama.

8-Track Cartridge

Grup band rock asal Bandung merilis album Crimson Eyes lewat format yang sangat tidak lazim yaitu format 8-Track Cartridge. Format ini tentu saja bukan format yang lazim digunakan oleh band-band di Indonesia ketika ingin merilis karya musiknya. Hal itu membuat 8-Track Catridge dari Sigmun harganya sangat tinggi di pasaran. Album 8-Track Cartridge ini dirilis oleh label asal Singapura, Vanilla Thunder Records. Isi lagu yang ada memang tidak jauh berbeda dengan album dalam format kaset atau CD. Namun karena keunikannya dan langkanya album ini membuat dikejar oleh para penggila musik.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner