Monkey To Millionare:

Monkey To Millionare: "Basicnya Sama Aja Kayak Dulu"

Sepertinya tak habisnya jika membahas seputar ranah musik lokal saat ini. Selain dibanjiri dengan beberapa musisi anyar, yang terdahulu pun semakin mengembangkan karya-karya musiknya dengan pengemasan modern. Seperti yang baru saja dilakukan oleh duo alternative rock asal Jakarta, Monkey To Millionaire.

Band yang kini hanya digawangi oleh Wisnu Adjie (gitar/vokal) dan Aghan Sudrajat (bass). Baru saja merilis album ketiganya bertajuk Tanpa Koma. Berbeda dibandingkan materi album sebelumnya Lantai Merah (2009) dan Inertia (2014). Pengemasa musik yang lebih variatif dengan penambahan beberapa unsur musik rock, kental terasa pada beberapa bagian materinya di album ini. Eksplorasi tak terduga yang dirasakan oleh personil pun, kerap menghiasi proses kreatif dalam perampungan materi untuk album Tanpa Koma.

Lantai Merah, Inertia, dan Tanpa Koma. Apa alasan kalian memilih beberapa judul album tersebut?
Aghan: Mungkin, kata-kata tersebut yang cukup merepresentasikan keadaan band ini di tiap pengerjaan album-album
Wisnu: Karena kata-katanya kedengeran lebih cocok dijadiin judul album, daripada judul lagu kali yah haha.

Apakah sejak kalian berstatus duo sangat mempengaruhi musikalitas Monkey To Millionaire?Aghan: Berpengaruh banyak dong. Tapi kalo dari gue sendiri pengaruhnya mungkin lebih ke sisi produksi dan penggarapan materi-materi sih, soalnya diskusi dan brainstormingnya lebih gampang karena hanya ada 2 kepala.
Wisnu: Iya, banget. 

Sebenarnya musik Monkey To Millionaire berada di titik mana sejak merilis lagu “Rules And Plocy” hingga tempo tercepat saat ini “Tular”?
Aghan: Yg pasti sudah jauh berkembang sih. Lebih variatif, lebih berani untuk coba hal-hal  baru di pembuatan lagu.
Wisnu: Gue rasa sih kalo gue masih di titik yang sama aja, cuma lebih ditata aja dikit soundnya. 

Bisa Diceritakan lebih dalam mengenai album terbaru kalian bertajuk Tanpa Koma, terutama dari segi konsep/tema yang diusung secara keseluruhan?
Wisnu: Di tanpa koma, awalnya kita lebih pengen ke warna warni suasana albumnya, dan pengen ada gabungan foto sama gambar dalam bentuk kolase utk suasana Albumnya. 

Dari proses kreatif pasti banyak yang diterapkan dalam album ini. Apa saja yang meliputinya?
Aghan: Wah ini banyak sekali, dari progresi chord juga berbeda dari yang biasa kita lakuin di album sebelumnya, kita juga mulai banyakin part-part gitar solo/ melody, dan kita lebih banyak merekam dengan cara semi live tracking di album ini.
Wisnu: Utk proses kreatif. Kita emang niatnya untuk banyak kolaborasi buat ngewujudin album ini, supaya lebih berwarna lagi hasilnya. Akhirnya kita kolaborasi sama Monica Hapsari untuk artwork,  Poppie Airil untuk design, dan Mohammad Asranur untuk foto-fotonya. Dan ternyata benar, mereka bisa mengerti dan mewujudkan konsep "berwarna" ini dengan sangat oke sekali. 

Apa yang membuat Monkey To Millionaire menulis lirik bahasa Indonesia untuk di album Tanpa Koma. Apakah lirik bahasa inggris sudah tak relefan di kuping Indonesia?
Aghan: Sebenernya sih hanya penasaran aja, lagi pula ini pertama kali nya rilisan kita bahasa indo semua, jadi agak tertantang juga.
Wisnu : Bukan masalah ke relefan atau nggaknya sih, di indonesia sendiri gue rasa udah ga masalah yah masalah mau bikin lagu pake bahasa inggris atau Indonesia. Udah pada bisa-bisa aja nerimanya kok, cuma kita pengen aja bikin satu album full yang isinya bahasa indonesia semua, cuma karena hal itu belum pernah kita lakuin aja selama ini.

Katanya album terakhir kalian ini juga diproduseri oleh Arian 13, bagaimana bisa demikian?
Aghan: Sebenernya executive producer sih jatuhnya arian13. Waktu itu kita cuma minta pendapat dia aja soal materi album baru ini. Setelah didengarkan dia langsung nawarin kerja sama untuk merilis albumnya, jadi ya kenapa tidak.
Wisnu: Sebenernya kita sama Arian pertama kenalan dari jaman awal album EP kita pertama, dan suka ngebantuin anak-anak juga, dan kita emang suka nanya pendapat dia juga krn kita perlu juga pandangan-pandangan/feedback dari orang diluar band itu sendiri utk bikin album. Nah kebetulan masukan-masukan dari dia suka ga diduga-duga dan sangat membantu kita banget dalam hal baiknya gimana, begitu juga dengan album ini. 

Apakah memang benar adanya tentang lagu dalam album Tanpa Koma berdasarkan dari kisah nyata. Bisa dijelaskan?
Wisnu: Ya, bisa dibilang kisah nyata, ada juga kisah-kisah yang ngga dialamin sendiri tapi emang nyata kejadian di sekitar gue. 

Dalam proses penggarapan yang berlika-liku. Apa saja Instrumen selain gitar,bass,drum untuk mencapai kualitas sound yang maksimal dalam album ini?
Aghan: Untuk alat lain kayanya ngga ada sih, tapi seperti yg gue bilang tadi, pendekatan untuk merekam instrument-instrument itu aja sih yg berbeda dengan cara yang kita lakuin di album sebelumnya.
Wisnu: Instrumen yg dipake masih sama aja. Masih sekitar 1 bass, 2 gitar, satu drum, 1 satu vokal, tapi untuk soundnya lebih dibuat ear friendly aja untuk yangg kali ini.

Setelah merilis album ini. Apa yang terdekat Monkey To Millionaire lakukan?
Aghan: Masih promo seputar album lewat media cetak, digital dan radio. Dan lagi menggodok rencana untuk launching album.
Wisnu: Promo dulu sepertinya yg harus dilakuin terdekat yah.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner