Menggali Konsep Tematik Anji dalam

Menggali Konsep Tematik Anji dalam "Bidadari Tak Bersayap"

Sukses dengan single "Dia", Anji kembali hadir dengan single barunya berjudul "Bidadari Tak Bersayap".

Sukses dengan single "Dia", Anji kembali hadir dengan single baru berjudul "Bidadari Tak Bersayap". Lagu ini memiliki tema yang menarik dan balutan lirik personal yang dalam, ditambah lagi Anji terlibat langsung sebagai sutradara dan penulis cerita dari video klip "Bidadari Tak Bersayap". Karena dirasa ada banyak hal menarik yang bisa dibahas, maka Anji didaulat menjadi tersangka dalam acara Pengadilan Musik, pada hari Jumat 15 September 2017, yang bertempat di Kantinnasion, Rumah The Panas Dalam Jalan Ambon No. 8A Bandung.

Berikut hasil wawancara DCDC dengan Anji seputaran singlenya, konsep tematik lagu-lagunya, sampai propagandanya tentang Bahasa Isyarat Indonesia, atau BISINDO.

Tahun 2011, di album pertama Anji, dibuat konsep tematik dengan menggabungkan judul-judul lagu dalam album jadi sebuah cerita. Apakah konsep seperti ini yang akhirnya melatar belakangi konsep single "Dia" dan "Bidadari Tak Bersayap", yang dibuat satu kesatuan cerita?

Rencananya memang akan seperti itu. Karena, menurut saya konsep di album pertama itu udah jadi masterpiece untuk saya pribadi, karena dari cerita-cerita lagunya nyambung, judul lagunya nyambung, dan itu hal menarik untuk saya. Nah, di next album juga saya ingin membuat karya seperti itu lagi. Mungkin dulu konsep seperti itu belum sampe ke banyak orang, jadi ketika saya sekarang mulai dikenal lebih luas dibanding album pertama saya, saya ingin membuat konsep seperti itu lagi. Jembatannya lewat single "Dia" dan "Bidadari Tak Bersayap" ini.

Untuk single "Bidadari Tak Bersayap" itu sendiri, mengapa mas Anji tertarik dengan penggunaan metafor Bidadari Tak Bersayap? Terinspirasi dari hal apa?
Sebenarnya itu terjadi ngalir gitu aja. Tadinya, lagu itu berjudul “Teman Hidup”. Tapi, ternyata lebih menarik mengangkat si “Bidadari Tak Bersayap” ini. Memang itu metafora, sih. Jadi, yang tadinya mengangkat ke "teman hidup"-nya, akhirnya jadi mengangkat si “Bidadari” itu sendiri.

Dalam klip "Bidadari Tak Bersayap", Anji memakai bahasa isyarat dalam ceritanya. Apakah ada filosofi tersendiri soal itu? Baik yang tersirat ataupun yang tersurat?
Ada beberapa hal yang memang tersirat dan tersurat tentang hal itu. Tapi, untuk jelasnya memang itu untuk mempropagandakan Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO). Kalau secara tersiratnya, ini pengen bilang bahwa cinta itu bisa disampaikan dengan banyak cara, dengan banyak bahasa, bahkan bahasa isyarat.

Apa yang Anji harapkan dari propaganda BISINDO ini?
Ya... Yang saya harapkan sih semoga teman-teman lebih aware tentang keberadaan teman-teman tuli, tentang keberadaan bahasa isyarat sendiri, dan mungkin bisa jadi trend. Mengapa saya berharap ini bisa jadi trend, supaya orang-orang lebih peduli sama hak-hak teman-teman tuli. Karena, mereka merasa kurang mendapatkan hak-haknya, seperti misalnya dalam siaran televisi. Meskipun tidak semua, karena beberapa stasiun televisi juga sudah ada yang memakai bahasa isyarat dalam siarannya.

Single “Dia” dan “Bidadari Tak Bersayap” itu kan rencananya akan dijadikan sebagai jembatan untuk album penuhnya nanti. Apakah konsepnya bakal terus nyambung, baik dari segi lagu maupun klipnya?
Rencananya memang ini akan jadi sekuel-sekuel terus sampai satu album penuh. Ya... Berharap proses kreatifnya bisa tercapai. Sampai saat ini baru lima puluh persen yang kepikiran dan tertuang.

Di dua single yang Anji rilis, ada semacam tokoh fiksi yang Anji buat. Nah tokoh si “Dia” itu memang bakal terus ada di lagu-lagu berikutnya?
Iya, si ”Dia” itu memang akan jadi tokoh di album saya nanti, dan “Dia” akan jadi benang merahnya. Yang saya harapkan ceritanya sendiri bisa berkembang lebih luas.

Anji dengan projek solonya sekarang tentunya membuat image sendiri yang menarik untuk dibahas, seperti misalnya logo smile di bawah kata Anji. Apa ini ada arti khusus atau seperti apa?
Lambang senyum di bawah tulisan Anji itu adalah karena saya pingin terlihat lebih tersenyum lagi sekarang. Saya pingin lebih bahagia, dan saya ngerasa Indonesia pada khususnya memang lebih butuh banyak senyum lagi. Karena, banyak banget hal-hal yang tidak menyenangkan terjadi di Indonesia, termasuk di dunia digital, seperti banyak berita hoax, hate speech, pem-bully-an. Kita butuh lebih banyak senyum.

"Saya pingin lebih bahagia, dan saya ngerasa Indonesia pada khususnya memang lebih butuh banyak senyum lagi."

Sebelum memutuskan solo karir, Anji sempat tergabung di beberapa band dengan genre musik beragam. Apakah pemilihan musik yang sekarang itu memang di konsep Anji sendiri atau bagaimana?
Sebenarnya untuk pemilihan genre musik itu saya membedakan genre musik saat saya live dan saat saya rekaman. Kalau untuk rekaman kan itu kesan pertama yang didengar orang. Saya memang pingin yang minimalis, tapi tetap kental nuansa akustiknya. Tapi, pada saat saya live beda lagi aransemennya, bisa macam-macam. Mengapa seperti itu, memang supaya sejalan dengan konsep musik yang saya pingin untuk didengerin orang-orang. Jadi, segmen yang saya tuju memang seperti itu.

Kesan Anji tentang Pengadilan Musik?
Buat saya, ini adalah sebuah cara untuk mempublish karya dengan cara yang berbeda. Seperti press conference, tapi dengan balutan pertanyaan-pertanyaan yang out of the box, dengan sebuah kemasan yang tidak lazim. Saya sangat beruntung bisa mempublish karya dengan pola seperti ini.

BACA JUGA - Mampu Berbicara Atas Karyanya, Anji Selamat dari Tuntutan Hukum

Foto: Anji Official

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner