Menelisik Pergerakan Rifki 13 dalam Seabrek Proyek Musik Independen

Menelisik Pergerakan Rifki 13 dalam Seabrek Proyek Musik Independen

"Dari band Pop hingga Death Metal pernah dijamah oleh Rifki 13."

 

Di ranah musik Metal Kota Bandung, nama Rifki 13 cukup dikenal sebagai penggebuk drum dengan tingkat agresivitas yang mumpuni. Rifki 13 sempat bergabung dalam grup musik cadas legendaris seperti Forgotten, Rotten To The Core, dan In Place Of Hope sebagai grup terbarunya. Rifki 13 juga sempat tergabung dalam beberapa genre musik independen lainnya, sebut saja seperti Cordivine (dulunya bernama The Mickey), 7 Kurcaci dengan genre Hip Metal/Rap Rock-nya, Freshmilk dengan musik Pop nya, Sansfranskins beraliran Skinhead/Oi, serta Flash Percussion.

Rifki 13 mempunyai sebuah formula unik ketika masuk dalam sebuah grup band yang ia geluti, khususnya seputar perihal drum, baik secara teknikal maupun penggunaan teknik sound drum hybrid yang sedang dipersiapkannya. Selain sibuk bermusik, Rifki 13 juga mengisi waktu untuk tetap bersama drum dengan menjalankan coaching clinic drum, mengajar di RDS (Rifki Drum School), maupun menjadi session player drummer di beberapa studio rekaman di Bandung.

 

Bagaimana cerita awal mula kamu terjun di musik, khususnya di Bandung?

Saya datang di Bandung dari tahun 2004. Saya kuliah dan akhirnya benar-benar kenal dunia musik ketika di kampus (Rifki merupakan mahasiswa jurusan musik di Universitas Pendidikan Indonesia). Cuma, di kampus waktu itu kurang jalan lah musiknya. Mungkin karena saya mainnya cuma di kampus dan belum coba keluar kampus. Akhirnya saya kenal sama Studio Line In Bandung (sekarang sudah tutup), dan studio itu memang menjadi sejarah buat saya. Waktu itu kebetulan ada audisi drummer buat bana yang genrenya semacam Muse, namanya The Mickey (dulu namanya Mickey Muse). Singkat cerita, saya jadi drummer di band itu, sampai berubah lagi namanya menjadi Cordivine. Jadi, Studio Line In dulu jadi satu loncatan besar buat saya pribadi, khususnya mengenal musik di luar kampus.

Waktu jadi drummer di band pertama saya itu, saya akhirnya bikin band baru bergenre Pop, namanya Freshmilk. Dulu juga sempat bikin band lagi, genrenya malah beda lagi dari sebelumnya, namanya itu Sanfranskins sama Iyai (dulunya gitaris Don Lego, sekarang memiliki proyek musik Sir Iyai) sampai rilis album pertama. Itu bisa dibilang album pertama bagi saya selama bermusik. Band itu bertahan selama tahun 2006 - 2007, hingga akhirnya bubar gara-gara launching dan vokalisnya nggak dateng (tertawa). Udah beres sama band itu, Freshmilk pun nggak jalan, akhirnya si Rully (yang juga gitaris Freshmilk) lagi butuh drummer (untuk bandnya yang lain, yaitu Demons Damn). Jadi, saya sempat isi drum mereka. Sama band itu (Demons Damn) lah pertama kali saya main musik Metal.

Seiring waktu berjalan, saya punya teman kampus yang juga jadi teknisi band 7 Kurcaci. Kebetulan, waktu itu band itu juga lagi butuh drummer. Akhirnya saya jadi drummer 7 Kurcaci sampai sekarang.

 

Ketika dengan 7 Kurcaci, kamu melewati proses audisi?

Bisa dibilang audisi, hanya tertutup, nggak kayak The Mickey yang kesannya memang kontes. Kalau Demons Damn itu langsung narik saya jadi drummer mereka. Sempat rilis album kompilasi juga. Lalu, sempat nggak jalan sama Demons Damn, dan Cordivine. Setelah itu, Rully merekomendasikan saya untuk jadi drummer Forgotten. Kebetulan, Abah Andris keluar waktu itu, dan Rully juga sound engineer dari Forgotten.

 

Cerita menjadi drummer Forgotten?

Rully yang saat itu menjadi sound engineer Forgotten merekomendasikan saya untuk menjadi drummer Forgotten. Hingga suatu hari saya menginap di rumah Addy Gembel (vokalis Forgotten) yang kemudian pagi-paginya diajak ke Studio Masterplan, alih-alih jamming di studio.Ternyata, saya diminta rekaman satu lagu yang sebelumnya sudah diberikan oleh pihak Forgotten melalui Rully. Tiba di studio, Zotenk nanya, “kamu bisanya lagu apa?”, dan saya jawab lagu “Busuk”. Ya sudah, waktu itu langsung rekaman lagu itu, sebisa saya.

Selesai, saya diajak makan di suatu warung nasi padang sambil ngobrol-ngobrol sama Addy Gembel. Lalu, dia bilang, “Ok, sekarang kamu hapalkan lagu lainnya untuk kita baptis jadi drummer pada event yang diselenggarakan di Dago Tea House beberapa minggu mendatang.” Bergabung dengan band besar seperti Forgotten menjadi suatu tekanan untuk saya, karena itu pertama kalinya buat saya mainin musik secepat itu.

Nah, untuk mengakali hal itu saya pakai teknik drum blast beat yang waktu itu tidak lazim digunakan oleh drummer death metal pada umumnya. Sampai-sampai ada yang bilang teknik permainan drum saya aneh (dalam konteks baik).

 

Bersama 7 Kurcaci?

Sama Forgotten jalan, 7 Kurcaci juga jalan. Lumayan padat juga jadwal saya main sama 7 Kurcaci, karena lagi tur untuk promo album keduanya 2 Da Beat (2003/Musica Studio). Sebelum jadi member, saya jadi additional dulu selama kurang lebih setahun. Akhirnya, karena kebetulan manggung off air-nya banyak. saya jadi member di 7 Kurcaci. Jadi, waktu itu band yang saya pegang ada tiga: Freshmilk, Forgotten dan 7 Kurcaci.

 

Freshmilk masih jalan waktu itu?

Masih, sempat rilis mini album juga, disponsori KBRI Jepang.

 

Gimana cara kamu bagi waktu nge-band dengan jadwal kuliah dan dengan proyek yang banyak itu?

Saya rasa nggak pernah ada kesulitan yang berarti buat membagi waktu sih, hanya istirahat buat sayanya aja yang berkurang. Freshmilk pun akhirnya bubar, karena bassistnya kerja di Kedutaan Besar Republik Indonesia yang di Australia, vokalisnya pun menikah dan tinggal di Jakarta.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner