Lady Rockers, Antara Anggun dan Gahar.

Lady Rockers, Antara Anggun dan Gahar.

 

Balutan nada-nada yang memekakan telinga dari sound gitar yang berdistorsi, tempo drum yang cepat, serta geraman suara vokalis menambah kesan bahwa dunia musik underground begitu maskulin adanya. Musik cadas ini tak hanya sangar dalam lagunya, melainkan liriknya pun mengandung unsur sosial politik, perang, agama, hari kiamat, dan kegelapan. Bagi orang awam, mungkin perpaduan itu semua menghasilkan image yang urakan, kelam, keras, dan berisik. Sehingga tak jarang, banyak beranggapan bahwa pelaku dan penikmat musik ini hanya untuk pria.

Dewasa ini, ranah musik bawah tanah tersebut tak soal melulu didominasi oleh kaum adam. Ternyata emansipasi kini merambat ke dunia heavy metal. Ada yang berbeda, hampir setiap gigsakan terlihat beberapa perempuan yang hadir. Entah untuk menemani sang kekasih atau bahkan sudah mempunyai suatu ikatan emosional dengan alunan nada kegelapan yang mengundang penonton berdansa liar depan panggung.Dengan tampilan serba hitam dan t-shirt band favorit yang dikenakan, langkah-langkah kaki manusia keturunan hawa ini memberi warna berbeda diantara pria-pria yang hadir.

Sebagai wujud ekspresi, musik cadas ini tepat untuk menyalurkan ide-ide liar dalam benak sang musisi untuk dituangkan dalam hal yang positif, yaitu lagu.Mereka tak hanya sekedar pemanis dalam setiap event-event underground, banyak yang ikut moshing di tengah crowd untuk merasakan langsung atmosfer acara. Malah banyak para perempuan tersebut menjadi personil band-band keras, baik sebagai vokalis, gitaris, basis, atau drummer. Bila di luar negeri kita mengenal, Angela Gossow (Arch Enemy), Grace Perry (ex-Landmine Marathon), Doris (Chtonic), Marta Peterson (Bleeding Through), dan Alexia & Annisa Rodriguez (Eyes Set To Kill). Maka untuk lokalnya kita mesti berbangga mempunyai lady rockers seperti Popo (Demons Damn), Achi (Gugat), Gania (Billfold), Wong Die & Nenk’s (Girlzeroth), Jill Van Diest (Step Forward), Andhine Rosaria (Dreamer), Prisa (Vendetta),Pophi (Lose It All) dan Viola Santi (Inner Beauty)

Bagai dua sisi mata koin, mereka anggun di setiap harinya, namun bila sudah diatas panggung mereka akan berubah menjadi gahar, garang, dan energik. Bahkan dari sekian band-band yang berpersonilkan perempuan tersebut sering menjadi line-up di acara-acara besar.

Terima atau tidak akan kehadiran mereka. Kini para lady rockers tersebut sudah menjadi bagian dari perkembangan musik underground Indonesia dan memberi sentuhan warna keanggunan namun gahar.

Sumberfoto :A.T.H/Kontributor

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner