Musisi Selow VS Musisi Selebor

Musisi Selow VS Musisi Selebor

Ada nama Adhitia Sofyan sebagai musisi yang mewakili sisi selow, dan ada Sir Dandy yang mewakili sisi selebor.

Pembahasan tentang spirit bermusik do-it-yourself (DIY) dan nilai-nilai kesederhanaan yang jujur dan punya “isi” selalu menarik untuk dibahas. Seperti membahas tentang musisi kamar, misalnya. Sama halnya dengan dua orang musisi kamar berikut ini, Sir Dandy dan Adithia Sofyan yang menarik untuk ditulis. Di antara sekian banyak musisi folk yang ada di Indonesia, khususnya scene indie lokal, dua nama ini dinilai cukup punya persona yang kuat, mewakili karakter selow dan selebor, yang ingin DCDC angkat. Ada nama Adhitia Sofyan sebagai musisi yang mewakili sisi selow, dan ada Sir Dandy yang mewakili sisi selebor. Meskipun keduanya sama-sama menyuguhkan bedroom music, tapi ciri dari keduanya sangatlah berbeda dan punya kekhasan masing-masing.

 

Adhitia Sofyan


Sumber Foto: Blog Pribadi Adhitia Sofyan (https://adhitiasofyan.wordpress.com)

Adalah seseorang yang tidak terlalu percaya diri dengan gitarnya untuk mendapatkan pujaan hatinya, seperti dalam lagunya "Memilihmu". Dia mewakili kesederhanaan, tapi kesederhanaannya adalah cara dia membalut musik manis yang mengalun, dengan amunisi suaranya yang meneduhkan. Mengkombinasikan musik manis tadi dengan lirik lagu yang dibuat manis, sedikit dramatis tapi masih dalam porsi yang pas. Dia seperti cerminan siapapun ketika ada dalam suatu momen sendiri di kamar, bermain gitar, bernyanyi, dan rintik hujan yang kemudian membawa kita dalam lamunan beberapa tahun ke belakang, tentang pujaan hati yang sudah menjadi milik orang lain misalnya, ataupun hal dramatis lainnya yang kemudian tertuang dalam sebuah lagu yang tanpa sadar tercipta begitu saja.

Lagu yang pastinya mewakili isi dari hati dan terdengar luar biasa, walaupun tanpa bantuan aransemen Addie M.S. ataupun Erwin Gutawa. Hanya dengan bantuan gitar saja lagunya terasa begitu hidup, karena lagunya mewakili isi hati dan nada-nada yang menyiratkan sebuah ketulusan dari sebuah perasaan.

Dia adalah musisi yang paling bisa diharapkan akan ekspektasi orang tentang musik yang jujur itu seperti apa. Musik yang dia mainkan sebagai penyampai pesan hati di setiap cerita yang dia tulis ke dalam bentuk lagu. Bisa berwujud perpaduan syair romantis yang dikemas manis tanpa harus terlihat berlebihan, dan lepas dari jebakan roman picisan kelas kambing. Karena, pada dasarnya dia hanya bercerita yang kemudian dilagukan.

BACA JUGA - Absurdisme Kadang adalah Pilihan Cerdas untuk Menjadi Menarik

 

Sir Dandy


Sumber Foto: Facebook Pribadi Sir Dandy Harrington

Pernah punya bayangan tentang seseorang yang serampangan tapi menyenangkan? Mungkin, Sir Dandy adalah orang yang paling pas untuk memerankan tokoh itu. Seorang musisi yang keterlaluan minim skill bermusiknya, tapi sialnya bisa menyajikan beberapa lagu yang bisa stuck di kepala, dan anehnya banyak orang yang menyukainya.

Sir Dandy seperti seseorang yang sangat selebor dalam arti sebenarnya dalam bermusik. Bisa-bisanya dia bernyanyi dengan seenaknya, tanpa tahu apakah vokal dan kunci gitarnya itu masuk atau tidak. Dia bisa bernyanyi tentang apa saja. Bisa bercerita tentang temannya yang jago main gitar, tentang Chris John, tentang keinginannya membeli gitar baru, atau apapun yang sebenarnya “apa sih” (dengan nada dan tanda tanya nyinyir), nihil, tapi dia cuma ingin cerita saja lewat lagunya.

Namun, nilai lebihnya bukan diguyonnya saja. Dia punya nilai lebih dari itu. Pernah mempopulerkan “skill is dead let’s rockin” bersama band-nya Teenage Death Star untuk kemudian dia terjemahkan lagi ke dalam album solonya yang diberi judul Lesson #1, yang dimana masih menampilkan spirit yang sama dengan band-nya, TDS. Dia masih terlihat ngasal, kasar, dan ngerock meskipun tanpa distorsi gitar yang dia mainkan.

Dia mewakili seseorang yang benyanyi dalam sebuah tongkrongan dan keakraban dalam suatu momen bercanda dengan sahabat, atau hal yang memorabel lainnya. Lagunya mewakili suasana santai dan membawa kita sejenak melupakan masalah dan rutinitas yang menjemukan. Karena, siapa yang tidak akan tertawa ketika mendengar lagunya yang berjudul "Ode to Antruefunk Part II" yang dia tujukan untuk temannya yang jago main gitar, bernama Anto. Di bait pertamanya saja, dia sudah sukses membuat tertawa dengan lirik “Anto.. Antooo… Kalau pipis minta ditemenin pacar.. Ih Anto Ih..”, hahaha...

Itu tadi, dimana nilai sebenarnya pada lagu-lagu Sir Dandy itu adalah ketika dia bisa menyajikan sebuah atmosfir suasana santai dalam lagunya. Karena mungkin kita pernah ada di situasi jenuh, sesuatu yang terlalu serius, hidup yang serius, pekerjaan yang serius, atau apapun yang pada akhirnya menghilangkan sisi menyenangkan di hidup kita. Sir Dandy seakan mengajak kita beristirahat dari hal-hal menjemukan itu, dan bersenda gurau dengan musiknya. Momen dimana kita perlu juga menertawakan ironi atau hal tentang hidup yang terlalu serius, dan menurut saya, hal tersebut itu memiliki nilai.

 

Sir Dandy dan Adhitia Sofyan bercerita lewat lagu dan menyajikannya dengan karakter masing-masing. Ada yang mewakili sisi selow dan ada juga yang mewakili sisi selebor. Persamaan keduanya adalah mereka jujur. Dengan Adhitia Sofyan yang tidak berusaha menjadi terkesan serampangan seperti Sir Dandy, dan Sir Dandy yang tidak berusaha untuk menjadi melankolis seperti Adhitia Sofyan. Yang pasti, keduanya bisa menjadi pilihan musik seperti apa yang ingin kita dengar dan bisa mereprentasikan diri kita. Apa kita punya sisi selow-nya Adhitia Sofyan atau sisi selebor-nya Sir Dandy? Kembali lagi, itu adalah selera masing-masing.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner