The Trees Strip:

The Trees Strip: "Pengennya Sih Kita Membawa Pendengar Itu Ke Permainan Kejutan"

Lewat genre musik yang di populerkan oleh Sigur Rós, Maybeshewill, God Is An Astronout, hingga mengayun seperti Explosion In The Sky. Unit anyar post-rock asal Jatinangor, The Trees Strip hadir. Band yang merupakan kelahiran asal kampus Unpad Jatinangor, Sumedang ini terdiri dari Azizah sebagai Keyboardist, Vidi dan Sakti sebagai Guitarist, Indra sebagai Bassist, dan Ersad sebagai Drummer. Beberapa materi mereka pun telah dilahirkan, yang kini sedang menanti perilisan untuk mini album perdana milik mereka.

 

Apa dibalik nama The Tree Strip ?

Sebenarnya karena salah satu dari kita, suka sama produk sepatu adidas. Kan di produk itu ada garis tiga sebagai logonya, terus ada slogan ‘The Tree Strik’. Nah, kita itu kaya ngeselengek’in dari slogan tersebut menjadi The Trees Strip.

 

Dari segi konsep musik. Post-rock seperti apa sih yang kalian mainkan ?

Kita gak mengkotak-kotakan seperti apa. Cuma kita mengambil banyak referensi dari post-rock luar kayak Maybeshewill, Caspian, Explosion In The Sky. Cuma kalau dikatakan post-rock yang kelam banget atau mirip dengan band post-rock referensi kita, kita gak seperti itu sih.

 

Apa yang membedakan kalian dengan band post-rock lokal lain. Hingga mengharuskan penikmat musik mendengar musik kalian ?

Mungkin kalau misalkan perbedaan kaya A Slow In A Dance, Under The Big Bright Yellow Sun. Kita itu ngalun ya kalau dengar musik A Slow In A Dance dan tiba di klimaks. Terus kalau lagu kita sendiri, hampir semua itu naik turun. Jadi, dimana kita buat ngalun pendengar dan nda juga di up beat nya, hampir klimaks tapi bukan klimaks. Kita pengen ngasih kejutan-kejutan kecil seperti itu. Bisa aja tiba-tiba dari part yang ini kita santai, terus tiba-tiba langsung naik dan sensasi emosinya sih yang kita mainin.

 

Kalau dari tema yang kalian angkat itu untuk membuat musik berkaitan dengan hal apa saja ?

Kalau untuk sejauh ini sih, kita masih bertema tentang alam ya. Buat fenomena yang lain belum kepikiran masih baru itu aja.

 

Mengapa kalian memainkan musik post-rock menggunakan vokal pada lagu “Senja Menutup Mata” ?

Sebenarnya dua vokal dalam lagu itu adalah The Trees Strip pada jaman dahulu, dan mereka itu personil awal dari band kita. Kita itu ingin menciptakan post-rock yang ada vokalnya. Seiring berjalanannya waktu ternyata gak nyaman. Sampai akhirnya kita nemuin instrumental, seperti itu sih.

 

Kedepannya apakah kalian ingin mencoba menambahkan unsur vokal pada materi kalian atau tetap seperti ini ?

Untuk sekarang sih, kita masih konsisten di musik post-rock tanpa vokal gitu sih. Tapi, di pikiran liar kita masih pengen berkolaborasi dengan orchestra atau choir. Kita megahin suasanya untuk berkolaborasi dengan orchestra atau choir. Intinya sih, kita masih meniti dan memang benar-benar masih nol banget lah. Mungkin kita sekarang pengen ngasih identitas dulu ke orang-orang, post-rock yang kita mainin kaya gini. Setelah itu mungkin kita ingin featuring dengan yang lainnya juga.

 

Jika diberi kesempat. Experiment musik apa yang ingin kalian buat ?

Kita itu memang benar-benar ingin membuat sebuah acara post-rock yang megah. Seperti orchestra, instrument tradisional gak cuma sekedera isntrumen gitar,bass dan lainnya.

 

Bagaimana sih tanggapan kalian mengenai regenerasi musisi anyar lokal saat ini ?

Kalau perkembangan musik saat ini, sekarang itu sudah mulai tumbuh entah apa menyebabkan selera masyarakat beranekaragam. Jadi, masing-masing pasar itu arahnya sudah jelas. Dari sisi pasar aja kita sudah lihat bahwa, pemuda-pemuda terutama mulai berkembang dalam sisi selera musiknya dan kalau kita lihat dari sisi bandnya sekarang udah mulai banyak beragamnya. Untuk regenerasinya sendiri, walaupun ada beberapa band yang itu-itu aja tapi masih tetap eksis. Tapi, band-band bau kaya kita banyaklah bermunculan untuk jaman sekarang.

 

Harapan kalian untuk post-rock di Indonesia itu seperti apa ?

Besar lagi namanya. Mungkin band-band post-rock kaya di Yogyakarta, Malang mungkin jadi skenanya post-rock. Mudah-mudahan dibangkitkan lagi acara post-rock beserta dengan bandnya. Bisa bangkit lagi lah dan bikin acara bareng-bareng dengan band lainnya. Dan berharapa ada timbul budaya post-rock.

View Comments (1)

Comments (1)

  • EVEOfficialID
    EVEOfficialID
    21 Mar 2017
    Nice!
You must be logged in to comment.
Load More

spinner