The Godmother: “Kami Nggak Puas Main Rock N Roll”

The Godmother: “Kami Nggak Puas Main Rock N Roll”

Gelombang perkembangan berbagai musik saat ini telah cukup menggeliat di ranah lokal khususnya. Arus ini pun perlahan membawa salah satu grup musik yang masih merangkak, The Godmother hadir dengan dimodali unsur musik stoner rock. Band yang terdiri dari Rahmat (Vokal), Dedi (Gitar), Aduy (Drum), dan Dewo (Bass) kini telah menelurkan sebuah album Grown pada 2015 silam oleh dua label lokal yaitu Antiloops records dalam format kaset pita dan Anarkopop records berupa CD.

Dalam album tersebut, terlihat bahwa The Godmother cukup pintar dalam meramu musik stoner rock yang bercampur dengan beberapa unsur musik lainnya seperti rock n roll, psychedelia, hingga surf rock. Secara garis besar, musikalitas dari The Godmother pun tentu tak bisa lepas dari pengusung genre serupa seperti band Sleep, Electric Wizzard, Church Of Misery dan lain sebagainya. Setelah menelurkan album Grown, kini mereka pun kembali disibukan oleh proses pembuatan materi-materi anyar untuk album keduanya, yang rencananya akan dirilis pada tahun 2018 mendatang.

 

Apa alasan kalian memilih nama The Godmother untuk bermusik?

Sebenarnya kami juga nggak tahu kenapa memilih nama The Godmother. Dulu waktu sebelum kami pakai nama The Godmother itu, ada sebuah gigs di tahun 2010. agar band kami ada di pamphlet, kami bingung waktu itu karena belum ada nama band terus muncul aja secara spontan, terus filosofi segala macam kami juga gak tahu tentang nama itu udah aja dipakai sampai sekarang. Dan juga nama The Godmother itu kami pakai waktu kami main musik rock n roll, sampai sekarang kami udah beda genre yang lebih ke stoner rock nama itu juga tetap dipakai.

 

Kenapa kalian mengubah genre dari awalnya Rock n Roll menjadi Stoner rock ?

Dulu waktu kami main musik rock n roll, sebenarnya kami nggak puas dengan genre itu. Hal itu kerasa banget pas setiap kali kami manggung, kayak ada yang kurang gitu. Gak cuma itu doang sih, karena personil The Godmother juga sering dengerin musik-musik kaya stoner rock, psychedelic rock, dan lainnya. Terus pas tahun 2013, drummer awal kami Faqieh keluar untuk nerusin pendidikannya di luar kota yang langsung digantiin sama Aduy sampai sekarang. Karena udah dengan formasi baru, kami juga pengen musikalitas baru juga makanya kami ubah ke genre Stoner rock. Jujur dengan genre ini juga musikalitas kami masih kurang matang, kalau di bilang kayak Black Sabbath nggak ada sama juga, kayak Sleep juga nggak kayak itu gitu. Yaudah lah ini pendewasaan dari teman-teman aja sih, yang tadinya main musik ceria, sekarang kelam mungkin juga kebawa sama umur.

 

Terus di album Grown, kalian sudah main musik stoner rock atau beberapa materi didalamnya itu masih ada genre rock n roll nya ?

Di album Grown itu sebenarnya materi musik rock n roll kami dimasukin ke dalam album itu. Jadi, di balik nama Grown itu sendiri artinya kayak pertumbuhan yang merangkum kami dari awal bermusik hingga sampai detik sekarang. Dalam album Grown itu juga ada beberapa materi musik stoner rock yang udah kami bikin kayak “A Hundred Lashes”, “Blood Sucker” dan “Deef Monkey”. Mungkin next kami baru menyelami stoner rock dan belakangan ini juga kami memang lebih konsentrasi ke Stoner Rock sih. Terus juga pergantian genre kami ini, karena teman-teman di Bekasi khususnya udah sering banget main musik kaya The Sigit dan kayaknya udah bukan kami lagi main musik kayak The Sigit, walaupun kami dulu sempat main musik dan membentuk band itu karena The Sigit juga.

 

Referensi band stoner kalian itu apa aja sih baik lokal maupun internasional?

Kalau kami ngambil beberapa musik untuk lokal seperti Suri, sama Black Sabbath dan Church Of Misery untuk band luar negeri yang harusnya dua band itu wajib banget. Karena khususnya dua band itu adalah modernisasi dari old school ke modern. Terus kayak Red Fang, Earthless, dan Model Engine, nggak cuma itu aja sih tiap dari kami itu punya referensi yang beda-beda antara satu dan lainnya makanya musik The Godmother itu adalah penyatuan dari tiap genre dari masing-masing personilnya sendiri.

 

Tema album Grown itu mengangkat tentang apa aja sih?

Jadi sebenarnya semua materi kami dari tahun 2010 sampe 2015 kami masukin semua di album itu. Untuk tema yang diangkat juga beragam sih ada yang dari cinta, sosial, terus juga ada yang kami ngambil dari film 12 Years A Slave. Untuk semua lirik musik The Godmother yang nulis itu Rahmat karena beberapa dari kami bahasa Inggrisnya masih kurang banget.

 

Pengalaman bermusik apa aja yang udah kalian rasakan semenjak bermusik ?

Salah satu cerita berkesan yang kami ingat itu pas kami main di salah satu acara yang pada saat itu kami bagiin stiker malah ditempel ke gitar sendiri. Ya ngeselin gitu, kan kami udah capek bikinnya tapi dari kejadian itu kami hadapin panggung yang kelasnya rendah biasa aja sih. Terus juga pas waktu kami juga sempat main di Bandung, daerah Kopo yang gigs nya anak Punk, dan cuma kami doang yang stoner rock. Kami udah jauh-jauh datang dari Bekasi, dan itu memang benar-benar diluar dugaan kami sebelumnya pas main disitu. Awalnya pas kami mau main kelihatannya ramai gitu kan yang dateng, udah senang kami tuh berasa kayak disambut sama mereka. Terus tiba-tiba pas kami main yang nonton cuma enam orang aja, dan itu ternyata panitia acara itu semua. Sama yang waktu band kami baru berumur 1-2 tahun, pas setiap kali main si Rahmat gak pernah hafal lirik dan coverin lagu orang juga cuma aweu-aweu doang, kocak sih kalau di ingat lagi itu (tertawa).

 

Bagaimana pandangan kalian terhadap band stoner rock lainnya yang baru bermunculan untuk generasi saat ini ?

Ya kami mikirnya semakin nambah banyak teman aja sih. Kalau dulu kan gigs acara stoner rock itu minim banget ya, sampai kesininya setiap kali kami main acara stoner rock terus ketemu sama band-band lainnya itu kami mikirnya ya silaturahmi aja sih. Kalau dibilang iri, kami pribadi nggak sih dengan band stoner rock lainnya. Tapi agak kesal aja gitu, kesalnya ya kenapa mereka gitu yang dikasih anugrah tuhan untuk bikin lagu itu, kenapa nggak kami gitu. Dan kami juga nggak masalah kalau misalkan ada yang baru bikin band terus band dia naik duluan dibanding band kami. Karena The Godmother main musik itu bagian dari hobi aja, nggak pengen uang yang taiklah atau segala macem, intinya ya senang-senang aja sih The Godmother itu. Tapi untuk gelombang musik stoner rock atau genre lainnya kami berharap kedepannya bakalan lebih berkembang dan lebih dibanyakin lagi acara musik yang bisa jadi wadah bagi band-band baru bermunculan lainnya untuk berkarya. Sama kami juga terimakasih banget sama DCDC terutama, yang udah ngajak kami main di DCDC Substereo ini harapan kedepannya juga semoga bisa lebih baik lagi dari sekarang.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner